News

Ketahui Cara Tradisional Menurunkan Berat Badan Berikut Ini

Ketahui Cara Tradisional Menurunkan Berat Badan Berikut Ini

Ketahui Cara Tradisional Menurunkan Berat Badan Berikut Ini

Sebagian orang kerap bermasalah dengan berat badannya. Oleh karena itu, tidak sedikit orang Indonesia yang menggunakan cara tradisional menurunkan berat badan guna mendapatkan bentuk badan ideal dan kesehatan tubuh yang optimal.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Di antaranya, faktor genetik, psikologis, porsi dan frekuensi makan, jarang berolahraga, menderita penyakit seperti hipotiroidisme dan sindrom ovarium polikistik (PCOS),  gaya hidup yang tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan cepat sajidan minuman beralkohol, serta terlalu banyak mendapatkan asupan gula.

Cara Tradisional Menurunkan Berat Badan

Menurunkan berat badan memang bukanlah perkara yang mudah. Ada sebagian orang yang berhasil, dan ada pula yang gagal. Jika Anda termasuk ke dalam kategori kelebihan berat badan atau pun obesitas, terdapat beberapa macam penyakit yang mengintai Anda. Di antaranya, kolesterol tinggi, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, sindrom metabolik, dan osteoarthritis.

Beragam cara dipercaya mampu menurunkan berat badan, mulai dari cara tradisional seperti minum jamu, hingga cara modern dengan minum susu dan obat-obatan diet, bahkan sedot lemak. Berikut ini adalah beberapa cara tradisional menurunkan berat badan yang sering digunakan.

  • Mengonsumsi beras pecah kulit atau brown rice
    Jika Anda ingin menurunkan berat badan, mungkin Anda bisa mulai mengonsumsi brown rice atau beras coklat. Beras jenis ini kaya akan serat dan karbohidrat sehat yang dapat meningkatkan metabolisme dan membakar lemak. Selain itu, brown rice juga rendah kalori dan mengenyangkan. Jika dibandingkan dengan beras putih, maka brown rice memiliki nutrisi yang lebih banyak.
  • Mengonsumsi jahe
    Cara tradisional menurunkan berat badan yang kerap digunakan oleh orang Indonesia, yakni dengan mengonsumsi jahe. Tumbuhan ini dipercaya memainkan peran penting dalam pengelolaan berat badan, menjaga kesehatan sistem pencernaan, membantu pengeluaran racun, serta memiliki sifat antiradang. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa menambahkan minuman jahe panas pada menu harian Anda, mampu membuat Anda merasa kenyang setelah makan dan cenderung tidak makan berlebih nantinya.
  • Minum teh hijau
    Teh hijau adalah minuman yang paling sehat, karena mengandung antioksidan dan berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa teh hijau dapat meningkatkan pembakaran lemak dan membantu menurunkan berat badan Anda, terlebih jika dikonsumsi saat berolahraga.
  • Jeruk nipis
    Jeruk nipis merupakan sumber antioksidan yang sangat baik. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung kalium, kalsium, magnesium, dan beragam vitamin. Jeruk nipisyang dicampur dengan air hingga menjadi minuman, rupanya juga memiliki manfaat tak kalah penting, yakni mampu mengendalikan berat badan Anda. Asam sitrat yang terkandung di dalamnya, mampu meningkatkan metabolisme, membantu Anda membakar lebih banyak kalori, dan menyimpan sedikit lemak.
  • Madu dan Kayu Manis
    Sebagian orang ada yang mencampurkan madu dan kayu manis dalam satu minuman guna menurunkan berat badannya. Memang, sebuah penelitian menemukan bahwa mengganti sukrosa dengan madu dapat membantu mencegah penambahan berat badan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa madu dapat mengaktifkan hormon yang menekan nafsu makan. Kendati demikian, masih belum ada cukup penelitian untuk membuktikan bahwa paduan madu dan kayu manis mampu menurunkan berat badan.

Lakukan Ini Agar Berat Badan Turun

Beberapa cara tradisional menurunkan berat badan di atas sebenarnya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Yang jelas, untuk menurunkan berat badan secara permanen, Anda disarankan menurunkannya secara perlahan.

Berikut ini adalah beberapa cara menurunkan berat badan dengan efektif dan aman.

  • Selalu sarapan pagi
    Anda bisa sarapan semangkuk sereal gandum dengan buah dan susu rendah lemak, untuk mencukupi gizi Anda di pagi hari tanpa membebani tubuh dengan kalori berlebih.
  • Perbanyak konsumsi buah dan sayuran
    Selain buah dan sayuran, ganti makanan yang mengandung tepung olahan dan gula, seperti roti dan cookies, dengan biji-bijian utuh. Karena biji-bijian utuh mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh Anda dan juga membuat Anda kenyang lebih lama.
  • Menurunkan porsi makanan
    Saat makan, pilihlah porsi kecil namun sering, dibanding dengan satu porsi besar namun hanya 2-3 kali makan saja.
  • Tambahkan asupan protein pada menu makan Anda
    Protein adalah rajanya nutrisi. Makanan yang kaya akan kandungan protein bisa membuat Anda merasa lebih kenyang dan mengurangi nafsu makan. Sehingga, Anda bisa menurunkan berat badan.
  • Hindari makanan olahan
    Biasanya, makanan olahan ditambah banyak gula, lemak, dan kalori. Dan ini bisa menaikkan berat badan Anda.
  • Perbanyak minum air putih
    Untuk menurunkan berat badan, Anda harus memperbanyak minum air putih. Selain itu, minum air putih sebelum makan juga bisa menyebabkan Anda merasa kenyang dan membatasi asupan yang akan Anda makan.
  • Ubah gaya hidup Anda
    Anda disarankan untuk makan secara perlahan, agar tubuh bisa mendeteksi penambahan kalori yang diserap. Mengunyah lebih pelan dapat meningkatkan hormon yang terkait dengan penurunan berat badan. Selain itu, Anda juga harus tidur yang cukup. Kebiasaan ini penting dalam penurunan berat badan.
  • Rutin berolahraga
    Olahraga sangat membantu untuk menurunkan berat badan dan menjaga penurunan berat badan. Olahraga dapat membakar kalori dan meningkatkan metabolisme tubuh Anda, serta mempertahankan dan meningkatkan massa otot tubuh.

Untuk mendapatkan berat badan yang diinginkan, memang bukanlah perkara yang mudah. Cara tradisional menurunkan berat badan yang telah dipaparkan di atas masih membutuhkan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas dan tingkat keamanannya. Hal yang terpenting dalam menurunkan berat badan adalah dengan mengubah gaya hidup dan pola makan menjadi lebih sehat. Hindari cara-cara instan yang menjanjikan penurunan berat badan dengan cepat dan mudah. Jika Anda merasa kesulitan untuk menurunkan berat badan, Anda dapat berkonsultasi pada dokter.

sumber: alodokter.com

 

Kapan Sebenarnya Anak Siap Memiliki Ponsel?

Kapan Sebenarnya Anak Siap Memiliki Ponsel?

Kapan Sebenarnya Anak Siap Memiliki Ponsel?

Saat ini banyak orang tua yang menganggap telepon seluler (ponsel) sebagai cara efektif agar selalu terhubung dengan anak. Orang tua dapat mengetahui keberadaan dan kabar anak kapan pun. Sebaliknya, anak juga dapat segera menghubungi orang tua jika ada kebutuhan mendesak. Tetapi, apakah si Kecil sudah siap memiliki ponsel dan bagaimana dengan efek negatif yang mungkin timbul?

Memiliki ponsel berarti anak juga dapat mengakses banyak media, mulai dari musik, film, game, video, hingga saluran televisi. Tentu hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Memperhatikan Kematangan dan Kebutuhan Anak

Sebenarnya, tidak ada patokan usia yang paling tepat yang dapat berlaku bagi semua anak untuk mulai diberi tanggung jawab menggunakan ponsel. Usia tidak selalu dapat menunjukkan kematangan anak untuk bertanggung jawab dalam menggunakan ponsel. Sebagian anak lebih cepat matang, sehingga dapat diberi kepercayaan dan tanggung jawab di usia sekolah menengah pertama (SMP). Namun anak lain mungkin baru akan siap di usia sekolah menengah atas (SMA).

