News

Patokan Berat Badan Bayi Normal Sesuai Usianya

Patokan Berat Badan Bayi Normal Sesuai Usianya

Patokan Berat Badan Bayi Normal Sesuai Usianya

 

Bagaimana sebenarnya patokan berat badan bayi normal? Yang jelas, Bunda jangan langsung cemas jika tubuh Si Kecil tampak lebih besar atau lebih kecil dibandingkan bayi lain yang seusianya. Asalkan beratnya masih dalam rentang normal dan tidak memiliki keluhan lain, maka Si Kecil tergolong sehat.

Pada beberapa hari pertama setelah lahir, bayi dapat mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan bayi normal adalah sekitar 5% dari berat lahir pada bayi yang diberi susu formula atau 7-10% pada bayi yang diberi ASI. Dua minggu setelah kelahiran, berat badan bayi akan kembali seperti pada saat lahir, bahkan lebih dari itu.

 

Penting untuk memastikan agar berat badan Si Kecil tetap naik. Hal ini menunjukkan kalau Si Kecil sehat dan mendapat asupan nutrisi yang cukup. Caranya, timbang Si Kecil setiap bulan dan catat pertambahan beratnya pada buku KIA atau grafik pertumbuhan yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS).

Berat Badan Bayi Normal Sesuai Usia

Berat badan bayi normal akan berubah seiring pertambahan usia. Pertambahan berat badan bayi normal setiap bulannya dihitung dari berat lahir. Berikut ini adalah tabel pertambahan berat badan bayi normal sesuai usianya:

Usia

Pertambahan Berat Badan Minimal

1 bulan

800 gram

2 bulan

900 gram

3 bulan

800 gram
4 bulan

600 gram

5 bulan

500 gram
6 bulan

400 gram

7-17 bulan

300 gram

18-24 bulan

200 gram

Sebagai contoh, jika berat saat lahir 3 kg, maka berat badan Si Kecil dikatakan naik jika mencapai angka berikut:

Berat Lahir = 3 kg

Usia

Berat Badan Bayi Normal

1 bulan

3800 gram

2 bulan

4700 gram

3 bulan

5500 gram

Berdasarkan grafik KMS, berat badan Si Kecil dikatakan gagal naik ketika grafik berat badan mendatar, menurun, atau memotong batas garis merah pertumbuhan di bawahnya. Meski berat badan Si Kecil di bulan berikutnya naik, namun jika kenaikannya kurang dari berat badan minimal, maka kondisi ini terbilang Si Kecil gagal tumbuh.

Bayi dan anak-anak perlu segera mendapatkan penanganan medis apabila berat badannya susah naik, menurun drastis, atau sudah memasuki zona kuning di dalam grafik KMS.

Tips Menaikkan Berat Badan Anak

Idealnya, bayi akan mengalami pertambahan berat badan setiap bulan. Pertambahan berat badan bayi juga akan semakin banyak pada saat ia mengalami growth spurt. Hal ini karena bertambahnya berat badan bayi merupakan salah satu tolak ukur apakah bayi mengalami pertumbuhan yang baik atau malah mengalami gangguan kesehatan.

Jika berat badan bayi tidak naik sebagaimana mestinya, kemungkinan bayi mengalami gagal tumbuh. Seorang bayi disebut mengalami gagal tumbuh jika berat badannya jauh lebih rendah dari berat badan normal bayi lain yang sama usianya berdasarkan grafik KMS atau jika berat badan bayi tidak naik sebanyak dua kali atau lebih saat dilakukan penimbangan berat badan setelah usianya bertambah.

Bayi tidak mencapai berat badan normal bisa karena ia tidak memperoleh nutrisi yang cukup atau menderita penyakit tertentu, misalnya memiliki masalah pencernaan yang menyebabkan nutrisi sulit diserap (malabsorbsi makanan), gangguan hormon, infeksi, anemia, atau kelainan bawaan.