Bunda dapat melakukan pengamatan tentang kesiapan anak untuk memiliki ponsel. Meski karakter dan kebiasaan tiap anak pasti berbeda, ada tanda umum yang dapat menjadi panduan untuk menentukan anak mulai dapat memiliki ponsel:

  • Dapat bertanggung jawab dan bisa dipercaya mengurus barang-barang miliknya.
  • Memahami dan mengikuti peraturan.
  • Mampu menilai sisi positif dan negatif dari berbagai aspek, dan punya pendapat akan berbagai hal.
  • Memiliki pemahaman bahwa ponsel memiliki fungsi yang perlu digunakan secara tepat dan bertanggung jawab.

Jika anak ingin punya ponsel hanya karena ingin sama dengan teman-temannya atau sekadar ingin terlihat keren, ia mungkin memang belum benar-benar siap untuk memilikinya.

Di samping kematangan dan kesiapan, ada kalanya ponsel juga lebih dibutuhkan untuk kondisi tertentu. Anak yang pulang pergi sekolah menggunakan transportasi umum, mungkin lebih memerlukan ponsel daripada anak yang setiap hari diantar jemput orang tua ke sekolah. Anak yang memiliki masalah kesehatan tentu punya kebutuhan lebih untuk dapat menghubungi dan dapat dihubungi sewaktu-waktu. Demikian pula anak yang tinggal jauh dari orang tua.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Orang tua Sebelum Memberi Ponsel

Selain kematangan dan kebutuhan, tetap ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian orang tua saat memberikan ponsel pada anak.

  • Apakah anak sudah tahu bagaimana cara menggunakan internet dengan aman? Sebaiknya patuhi usia minimal penggunaan media sosial pada anak dan remaja. Umumnya 13 tahun adalah usia minimal seseorang dapat memiliki akun media sosial.
  • Untuk apa saja telepon ini akan digunakan? Ponsel yang lebih sering digunakan untuk bermain game mungkin justru akan membuat anak tidak fokus pada pelajaran. Berbeda jika anak menggunakannya untuk memanggil sarana transportasi daring saat pulang sekolah, atau agar orang tua dapat memantau keberadaannya. Bukan berarti tidak boleh bermain game sama sekali, namun orang tua perlu mengajar anak untuk bisa mengendalikan diri dan mengatur waktu dengan baik.
  • Ponsel dapat membuat anak tidak fokus belajar, bahkan membuat mereka tidak memerhatikan kondisi sekitar saat sedang di jalan atau sedang berinteraksi dengan teman. Orang tua perlu sabar untuk mendisiplinkan anak dalam menggunakan ponsel.
  • Memberikan ponsel pada anak membuat orang tua perlu menyediakan dana tersendiri untuk pulsa bulanan.
  • Pornografi dan pertemanan tidak sehat di dunia maya adalah dua hal yang juga perlu menjadi perhatian dan diskusi bersama sebelum anak memiliki
  • Ponsel juga berpotensi memengaruhi kesehatan anak, mulai dari gangguan penglihatan hingga potensi terhadap kanker.

Dengan menyadari potensi efek negatif ponsel, orang tua dan anak dapat bekerja sama untuk meminimalkan efek tersebut.

Mendampingi Penggunaan Ponsel pada Anak

Jika setelah melakukan pengamatan, orang tua menilai bahwa anak sudah siap memiliki ponsel, berikut ini adalah yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi anak menggunakan ponsel:

  • Ponsel dengan kemampuan terbatas

Sebagai langkah awal, orang tua dapat membelikan ponsel yang tanpa akses internet, game, atau bahkan kamera. Cukup dapat digunakan untuk berkirim pesan singkat dan menelepon.

  • Memberi tambahan fasilitas ponsel setelah anak siap

Jika ia sudah dapat bertanggung jawab menggunakan ponsel tanpa akses internet, selanjutnya, sesuai kebutuhan, orang tua dapat memberinya akses internet terbatas. Misalnya, hanya dapat mengirim pesan via aplikasi tapi tidak dapat berselancar di internet. Saat ini banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk mengontrol penggunaan internet di ponsel berbeda. Orang tua dapat mengatur agar media sosial atau situs tertentu tidak dapat diakses anak.

  • Tetapkan aturan penggunaan ponsel

Tentukan juga kapan ia tidak diperkenankan menggunakan ponsel, misalnya saat makan bersama, jam sekolah, jam belajar di rumah, dan satu jam menjelang tidur. Orang tua juga dapat menerapkan peraturan khusus seperti harus segera menjawab pesan singkat dan mengangkat telepon dari orang tua. Untuk mengurangi paparan radiasi, beri tahu anak untuk tidak meletakkan ponsel di bawah bantal saat tidur, dan hindari memasukkan di saku.

  • Ajari tata karma interaksi di dunia maya

Ajari ia tata krama berinteraksi di dunia maya, seperti tidak menyebarkan hoax, tidak mengambil foto orang lain tanpa izin, tidak mengobrol di telepon saat berada di tempat umum, dan tidak berkomunikasi dengan orang asing.

Meski ia sudah memahami, tetap penting bagi orang tua untuk terus mendampingi si Kecil dan sesekali memeriksa penggunaan ponselnya. Ingatlah bahwa peran orang tua pada perkembangan Si Kecil, sangatlah penting. Orang tua juga perlu memberi contoh dalam melakukan peraturan yang diterapkannya untuk anak. Jika anak tidak boleh memegang ponsel saat makan, berarti orang tua juga sebaiknya demikian.

Jadi, apakah Si Kecil sudah siap memiliki ponsel? Silakan dipertimbangkan dengan baik ya, Bunda dan Ayah.

sumber: alodokter.com

Tips Membiasakan Anak Sarapan Pagi Untuk Menunjang Aktivitasnya

Tips Membiasakan Anak Sarapan Pagi Untuk Menunjang Aktivitasnya

Tips Membiasakan Anak Sarapan Pagi Untuk Menunjang Aktivitasnya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Bayi yang belum bisa bicara dan sering menangis kerap membuat orang tuanya bingung untuk mendeteksi, apakah dia hanya sedang lapar, mengantuk, atau benar-benar sedang sakit. Kenali tanda-tanda penyakit bayi yang serius lebih awal.

Penyakit bayi yang berbahaya akan lebih mudah ditangani jika segera mendapat pertolongan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk dapat mengenali gejala-gejala awal yang tidak biasa pada bayi.

Mengenali dan Mengantisipasi Gejala Umum

Agar dapat mengenali gejala-gejala penyakit serius pada bayi lebih awal, maka langkah pertama adalah tidak panik dalam mengamati gerak-gerik bayi Anda. Cermati perubahan-perubahan umum di bawah ini dengan saksama.

  • Tangisannya terdengar tidak biasa dan terjadi terus menerus. Bisa kencang dengan nada yang sangat tinggi atau sebaliknya yang terdengar adalah tangisan lemah.
  • Tubuh bayi terkulai saat diangkat atau bayi tampak lebih sering mengantuk dari biasanya.
  • Wajah bayi tampak pucat, berbintik-bintik, atau pun berjerawat.
  • Muntah dalam jumlah banyak, apalagi jika muntahnya berwarna hijau.
  • Tidak mau menyusu atau makan seperti biasanya.
  • Lebih sedikit urine pada popoknya atau terdapat darah pada tinjanya.
  • Suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius terutama pada bayi di bawah usia 3 bulan, atau sebaliknya, di bawah 36 derajat.
  • Suhu tubuh tinggi, tapi kaki dan tangan terasa dingin.
  • Suhu tubuh tidak kunjung turun setelah bayi diberi obat penurun panas.
  • Susah bernapas, napasnya pendek, atau pun terdengar bunyi tidak biasa saat bernapas.
  • Muncul ruam berwarna ungu kemerahan yang tidak hilang setelah digulirkan gelas di atasnya.
  • Bayi mengalami kejang untuk pertama kalinya.

Beberapa bayi baru lahir dengan kondisi tertentu lebih berisiko mengalami penyakit serius dibanding yang lain. Beri perhatian ekstra pada bayi jika ibu atau bayi mengalami kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Bayi lahir sebelum 37 minggu dalam kandungan.
  • Sang ibu mengidap penyakit streptokokus grup B.
  • Pernah memiliki bayi yang mengidap streptokokus grup B.
  • Sang ibu mengalami infeksi atau demam 24 jam sebelum atau setelah melahirkan.
  • Ketuban ibu pecah lebih dari 18 jam sebelum bayi lahir, terutama jika bayi lahir 37 minggu kehamilan.
  • Ibu menerima antibiotik yang diberikan melalui infus ke pembuluh darah.

Selain itu, waspadai jika bayi berusia kurang dari 3 bulan yang mengalami demam>38C. Sebaiknya, segera periksakan ia ke dokter atau dibawa ke UGD.

Jenis-jenis Penyakit Bayi dan Cara Penanganan

Terdapat beberapa jenis penyakit serius yang berisiko terjadi pada bayi. Ikuti firasat Anda dan kenali penyakit berikut gejala-gejala berikut ini yang dapat membahayakan bayi, serta cara menanganinya.

  • Diare adalah kondisi saat bayi buang air dalam bentuk cair dan terlalu sering akibat infeksi virus, bakteri, atau alergi. Jika tidak segera ditangani, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang membahayakan nyawa bayi.

Gejala: memang agak sulit membedakan gejala diare dengan buang air biasa pada bayi yang disusui. Cermati jika tinjanya lebih cair dan lebih sering dari biasanya. Popok yang kering, mulut dan mata kering, serta tubuh lemas dapat menjadi tanda bayi mengalami dehidrasi akibat diare.

Penanganan: jika tak kunjung membaik, bawa ke dokter, terutama jika ia juga mengalami demam, diare berdarah, muntah, dan sakit perut. Dokter mungkin akan merekomendasikan cairan elektrolit.

  • Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus penyebab infeksi saluran pernapasan yang sering menyerang bayi di bawah satu tahun. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada bayi prematur.

Gejala: demam rendah, batuk, pilek, dan napas bayi terdengar berbunyi.

Penanganan: bawa bayi ke luar ruangan selama beberapa saat untuk menghirup udara segar. Hindarkan polusi seperti asap rokok di sekitar bayi. Namun, segera bawa Si Kecil ke dokter jika gejala-gejala ini terlihat saat ia berusia di bawah 3 bulan.

  • Otitis media adalah infeksi telinga yang terjadi ketika kuman berkembang dalam tumpukan cairan pada telinga bagian tengah.

Gejala: bayi mungkin akan rewel, menangis saat makan atau disusui, tidak mau berbaring dan sering terbangun karena merasa sakit pada telinga.

Penanganan: tegakkan tubuhnya agar cairan dapat mengering. Bayi yang disusui juga terbukti lebih tidak berisiko mengalami infeksi telinga. Selain itu, hindarkan bayi dari polusi seperti asap rokok dan debu. Tetapi yang terpenting adalah memeriksakan Si Kecil ke dokter karena infeksi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

  • Diabetes pada anak

Diabetes pada bayi dapat terjadi ketika ibu memiliki kadar gula tinggi saat hamil.

Gejala: bayi lahir dengan ukuran yang jauh lebih besar dari umumnya, bayi mengalami kuning, lemas, bahkan kejang, kulit kebiruan, detak jantung cepat, napas pendek, wajah bengkak, hingga tremor.

Penanganan: jika diketahui di awal, dokter dapat memberikan tindakan penanganan khusus. Setelah lahir, kadar gula darah bayi perlu diperiksa terus menerus. Segera menyusui bayi setelah lahir adalah salah satu langkah untuk mencegah kadar gula darah terlalu rendah.

  • Retinoblastoma adalah tumor bersifat ganas pada retina yang dapat terjadi sejak dalam kandungan, pada saat bayi baru lahir, hingga balita. Penyakit bayi ini paling sering terjadi pada usia 12–18 bulan.

Gejala: pupil mata bayi tampak putih, terkadang baru tampak saat difoto. Dapat juga terjadi pupil tampak kemerahan atau lebih besar dari normal, serta buruknya penglihatan.

Penanganan: segera bawa ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan  penanganan yang tepat.

  • Meningitis adalah peradangan akibat infeksi virus maupun bakteri pada membran antara selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang.

Gejala: leher kaku, demam tinggi, sakit kepala yang sangat parah, muntah, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, ruam kemerahan, mengantuk, tidak mau makan dan minum.

Penanganan: segera periksakan ke dokter jika terdapat tanda-tanda meningitis pada bayi.

Catat tanggal dan perubahan-perubahan yang terjadi untuk memudahkan diagnosis. Simpan dan bawa buku rekam medis anak setiap kali memeriksakan Si Kecil ke dokter.

Kapan Bayi Harus Dibawa ke UGD

Anda mungkin kesulitan dalam menentukan kapan harus membawa Si Kecil ke UGD. Berikut ini adalah beberapa situasi yang dapat menjadi panduan Anda mengambil keputusan. Hubungi ambulans atau segera antarkan bayi Anda ke IGD jika dia: keracunan, mengalami perdarahan yang tidak dapat dihentikan, kejang, sesak napas, pingsan, anggota badan terpotong, terbakar, hampir tenggelam, bibir atau kulit tampak pucat, jatuh atau terbentur dengan kondisi serius, merasakan sakit perut yang amat sangat.

Tetap tenang adalah kunci utama untuk menangani penyakit bayi yang serius. Untuk berjaga-jaga, selalu tempatkan nomor-nomor telepon dokter anak, rumah sakit terdekat, dan ambulans di tempat yang mudah ditemukan di rumah.

sumber : alodokter.com

Pengertian Alergi Susu

Pengertian Alergi Susu

Pengertian Alergi Susu

Alergi susu adalah sebuah bentuk respons alami dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu dan produk lain yang memiliki kandungan susu di dalamnya. Reaksi tubuh yang tidak normal ini adalah salah satu jenis alergi makanan yang paling banyak dialami oleh anak-anak, khususnya ketika mereka mulai mengonsumsi susu sapi.

Selain susu sapi, susu yang berasal dari kambing, domba, dan hewan menyusui lainnya juga dapat menyebabkan reaksi alergi susu. Reaksi alergi biasanya muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah zat alergen (susu) dikonsumsi. Reaksi alergi tersebut dapat berupa muntah, napas yang berbunyi (mengi), ruam gatal, dan gangguan pencernaan.

Penyebab Alergi Susu

Alergi susu berbeda dengan intoleransi protein susu dan intoleransi laktosa. Intoleransi atau ketidakmampuan tubuh menerima suatu zat tidak berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh serta memiliki gejala dan pengobatan yang berbeda dengan alergi susu.

Alergi susu adalah sejenis alergi makanan yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh penderita yang menganggap suatu kandungan pada protein, dalam hal ini adalah susu, sebagai zat yang berbahaya. Peringatan ini kemudian memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi immunoglobulin E untuk menetralkan alergen tersebut. Proses ini menghasilkan pelepasan histamin dan zat kimia lain di dalam tubuh yang kemudian menyebabkan munculnya gejala-gejala alergi susu tertentu.

Dua kandungan utama pada protein susu yang menjadi penyebab alergi susu adalah kasein dan whey. Kasein ditemukan pada bagian susu yang padat, dikenal juga dengan nama dadih. Whey ditemukan pada bagian susu yang cair yang tetap ada meski ketika susu mengental.

Dua protein ini mungkin sulit dihindari karena ditemukan juga pada makanan olahan susu lain. Penderita alergi susu juga cenderung memiliki alergi pada susu dari hewan menyusui lain, namun tidak selalu memiliki alergi pada susu kedelai (soybean).

Beberapa faktor lain juga mungkin memicu alergi susu pada seseorang, yaitu:

  • Alergi pada makanan lain yang biasanya mulai berkembang sesudah alergi susu muncul.
  • Adanya riwayat alergi di keluarga, misalnya hay fever atau rhinitis, asma, dan eksim.
  • Anak-anak lebih umum menderita reaksi alergi yang biasanya akan membaik setelah sistem pencernaan berkembang seiring anak bertumbuh dewasa.
  • Anak yang menderita dermatitis atopik, yaitu peradangan kulit kronis.