Untuk menaikkan berat badan bayi dan menunjang peningkatan berat badan bayi yang normal, coba lakukan beberapa hal berikut:

  • Susui bayi sesering mungkin sebelum dia merasa mengantuk atau lelah. Hal ini bertujuan agar bayi menyusu dengan lebih optimal.
  • Cek pelekatan atau daya hisap bayi. Bayi yang mengalami bingung puting akibat pemakaian dot mungkin mengalami kesulitan dalam mengisap puting susu ibu. Hal ini bisa membuat bayi tidak mendapatkan ASI secara optimal.
  • Perhatikan apakah bayi mengalami tongue-tie, sehingga membuatnya sulit menyusu dari payudara.
  • Cobalah susui bayi di tempat yang nyaman dan dalam pikiran yang tenang agar tubuh memproduksi ASI dengan lebih baik.
  • Jika bayi sudah berusia enam bulan atau mulai bisa makan MPASI, tambahkan lebih banyak makanan yang mengandung kalori, seperti telur, ikan, daging, alpukat, keju, atau kentang.
  • Periksakan bayi ke dokter anak secara rutin untuk menentukan apakah ia memiliki masalah medis tertentu yang membuat berat badannya sulit naik.

Untuk memantau pertumbuhan Si Kecil, jangan lupa untuk rutin menimbang berat badannya setiap bulan di posyandu atau puskemas, dan konsultasikan tumbuh kembang serta kondisi kesehatannya pada dokter anak.

 

 

sumber : alodocter.com

Seperti Ini Ciri-ciri Bayi Tumbuh Gigi

Seperti Ini Ciri-ciri Bayi Tumbuh Gigi

Seperti Ini Ciri-ciri Bayi Tumbuh Gigi

 

Umumnya, gigi pertama bayi akan tumbuh saat usianya menginjak 4-6 bulan. Orangtua perlu mengenali ciri-ciri bayi tumbuh gigi, karena tidak jarang orang tua bingung ketika bayi tiba-tiba lebih rewel dari biasanya.

Ciri-ciri bayi tumbuh gigi berbeda antara satu bayi dengan bayi lainnya. Demikian pula rasa tidak nyaman yang ditimbulkan. Sebagian bayi hanya merasa tidak nyaman selama beberapa hari, namun ada pula yang merasakannya hingga beberapa bulan akibat gigi tumbuh secara berbarengan.

 

Mengenali Cirinya dengan Mudah

Agar Anda tidak bingung apakah bayi rewel karena tumbuh gigi atau karena penyebab lain, sebaiknya Anda mengetahui ciri-ciri bayi tumbuh gigi, yaitu:

  • Gusi bengkak

Untuk mencari tahu apakah bayi Anda benar mengalami tumbuh gigi, cobalah untuk membuka mulutnya secara perlahan. Bayi yang sedang tumbuh gigi, umumnya mengalami gusi bengkak, merah, dan mungkin tampak memar. Apalagi jika terlihat adanya gigi yang muncul secara samar di dalam gusi yang sedang meradang tersebut.

  • Menggigit dan mengisap barang di sekitarnya

Bayi tumbuh gigi biasanya suka menggigit atau mengisap benda yang ada di dekatnya, seperti menggigit mainan ataupun gendongan bayi. Ini dilakukannya sebagai respon gusi yang terasa gatal.

  • Banyak mengeluarkan air liur atau ngeces

Tidak diketahui alasan tumbuh gigi menyebabkan produksi air liur bertambah. Kemungkinan produksi air liur yang berlebih terjadi karena peningkatan gerak otot di mulut selama tumbuh gigi terjadi. Hal ini memicu kinerja kelenjar ludah menjadi lebih aktif, sehingga produksi air liur menjadi lebih banyak dari biasanya. Terkadang, hal ini juga bisa menyebabkan BAB bayi berwarna hijau.

  • Ruam di sekitar mulut

Sebagian bayi dapat mengalami ruam di sekitar mulut. Ini terjadi karena produksi air liur berlebih dapat membuat area sekitar mulut menjadi lembap. Jika Anda melihat air liur sudah membasahi area sekitar mulut bayi, segera bersihkan dengan lap atau tisu bersih untuk membantu mencegah ruam.