Gejala Alergi Susu

Reaksi alergi susu berbeda-beda bagi tiap orang, namun umumnya muncul satu jam setelah penderita minum susu. Berikut adalah gejala alergi susu lain yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dirasakan oleh penderitanya.

  • Kram perut
  • Hidung berair (ingusan)
  • Mata berair
  • Diare
  • Kotoran yang lebih cair (mencret) dan kemungkinan mengandung darah
  • Ruam gatal di sekitar mulut
  • Munculnya kolik pada bayi (yang biasanya ditandai dengan menangis tanpa henti)

Selain muntah dan reaksi-reaksi alergi lain yang telah disebutkan di atas, alergi susu juga bisa menyebabkan suatu reaksi yang lebih serius, yaitu anafilaksis. Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi parah yang dapat menyebabkan kematian. Susu adalah makanan ketiga setelah kacang dan kacang pohon (mede, hazelnut, dll) yang dapat menyebabkan reaksi anafilaksis.

Anafilaksis menyebabkan saluran udara menyempit dan menghambat pernapasan. Reaksi ini harus segera ditangani di rumah sakit. Beberapa gejala anafilaksis yang patut diwaspadai, yaitu:

  • Terhalangnya saluran udara, termasuk tenggorokan tersumbat yang menyebabkan gangguan pernapasan
  • Turunnya tekanan darah secara signifikan yang menyebabkan syok
  • Wajah memerah dan gatal-gatal pada sekujur tubuh

Sangat penting untuk segera menemui atau memberi tahu dokter jika Anda atau anak mengalami reaksi alergi makanan walaupun reaksinya tergolong ringan. Dokter akan melakukan serangkaian tes untuk mengonfirmasi diagnosis kondisi ini dan menentukan langkah pencegahan dan pengobatan yang sesuai.

Diagnosis Alergi Susu

Penderita alergi susu mungkin harus menghentikan konsumsi obat antihistamin selama 5-7 hari sebelum melakukan kunjungan ke dokter. Tanyakanlah hal ini serta persiapan lain yang diperlukan ketika membuat jadwal pertemuan untuk mempermudah proses diagnosis.

Pada pemeriksaan  awal, dokter mungkin akan menanyakan tentang gejala  yang dirasakan dan apakah pasien memiliki buku catatan harian berisi daftar makanan yang pernah dikonsumsi. Dokter juga akan bertanya apakah pasien pernah mencoba menghilangkan susu dari pilihan atau diet makanan yang dikonsumsinya, kemudian menambahkannya lagi untuk melihat reaksi yang dihasilkan tubuh.

Setelah itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik. Apabila diperlukan, dokter juga mungkin akan merekomendasikan tes lanjutan, seperti:

  • Tes darah guna mengukur jumlah antibodi immunoglobulin E yang dihasilkan oleh tubuh.
  • Tes kulit. Dalam tes ini, dokter akan membuat tusukan kecil pada permukaan  kulit pasien. Setelah itu, sejumlah kecil protein susu diletakkan pada area kulit tersebut. Sebuah benjolan gatal kecil akan muncul di area kulit yang terpapar protein susu jika pasien benar memiliki alergi susu.

Baik tes darah atau tes kulit, walaupun dilakukan oleh spesialis alergi, tidak selalu memberikan hasil yang akurat sehingga dokter dapat merekomendasikan tes lain yang melibatkan mulut atau tantangan makan. Pasien  diminta untuk mengonsumsi beberapa pilihan makanan untuk melihat jika terdapat reaksi alergi. Jumlah alergen, dalam hal ini adalah protein susu, akan ditingkatkan secara bertahap untuk memastikan reaksi alergi susu. Namun jika ternyata gejala disebabkan oleh kondisi lain selain alergi makanan, dokter dapat meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang tambahan untuk mengesampingkan gangguan kesehatan lain.

Pengobatan Alergi Susu

Alergi susu umumnya menghilang seiring pertambahan usia anak, namun ada juga yang terus memiliki alergi hingga mereka dewasa. Menghindari alergen (sumber alergi) adalah tindakan pengobatan alergi yang terbaik, dalam hal ini adalah susu atau protein susu.

Hal ini terkadang sulit dilakukan karena susu merupakan bahan makanan yang banyak digunakan untuk mengolah makanan lain, misalnya makanan yang dipanggang dan yoghurt. Tanyakan kepada dokter, makanan apa saja yang harus dihindari karena beberapa pemilik alergi susu masih dapat mengonsumsi susu dengan jenis tertentu seperti yoghurt dengan aman.

Sedangkan dalam hal obat-obatan, antihistamin merupakan obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala dari reaksi alergi dan mengurangi ketidaknyamanan. Namun reaksi alergi yang lebih serius, yaitu anafilaksis, harus segera mendapat suntikan adrenalin (epinephrine). Penderita juga sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk berjaga-jaga terjadinya reaksi susulan. Penderita kemudian akan dibekali obat, alat suntik epinephrine, dan tata cara penyuntikan jika sewaktu-waktu serangan terulang kembali. Anda dapat membawa dan menggunakan obat antihistamin dan suntikan epinephrine bersamaan untuk berjaga-jaga. Perlu diingat bahwa antihistamin bukanlah obat pengganti suntikan epinephrine, melainkan sebagai obat tambahan jika terjadi reaksi anafilaksis.

Pencegahan Alergi Susu

Mencegah alergi susu dilakukan dengan cara menghindari susu dan produk-produk yang mengandung susu maupun protein susu. Bacalah label produk dengan teliti sebelum membeli, mengonsumsi, atau menggunakannya, terutama ketika sedang makan di luar rumah. Tanyakan kepada juru masak mengenai bahan-bahan dan detail pengolahan makanan sebelum memesan atau memakannya. Waspadai juga produk yang mencantumkan label nondairy dan milk-free karena kemungkinan masih memiliki kandungan protein susu. Beberapa produk yang memiliki kandungan susu, antara lain:

  • Mentega
  • Yoghurt
  • Pudding
  • Es krim
  • Keju dan bahan yang mengandung keju
  • Bahan yang memiliki lact di dalam namanya, seperti laktosa dan laktat
  • Bubuk protein
  • Perisa mentega buatan
  • Perisa keju buatan
  • Permen, cokelat batangan maupun cair, karamel
  • Whey dan whey hydrolysate
  • Kasein, kalsium kasein, kasein hydrolysate, magnesium kasein, kalium kasien dan natrium kasein.
  • Hidrosolate

Gunakanlah gelang identitas yang menunjukkan kalau Anda seorang dengan kondisi kesehatan khusus, atau pemilik alergi makanan untuk menginformasikan orang lain jika terjadi situasi darurat medis.

Untuk ibu menyusui, memberikan ASI selama 4-6 bulan pertama, selain merupakan sumber nutrisi yang paling baik, diduga dapat membantu mencegah alergi susu pada bayi. Namun jika bayi Anda terbukti memiliki alergi susu, maka Anda harus menyingkirkan produk dengan kandungan susu pada pilihan makanan sehari-hari Anda agar zat susu tidak masuk melalui ASI kepada anak. Pada anak-anak yang lebih dewasa dan memiliki alergi susu, kombinasi ASI dan susu formula hipoalergenik dapat mencegah munculnya reaksi alergi. Segera temui dokter jika Anda menduga anak mengalami reaksi alergi setelah dia menyusu.

Susu formula hipoalergenik tertentu tidak berbasis susu, melainkan asam amino sehingga tidak menyebabkan reaksi alergi. Konsultasikan dengan dokter tentang produk ini sebelum menggunakannya sebagai susu pengganti.

Alternatif lainnya adalah menggunakan susu berbasis protein kedelai dan susu beras (rice milk), namun perlu diperhatikan juga mengenai penggunaannya karena sebagian anak yang memiliki alergi susu juga memiliki alergi kedelai.

Dokter juga dapat membantu penderita alergi susu untuk memiliki pilihan atau diet makanan yang kaya akan nutrisi dan seimbang bagi tubuh. Anda mungkin harus mengonsumsi vitamin dan suplemen untuk menggantikan nutrisi yang terdapat di dalam susu, seperti vitamin D dan riboflavin.

 

sumber: alodokter.com

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Bayi yang belum bisa bicara dan sering menangis kerap membuat orang tuanya bingung untuk mendeteksi, apakah dia hanya sedang lapar, mengantuk, atau benar-benar sedang sakit. Kenali tanda-tanda penyakit bayi yang serius lebih awal.

Penyakit bayi yang berbahaya akan lebih mudah ditangani jika segera mendapat pertolongan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk dapat mengenali gejala-gejala awal yang tidak biasa pada bayi.

Mengenali dan Mengantisipasi Gejala Umum

Agar dapat mengenali gejala-gejala penyakit serius pada bayi lebih awal, maka langkah pertama adalah tidak panik dalam mengamati gerak-gerik bayi Anda. Cermati perubahan-perubahan umum di bawah ini dengan saksama.

  • Tangisannya terdengar tidak biasa dan terjadi terus menerus. Bisa kencang dengan nada yang sangat tinggi atau sebaliknya yang terdengar adalah tangisan lemah.
  • Tubuh bayi terkulai saat diangkat atau bayi tampak lebih sering mengantuk dari biasanya.
  • Wajah bayi tampak pucat, berbintik-bintik, atau pun berjerawat.
  • Muntah dalam jumlah banyak, apalagi jika muntahnya berwarna hijau.
  • Tidak mau menyusu atau makan seperti biasanya.
  • Lebih sedikit urine pada popoknya atau terdapat darah pada tinjanya.
  • Suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius terutama pada bayi di bawah usia 3 bulan, atau sebaliknya, di bawah 36 derajat.
  • Suhu tubuh tinggi, tapi kaki dan tangan terasa dingin.
  • Suhu tubuh tidak kunjung turun setelah bayi diberi obat penurun panas.
  • Susah bernapas, napasnya pendek, atau pun terdengar bunyi tidak biasa saat bernapas.
  • Muncul ruam berwarna ungu kemerahan yang tidak hilang setelah digulirkan gelas di atasnya.
  • Bayi mengalami kejang untuk pertama kalinya.

Beberapa bayi baru lahir dengan kondisi tertentu lebih berisiko mengalami penyakit serius dibanding yang lain. Beri perhatian ekstra pada bayi jika ibu atau bayi mengalami kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Bayi lahir sebelum 37 minggu dalam kandungan.
  • Sang ibu mengidap penyakit streptokokus grup B.
  • Pernah memiliki bayi yang mengidap streptokokus grup B.
  • Sang ibu mengalami infeksi atau demam 24 jam sebelum atau setelah melahirkan.
  • Ketuban ibu pecah lebih dari 18 jam sebelum bayi lahir, terutama jika bayi lahir 37 minggu kehamilan.
  • Ibu menerima antibiotik yang diberikan melalui infus ke pembuluh darah.

Selain itu, waspadai jika bayi berusia kurang dari 3 bulan yang mengalami demam>38C. Sebaiknya, segera periksakan ia ke dokter atau dibawa ke UGD.

Jenis-jenis Penyakit Bayi dan Cara Penanganan

Terdapat beberapa jenis penyakit serius yang berisiko terjadi pada bayi. Ikuti firasat Anda dan kenali penyakit berikut gejala-gejala berikut ini yang dapat membahayakan bayi, serta cara menanganinya.

  • Diare adalah kondisi saat bayi buang air dalam bentuk cair dan terlalu sering akibat infeksi virus, bakteri, atau alergi. Jika tidak segera ditangani, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang membahayakan nyawa bayi.

Gejala: memang agak sulit membedakan gejala diare dengan buang air biasa pada bayi yang disusui. Cermati jika tinjanya lebih cair dan lebih sering dari biasanya. Popok yang kering, mulut dan mata kering, serta tubuh lemas dapat menjadi tanda bayi mengalami dehidrasi akibat diare.

Penanganan: jika tak kunjung membaik, bawa ke dokter, terutama jika ia juga mengalami demam, diare berdarah, muntah, dan sakit perut. Dokter mungkin akan merekomendasikan cairan elektrolit.

  • Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus penyebab infeksi saluran pernapasan yang sering menyerang bayi di bawah satu tahun. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada bayi prematur.

Gejala: demam rendah, batuk, pilek, dan napas bayi terdengar berbunyi.

Penanganan: bawa bayi ke luar ruangan selama beberapa saat untuk menghirup udara segar. Hindarkan polusi seperti asap rokok di sekitar bayi. Namun, segera bawa Si Kecil ke dokter jika gejala-gejala ini terlihat saat ia berusia di bawah 3 bulan.

  • Otitis media adalah infeksi telinga yang terjadi ketika kuman berkembang dalam tumpukan cairan pada telinga bagian tengah.

Gejala: bayi mungkin akan rewel, menangis saat makan atau disusui, tidak mau berbaring dan sering terbangun karena merasa sakit pada telinga.

Penanganan: tegakkan tubuhnya agar cairan dapat mengering. Bayi yang disusui juga terbukti lebih tidak berisiko mengalami infeksi telinga. Selain itu, hindarkan bayi dari polusi seperti asap rokok dan debu. Tetapi yang terpenting adalah memeriksakan Si Kecil ke dokter karena infeksi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

  • Diabetes pada anak

Diabetes pada bayi dapat terjadi ketika ibu memiliki kadar gula tinggi saat hamil.

Gejala: bayi lahir dengan ukuran yang jauh lebih besar dari umumnya, bayi mengalami kuning, lemas, bahkan kejang, kulit kebiruan, detak jantung cepat, napas pendek, wajah bengkak, hingga tremor.

Penanganan: jika diketahui di awal, dokter dapat memberikan tindakan penanganan khusus. Setelah lahir, kadar gula darah bayi perlu diperiksa terus menerus. Segera menyusui bayi setelah lahir adalah salah satu langkah untuk mencegah kadar gula darah terlalu rendah.

  • Retinoblastoma adalah tumor bersifat ganas pada retina yang dapat terjadi sejak dalam kandungan, pada saat bayi baru lahir, hingga balita. Penyakit bayi ini paling sering terjadi pada usia 12–18 bulan.

Gejala: pupil mata bayi tampak putih, terkadang baru tampak saat difoto. Dapat juga terjadi pupil tampak kemerahan atau lebih besar dari normal, serta buruknya penglihatan.

Penanganan: segera bawa ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan  penanganan yang tepat.

  • Meningitis adalah peradangan akibat infeksi virus maupun bakteri pada membran antara selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang.

Gejala: leher kaku, demam tinggi, sakit kepala yang sangat parah, muntah, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, ruam kemerahan, mengantuk, tidak mau makan dan minum.

Penanganan: segera periksakan ke dokter jika terdapat tanda-tanda meningitis pada bayi.

Catat tanggal dan perubahan-perubahan yang terjadi untuk memudahkan diagnosis. Simpan dan bawa buku rekam medis anak setiap kali memeriksakan Si Kecil ke dokter.

Kapan Bayi Harus Dibawa ke UGD

Anda mungkin kesulitan dalam menentukan kapan harus membawa Si Kecil ke UGD. Berikut ini adalah beberapa situasi yang dapat menjadi panduan Anda mengambil keputusan. Hubungi ambulans atau segera antarkan bayi Anda ke IGD jika dia: keracunan, mengalami perdarahan yang tidak dapat dihentikan, kejang, sesak napas, pingsan, anggota badan terpotong, terbakar, hampir tenggelam, bibir atau kulit tampak pucat, jatuh atau terbentur dengan kondisi serius, merasakan sakit perut yang amat sangat.

Tetap tenang adalah kunci utama untuk menangani penyakit bayi yang serius. Untuk berjaga-jaga, selalu tempatkan nomor-nomor telepon dokter anak, rumah sakit terdekat, dan ambulans di tempat yang mudah ditemukan di rumah.

sumber : alodokter.com

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Penyakit Bayi Berbahaya Dan Cara Menanganinya

Bayi yang belum bisa bicara dan sering menangis kerap membuat orang tuanya bingung untuk mendeteksi, apakah dia hanya sedang lapar, mengantuk, atau benar-benar sedang sakit. Kenali tanda-tanda penyakit bayi yang serius lebih awal.