  • Tidak nafsu makan

Ciri-ciri bayi tumbuh gigi lainnya adalah mengalalami malas makan atau tidak nafsu makan. Bahkan pada sebagian anak, kondisi ini membuat mereka menolak untuk makan dan minum sama sekali.

  • Rewel di malam hari

Bayi yang sedang tumbuh gigi cenderung akan menjadi lebih rewel atau sulit tidur di malam hari. Sebab, laju pertumbuhan gigi akan mengalami peningkatan pada waktu malam.

  • Demam

Peradangan gusi yang terjadi saat gigi bayi mulai tumbuh bisa menyebabkan bayi mengalami demam. Demam saat tumbuh gigi umumnya tidak lebih dari 38 derajat Celsius. Sebaiknya periksakan bayi ke dokter jika demam melebihi suhu tersebut atau berlangsung lebih dari dua hari.

Cara Menenangkan Bayi yang sedang Tumbuh Gigi

Untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat tumbuh gigi pada bayi, Anda bisa melakukan berbagai macam hal sederhana di rumah, seperti:

  • Gosok gusi bayi yang tumbuh atau meradang secara perlahan dengan jari ataupun kain yang lembut dan bersih agar bayi merasa lebih nyaman.
  • Berikan bayi teether atau mainan khusus yang dapat digigit. Anda bisa memasukkan teether terlebih dahulu ke dalam kulkas selama beberapa waktu sampai teether menjadi dingin, sehingga dapat lebih mengurangi rasa gatal dan rasa tidak nyaman.
  • Untuk bayi usia 6 bulan, Anda dapat memberikan potongan apel atau makanan lain yang telah didinginkan. Hal ini dapat mengurangi rasa tidak nyaman, sambil tetap diawasi dengan baik agar bayi tidak

Perhatikan ciri-ciri bayi tumbuh gigi, agar Anda dapat menyikapinya dengan tepat. Jika bayi belum tampak gigi pertama setelah usia 9 bulan, jangan buru-buru khawatir. Selama pertumbuhan tulang, kulit, dan rambutnya berjalan normal, sebenarnya tak ada yang perlu dirisaukan. Namun, sebaiknya konsultasi ke dokter gigi apabila hingga usia 18 bulan bayi tak kunjung tumbuh gigi.

Bunda, Yuk, Ketahui Penyebab Bayi Malas Makan

Bunda, Yuk, Ketahui Penyebab Bayi Malas Makan

Bunda, Yuk, Ketahui Penyebab Bayi Malas Makan

 

Ketika disodorkan makanan oleh Bunda, Si Kecil tiba-tiba menutup mulut dan menolaknya. Padahal, biasanya ia selalu bersemangat saat waktu makan telah tiba. Daripada menerka-nerka apa penyebab bayi malas makan, mari cari tahu alasannya di sini.

Persoalan bayi susah dan malas makan kerap dialami oleh banyak orang tua. Bila penyebabnya tidak segera ditangani, lama-kelamaan bayi bisa saja kekurangan nutrisi dan mengalami gagal tumbuh. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk mencari tahu alasan Si Kecil malas makan.

 

Penyebab Umum Bayi Malas Makan

Berikut ini adalah beberapa hal yang biasanya menyebabkan bayi menjadi enggan untuk makan:

1. Sedang tidak sehat

Saat Si Kecil malas makan, mungkin saja ia sedang tidak dalam kondisi yang sehat. Beberapa kondisi seperti batuk, pilek, sariawan, dan sembelit, bisa menurunkan nafsu makan bayi, sehingga ia enggan untuk makan walaupun makanan tersebut adalah kesukaannya.

2. Tumbuh gigi

Masa-masa mulai makan makanan padat juga merupakan masa-masanya bayi mulai tumbuh gigi. Nah, rasa tidak nyaman dari gusinya yang bengkak dan sakit ini bisa membuat Si Kecil malas makan.