Penyakit bayi yang berbahaya akan lebih mudah ditangani jika segera mendapat pertolongan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk dapat mengenali gejala-gejala awal yang tidak biasa pada bayi.

Mengenali dan Mengantisipasi Gejala Umum

Agar dapat mengenali gejala-gejala penyakit serius pada bayi lebih awal, maka langkah pertama adalah tidak panik dalam mengamati gerak-gerik bayi Anda. Cermati perubahan-perubahan umum di bawah ini dengan saksama.

  • Tangisannya terdengar tidak biasa dan terjadi terus menerus. Bisa kencang dengan nada yang sangat tinggi atau sebaliknya yang terdengar adalah tangisan lemah.
  • Tubuh bayi terkulai saat diangkat atau bayi tampak lebih sering mengantuk dari biasanya.
  • Wajah bayi tampak pucat, berbintik-bintik, atau pun berjerawat.
  • Muntah dalam jumlah banyak, apalagi jika muntahnya berwarna hijau.
  • Tidak mau menyusu atau makan seperti biasanya.
  • Lebih sedikit urine pada popoknya atau terdapat darah pada tinjanya.
  • Suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius terutama pada bayi di bawah usia 3 bulan, atau sebaliknya, di bawah 36 derajat.
  • Suhu tubuh tinggi, tapi kaki dan tangan terasa dingin.
  • Suhu tubuh tidak kunjung turun setelah bayi diberi obat penurun panas.
  • Susah bernapas, napasnya pendek, atau pun terdengar bunyi tidak biasa saat bernapas.
  • Muncul ruam berwarna ungu kemerahan yang tidak hilang setelah digulirkan gelas di atasnya.
  • Bayi mengalami kejang untuk pertama kalinya.

Beberapa bayi baru lahir dengan kondisi tertentu lebih berisiko mengalami penyakit serius dibanding yang lain. Beri perhatian ekstra pada bayi jika ibu atau bayi mengalami kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Bayi lahir sebelum 37 minggu dalam kandungan.
  • Sang ibu mengidap penyakit streptokokus grup B.
  • Pernah memiliki bayi yang mengidap streptokokus grup B.
  • Sang ibu mengalami infeksi atau demam 24 jam sebelum atau setelah melahirkan.
  • Ketuban ibu pecah lebih dari 18 jam sebelum bayi lahir, terutama jika bayi lahir 37 minggu kehamilan.
  • Ibu menerima antibiotik yang diberikan melalui infus ke pembuluh darah.

Selain itu, waspadai jika bayi berusia kurang dari 3 bulan yang mengalami demam>38C. Sebaiknya, segera periksakan ia ke dokter atau dibawa ke UGD.

Jenis-jenis Penyakit Bayi dan Cara Penanganan

Terdapat beberapa jenis penyakit serius yang berisiko terjadi pada bayi. Ikuti firasat Anda dan kenali penyakit berikut gejala-gejala berikut ini yang dapat membahayakan bayi, serta cara menanganinya.

  • Diare adalah kondisi saat bayi buang air dalam bentuk cair dan terlalu sering akibat infeksi virus, bakteri, atau alergi. Jika tidak segera ditangani, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang membahayakan nyawa bayi.

Gejala: memang agak sulit membedakan gejala diare dengan buang air biasa pada bayi yang disusui. Cermati jika tinjanya lebih cair dan lebih sering dari biasanya. Popok yang kering, mulut dan mata kering, serta tubuh lemas dapat menjadi tanda bayi mengalami dehidrasi akibat diare.

Penanganan: jika tak kunjung membaik, bawa ke dokter, terutama jika ia juga mengalami demam, diare berdarah, muntah, dan sakit perut. Dokter mungkin akan merekomendasikan cairan elektrolit.

  • Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus penyebab infeksi saluran pernapasan yang sering menyerang bayi di bawah satu tahun. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada bayi prematur.

Gejala: demam rendah, batuk, pilek, dan napas bayi terdengar berbunyi.

Penanganan: bawa bayi ke luar ruangan selama beberapa saat untuk menghirup udara segar. Hindarkan polusi seperti asap rokok di sekitar bayi. Namun, segera bawa Si Kecil ke dokter jika gejala-gejala ini terlihat saat ia berusia di bawah 3 bulan.

  • Otitis media adalah infeksi telinga yang terjadi ketika kuman berkembang dalam tumpukan cairan pada telinga bagian tengah.

Gejala: bayi mungkin akan rewel, menangis saat makan atau disusui, tidak mau berbaring dan sering terbangun karena merasa sakit pada telinga.

Penanganan: tegakkan tubuhnya agar cairan dapat mengering. Bayi yang disusui juga terbukti lebih tidak berisiko mengalami infeksi telinga. Selain itu, hindarkan bayi dari polusi seperti asap rokok dan debu. Tetapi yang terpenting adalah memeriksakan Si Kecil ke dokter karena infeksi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

  • Diabetes pada anak

Diabetes pada bayi dapat terjadi ketika ibu memiliki kadar gula tinggi saat hamil.

Gejala: bayi lahir dengan ukuran yang jauh lebih besar dari umumnya, bayi mengalami kuning, lemas, bahkan kejang, kulit kebiruan, detak jantung cepat, napas pendek, wajah bengkak, hingga tremor.

Penanganan: jika diketahui di awal, dokter dapat memberikan tindakan penanganan khusus. Setelah lahir, kadar gula darah bayi perlu diperiksa terus menerus. Segera menyusui bayi setelah lahir adalah salah satu langkah untuk mencegah kadar gula darah terlalu rendah.

  • Retinoblastoma adalah tumor bersifat ganas pada retina yang dapat terjadi sejak dalam kandungan, pada saat bayi baru lahir, hingga balita. Penyakit bayi ini paling sering terjadi pada usia 12–18 bulan.

Gejala: pupil mata bayi tampak putih, terkadang baru tampak saat difoto. Dapat juga terjadi pupil tampak kemerahan atau lebih besar dari normal, serta buruknya penglihatan.

Penanganan: segera bawa ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan  penanganan yang tepat.

  • Meningitis adalah peradangan akibat infeksi virus maupun bakteri pada membran antara selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang.

Gejala: leher kaku, demam tinggi, sakit kepala yang sangat parah, muntah, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, ruam kemerahan, mengantuk, tidak mau makan dan minum.

Penanganan: segera periksakan ke dokter jika terdapat tanda-tanda meningitis pada bayi.

Catat tanggal dan perubahan-perubahan yang terjadi untuk memudahkan diagnosis. Simpan dan bawa buku rekam medis anak setiap kali memeriksakan Si Kecil ke dokter.

Kapan Bayi Harus Dibawa ke UGD

Anda mungkin kesulitan dalam menentukan kapan harus membawa Si Kecil ke UGD. Berikut ini adalah beberapa situasi yang dapat menjadi panduan Anda mengambil keputusan. Hubungi ambulans atau segera antarkan bayi Anda ke IGD jika dia: keracunan, mengalami perdarahan yang tidak dapat dihentikan, kejang, sesak napas, pingsan, anggota badan terpotong, terbakar, hampir tenggelam, bibir atau kulit tampak pucat, jatuh atau terbentur dengan kondisi serius, merasakan sakit perut yang amat sangat.

Tetap tenang adalah kunci utama untuk menangani penyakit bayi yang serius. Untuk berjaga-jaga, selalu tempatkan nomor-nomor telepon dokter anak, rumah sakit terdekat, dan ambulans di tempat yang mudah ditemukan di rumah.

sumber : alodokter.com

Mulai Perhatikan Makanan Anak 1 Tahun

Mulai Perhatikan Makanan Anak 1 Tahun

Mulai Perhatikan Makanan Anak 1 Tahun

Makanan anak 1 tahun berperan penting dalam fase tumbuh kembangnya. Dalam tahun pertama mereka, bayi memiliki kecepatan pertumbuhan yang mengagumkan. Untuk mengimbanginya, pastikan Anda memberi makanan yang tepat.

Menginjak usia satu tahun, sudah waktunya anak diberi makan tiga kali sehari dan dapat diselingi dengan memberikan camilan di antara waktu-waktu makan tersebut.

Anda bisa mulai mencoba memperkenalkan makanan padat sebagaimana yang dikonsumsi orang dewasa. Akan tetapi, makanan-makanan padat tersebut harus diberikan dalam bentuk yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna oleh sistem pencernaan anak. Untuk itu, potonglah makanan dalam ukuran kecil atau jika perlu dicincang.

Berilah makanan yang bervariasi kepada anak Anda. Makin banyak variasinya, maka makin bagus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Susu sapi dan madu boleh diberikan jika anak sudah berumur satu tahun. Selain itu, jenis makanan lain dapat mulai diperkenalkan, seperti olahan kacang, telur, biji-bijian, dan ikan. Jika terdapat riwayat alergi dalam keluarga, Anda perlu memilah-milah jenis makanan yang bisa diberikan untuk anak Anda.

Makanan yang Direkomendasikan

Meski tidak ada ketentuan mengenai makanan anak 1 tahun, Anda tetap harus memerhatikan kandungan nutrisinya. Beberapa makanan yang mudah Anda dapatkan berikut ini bisa dijadikan pilihan.

  • Nasi coklat

Nasi coklat atau brown rice mengandung lebih banyak vitamin B, protein, dan mineral dibandingkan nasi putih. Nasi jenis ini juga memiliki kandungan karbohidrat kompleks yang lebih lama diserap tubuh, sehingga kadar glukosa darah sebagai sumber energi siap pakai dapat lebih stabil.

  • Ubi

Makanan ini mengandung banyak vitamin A dan vitamin C, serta kaya akan fitokimia. Salah satu fungsi senyawa fitokimia adalah sebagai benteng bagi tubuh terhadap serangan berbagai penyakit.

  • Daging ayam

Kebaikan daging ayam terletak pada jumlah lemaknya yang lebih sedikit dibandingkan daging merah. Tapi sebaliknya dengan kulit ayam, bagian ini justru mengandung lebih banyak lemak jika dibandingkan dengan jenis daging lainnya.

  • Daging merah

Makanan ini menyediakan zat besi yang sangat penting untuk pertumbuhan anak satu tahun. Apalagi zat besi dalam daging merah tersedia dalam keadaan siap diserap oleh tubuh. Berikan daging merah pada anak satu tahun, cukup sebanyak dua atau tiga kali saja dalam seminggu.

  • Ikan

Nutrisi dari ikan antara lain berupa protein rendah lemak, juga selenium, kalsium, dan magnesium. Ikan sangat baik dalam memerangi radikal bebas sekaligus mendongkrak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, ikan salmon dan tongkol yang mengandung banyak lemak esensial, juga yang sangat baik dalam menunjang perkembangan otak.

  • Wortel

Wortel kaya akan betakaroten yang akan dikonversi oleh tubuh menjadi vitamin A. Vitamin inilah yang bertanggung jawab terhadap kesehatan mata.

  • Tomat

Mengandung salah satu pigmen antioksidan yang mampu mencegah kanker dan penyakit jantung. Pigmen antioksidan tersebut dinamakan likopen.

  • Jeruk

Jeruk adalah salah satu sumber utama vitamin C. Vitamin ini sangat penting dalam membantu penyerapan zat besi oleh tubuh. Oleh karena itu, pemberian jeruk tiap sesudah makan sangat dianjurkan.

  • Sayuran berwarna terang

Sayuran berwarna terang mengandung aneka fitokimia yang berperan mencegah berbagai penyakit, seperti penyakit jantung koroner dan kanker.

  • Susu

Meski makanan anak 1 tahun sudah banyak jenisnya, tetap lanjutkan pemberian susu. Susu masih sangat diperlukan oleh anak usia setahun karena mengandung kalsium dan vitamin D yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang mereka.

Cegah Anak Menjadi Pemilih Makanan

Memberi makanan anak 1 tahun bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang karena sudah banyak jenis makanan yang bisa diberikan, namun akan menjadi sulit jika anak susah makan dan cenderung memilih-milih makanan. Sebaliknya, anak yang  terlalu suka makan, terutama makanan yang manis-manis atau camilan, juga dapat menjadi masalah, karena berisiko mengalami obesitas. Untuk menyiasati agar anak dapat makan dengan seimbang, beberapa hal berikut bisa dilakukan:

  • Orang tua adalah contoh

Anak akan mencontoh pola makan orang tua. Oleh karena itu, pola makan orang tua juga harus teratur. Usahakan waktu makan anak sama dengan waktu makan keluarga. Selain itu pastikan yang dikonsumsi anak sama dengan yang dikonsumsi orang tua.

  • Jangan selalu menuruti anak

Terkadang anak akan meminta makanan meski mereka belum lapar atau hanya meminta makanan yang mereka sukai. Alihkan perhatian mereka dengan hal lain agar anak tidak terus-menerus makan. Sebagai alternatif, berikan pilihan makanan lain yang menarik agar anak tidak menjadi pemilih.

  • Variasikan bentuk makanan

Bentuk yang bervariasi akan membuat anak lebih tertarik mencicipi makanan. Variasi makanan juga bisa menghindarkan anak dari kebosanan.

  • Buat anak terlibat

Mengajak anak ikut menyiapkan makanan bisa membuat minat anak terhadap makanan lebih meningkat.

Kombinasi dari variasi makanan anak 1  tahun dan beberapa cara di atas layak untuk Anda coba demi mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Selamat mencoba!

 

sumber : alodokter.com

Cara Mengatasi Perut Kembung Pada Bayi

Cara Mengatasi Perut Kembung Pada Bayi

Perut kembung pada bayi dapat menjadi penyebab bayi kerap rewel. Kenali tandanya dan ketahui cara mengatasinya.

Perut kembung pada bayi membuat bayi tidak nyaman sehingga dia menjadi rewel dan sering menangis tanpa alasan. Sebenarnya perut kembung pada bayi hingga usia 3 bulan termasuk hal yang wajar, karena memang saluran pencernaannya belum berfungsi sempurna. Seiring bertambahnya usia, bayi juga dapat mengalami perut kembung karena mulai mencoba makanan yang berbeda untuk pertama kalinya.

Tanda Perut Kembung pada Bayi

Pada saluran pencernaan memang terdapat gas atau udara. Namun yang menjadi masalah jika gas di dalamnya berlebih. Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan. Namun pada bayi, sebagian tidak dapat dengan mudah mengeluarkan gas dari dalam perutnya dan membutuhkan bantuan untuk mengeluarkannya.

Salah satu tanda perut kembung pada bayi adalah bayi mulai rewel dan menangis tanpa alasan yang jelas. Jika hal itu terjadi, cobalah untuk memeriksa bagian perutnya. Jika perut bayi terasa agak keras, dan beberapa kali buang angin, ini tandanya bayi mengalami perut kembung.

Selain rewel dan menangis, perhatikan pula gerakan bayi. Jika dia sering menggeliat dan melengkungkan punggungnya ke belakang, serta mengangkat kedua kakinya, bisa menjadi pertanda bahwa dia sedang merasakan kembung.

Penyebab Perut Kembung pada Bayi

Perut kembung pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini adalah  beberapa penyebab perut kembung pada bayi yang perlu Anda ketahui.

  • Makanan yang dikonsumsi ibu

Penyebab perut kembung pada bayi yang masih meminum ASI, bisa disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi sang ibu. Jadi, Anda perlu lebih memerhatikan makanan yang Anda konsumsi. Sebaiknya kurangi atau hindari makanan yang akan membentuk gas setelah dicerna, seperti kubis, kembang kol, brokoli, bawang atau kentang.

  • Makanan yang dikonsumsi bayi

Pada bayi usia 6 bulan yang sudah mulai makan, Anda perlu memerhatikan makanannya. Sayuran memang bagus untuk bayi, tapi tidak semua sayuran bisa dikonsumsi secara berlebih. Misalnya brokoli. Meski sehat, jika dikonsumsi secara berlebih, sayuran ini dapat membuat perut si kecil kembung.

  • Minuman selain ASI

Bayi tidak dianjurkan untuk minum minuman lain selain ASI, susu formula dan air putih. Jus dapat membuat bayi mengalami diare, sakit perut dan gas berlebih karena sistem pencernaan bayi masih sulit mencerna kandungan gula buah atau fruktosa yang terdapat dalam jus.

  • Dot bayi

Jika bayi Anda meminum susu formula dari botol bayi , sebaiknya Anda lebih cermat dalam memilih dot yang pas. Ujung dot yang terlalu kecil dapat membuat lebih banyak udara masuk ke dalam perut bayi ketika dia sedang minum susu, dan dapat menimbulkan masalah perut, seperti kembung atau sakit perut. Beberapa botol susu bayi memang dirancang khusus untuk mengurangi udara yang masuk ke dalam mulut bayi.

Cara Mengatasi Perut Kembung pada Bayi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perut kembung pada bayi, yaitu:

  • Letakkan bayi di kasur dengan posisi tidur telentang. Angkat kedua kakinya dan gerakkan seperti sedang mengendarai sepeda. Gerakan ini dapat membantu mengeluarkan gas dari perut bayi.
  • Pijat perut bayi secara perlahan dengan gerakan searah jarum jam. Sama seperti gerakan sebelumnya, cara ini dapat dilakukan dengan posisi tidur.
  • Usap-usap punggung dengan meletakkan bayi di atas kedua paha Anda dengan posisi perut menghadap ke bawah atau telungkup.
  • Susui si bayi dengan posisi sedikit tegak, agar susu dapat secara perlahan dan lancar masuk ke dalam perut sehingga tidak menimbulkan masalah perut.
  • Susui bayi sebelum dia merasa lapar. Hal ini bisa meminimalkan kemungkinan perut kembung pada bayi akibat masuk angin. Ketika bayi sudah menangis kelaparan, dia cenderung menelan angin lebih banyak bersamaan dengan makanannya.

Perut kembung pada bayi juga bisa menjadi tanda adanya masalah pencernaan yang serius, oleh karena itu jika bayi semakin rewel, sulit untuk buang air besar, muntah, atau bahkan demam, sebaiknya Anda langsung menghubungi dokter.

Anda tidak perlu panik jika bayi Anda rewel dan bagian perutnya terasa keras karena kembung. Cukup lakukan beberapa cara yang dapat mencegah munculnya perut kembung pada bayi. Namun jika bayi Anda sangat rewel dan sulit untuk ditenangkan, serta menunjukkan gejala lain, sebaiknya Anda konsultasikan hal ini kepada dokter.

Pengertian Antihistamin

Pengertian Antihistamin

Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi. Antihistamin biasa digunakan untuk mengobati rhinitis, alergi musiman, reaksi alergi akibat sengatan serangga, pruritus dengan gejala gatal, dan urtikaria atau biduran, alergi mata, dan alergi makanan. Selain itu, antihistamin juga bisa digunakan sebagai obat darurat untuk mengatasi anafilaksis (anafilaktik) atau reaksi alergi yang tergolong berat dan mematikan. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.

Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.

Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan generasi kedua. Antihistamin generasi pertama adalah jenis yang dapat menyebabkan rasa kantuk setelah digunakan, sedangkan antihistamin generasi kedua tidak terlalu menimbulkan rasa kantuk.

Contoh obat antihistamin generasi pertama adalah chlorphenamine, promethazine, ketotifen, alimemazine, cyproheptadine, hydroxyzine, dan clemastine. Contoh obat antihistamin generasi kedua adalah loratadine, fexofenadine, cetirizine, mizolastine, desloratadine, acrivastine, dan levocetirizine.

Tentang Antihistamin

Golongan Antialergi
Kategori Obat resep
Manfaat
  • Mengatasi reaksi-reaksi akibat alergi, seperti gatal-gatal, bersin-bersin, pilek, mata bengkak akibat paparan debu, gigitan serangga, makanan, dan cuaca.
  • Mengatasi mual dan muntah.
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak (batasan usia anak berbeda-beda untuk tiap jenis obat)
Bentuk obat Tablet, kapsul, krim atau gel, dan cairan yang dihirup

 

Peringatan:

  • Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
  • Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
  • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
  • Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
  • Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.

Dosis Antihistamin

Berikut ini dosis antihistamin berdasarkan nama-nama obatnya. Sebagai informasi, penggunaan masing-masing jenis obat ini dilarang bagi kelompok usia yang tidak disebutkan di dalam kolom dosis.

Nama obat antihistamin Dosis
Acrivastine Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.
Alimemazine Dosis untuk dewasa adalah 10 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Untuk lansia, dosis tetap 10 mg, namun harus diturunkan menjadi satu kali hingga dua kali sehari. Untuk anak-anak usia 2 tahun ke atas disarankan menggunakan bentuk sirop dengan dosis 1,7-3,3 ml sebanyak tiga hingga empat kali sehari.
Azatadine Dosis untuk dewasa adalah 1-2 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Brompheniramine Dosis untuk anak usia di atas 12 tahun adalah 4 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak-anak usia 4-6 tahun adalah 1 mg sebanyak 4-6 kali sehari.
Cetirizine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas sampai dewasa (serta lansia yang tidak memiliki masalah pada ginjal) adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 5 mg sebanyak dua kali sehari.
Chlorphenamine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 4 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun dan lansia adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari.
Clemastine Dosis untuk dewasa adalah 1 mg sebanyak dua kali sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Untuk anak usia 3-6 tahun adalah 0,5 mg sebanyak dua kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 1-3 tahun adalah 0,25-0,5 mg sebanyak dua kali sehari.
Cyproheptadine Dosis untuk anak usia 14 tahun ke atas adalah 4 mg sebanyak tiga kali sehari. Untuk anak usia 6-14 tahun adalah 4 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun adalah 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari.
Desloratadine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 5 mg sebanyak satu kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Dexchlorpheniramine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 5-12 tahun adalah 1 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun adalah 0,5 mg sebanyak 4-6 kali sehari.
Dimenhydrinate Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 50-100 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 6-11 tahun adalah 25-50 mg sebanyak 3-4 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 2-5 tahun adalah 12,5-25 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
Diphenhydramine Dosis untuk anak usia 16 tahun ke atas dan lansia yang tidak memiliki penyakit pikun adalah 50 mg sebanyak satu kali sehari.
Doxylamine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 25-50 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun adalah 12,5-25 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-6 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Fexofenadine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 120 mg sebanyak satu kali sehari.
Hydroxyzine Dosis untuk orang dewasa adalah 25 mg per hari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi 25 mg sebanyak 3-4 kali sehari. Dokter akan menyesuaikan dosis untuk bayi antara usia enam bulan sampai enam tahun dengan berat badan masing-masing pasien.
Ketotifen Dosis untuk anak usia tiga tahun ke atas adalah 1 kali tetes pada mata yang mengalami peradangan. Penetesan harus dilakukan dua kali dalam sehari.
Levocetirizine Dosis untuk anak usia lima tahun ke atas adalah 5 mg sebanyak satu kali sehari.
Loratadine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 2-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Mizolastine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas dan lansia adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari.
Phenindamine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 25 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun adalah 12,5 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-6 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Promethazine Dosis untuk anak usia 10 tahun ke atas sampai dewasa adalah 10 mg sebanyak dua kali sehari. Jika diperlukan dosis bisa ditingkatkan menjadi 20 mg sebanyak tiga kali sehari. Untuk dosis anak usia 5-10 tahun adalah 10-20 mg per hari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 2-5 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

Menggunakan Antihistamin Dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat antihistamin sebelum menggunakannya.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk menggunakan obat antihistamin pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalkan efeknya.

Bagi pasien yang lupa menggunakan obat antihistamin, disarankan segera melakukannya jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis obat antihistamin pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Antihistamin

Sama seperti obat-obat lain, antihistamin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:

  • Mengantuk
  • Mulut kering atau disfagia
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Nyeri perut
  • Sulit buang air kecil
  • Mudah marah
  • Penglihatan kabur

Our Brands