Selain tidak mau makan, Si Kecil juga menjadi lebih sensitif dan rewel. Tapi, Bunda tenang saja, setelah giginya tumbuh dan rasa nyeri sudah menghilang, nafsu makan Si Kecil akan kembali lagi, kok. Bunda juga bisa meredakan keluhan tumbuh gigi Si Kecil dengan memijat lembut gusinya yang bengkak, agar ia mau makan.

3. Tidak lapar

Malas makan juga bisa menjadi tanda bahwa Si Kecil tidak sedang lapar. Bila Bunda memberikannya banyak camilan dan juga susu beberapa saat sebelum waktu makan tiba, bisa saja ia masih merasa kenyang sehingga malas untuk makan.

Oleh karena itu, Bunda dianjurkan untuk tidak memberikan Si Kecil camilan paling tidak 1 jam sebelum waktu makannya. Dengan begitu, rasa laparnya akan datang ketika waktu makan tiba dan Si Kecil pun akan dengan lahap memakan makanan yang Bunda berikan.

4. Bosan dengan menu makanan

Pemberian menu makanan yang sama berulang kali bisa membuat Si Kecil bosan, lho, Bun. Nah, bila memang akhir-akhir ini menu yang diberikan cuma yang itu-itu saja, Bunda bisa coba mengganti menu dengan resep atau bahan makanan baru yang belum pernah ia coba.

Sebelum diberikan kepada Si Kecil, perhatikan pula suhu dan rasa makanan. Pastikan suhu makanan tidak terlalu panas atau dingin dan rasa makanan tidak terlalu pahit, agar Si Kecil tidak menolak makanan yang Bunda berikan.

Malas makan bisa dialami bayi kapan saja. Bila Si Kecil mengalami kondisi ini, bersabarlah dan jangan mudah menyerah, ya, Bun. Selain itu, penting agar Bunda tidak memaksanya makan, karena itu bisa membuatnya trauma.

Namun, bila Si Kecil terus-menerus menolak makanan yang Bunda berikan, ada baiknya untuk segera memeriksakan ia ke dokter, ya, Bun. Jangan sampai malas makan ini menyebabkan berat badan Si Kecil turun atau kekurangan gizi.

Penyebab Mata Berair dan Cara Mengatasinya

Penyebab Mata Berair dan Cara Mengatasinya

Penyebab Mata Berair dan Cara Mengatasinya

 

Ketika mengedip, kelenjar pada kelopak mata akan memproduksi sedikit air mata guna melembapkan indera penglihatan Anda dan menyingkirkan benda-benda asing darinya. Produksi air mata menjadi lebih banyak ketika Anda menguap, tertawa terbahak-bahak, atau menangis. Tapi, ada beberapa orang yang mungkin mengalami mata berair secara terus-menerus.

Selain cairan yang mengandung garam (air mata), kelenjar lain pada kelopak mata juga memproduksi minyak. Zat ini dapat mencegah air mata menguap terlalu cepat.

Penyebab Mata Berair

Mata berair dapat terjadi ketika kelenjar yang memproduksi minyak tidak bekerja dengan semestinya. Hal ini membuat air mata cepat menguap dan menjadikannya lebih cepat mengering. Mata kering inilah yang merangsang produksi air mata secara berlebih sehingga menyebabkan mata berair. Mata berair juga bisa terjadi karena adanya sumbatan pada saluran air mata.

Ada berbagai kondisi yang bisa menjadi penyebab mata berair, antara lain:

  • Faktor cuaca atau lingkungan di sekitar mata, seperti asap, angin, atau sinar yang terlalu terang.
  • Mata lelah.
  • Ada benda asing atau bahan kimia iritatif di mata.
  • Flu.
  • Alergi.
  • Radang kelopak mata.
  • Infeksi salah satu bagian mata seperti pada konjungtivitis.
  • Bulu mata tumbuh ke dalam atau keluar.
  • Efek samping obat-obatan.
  • Penyakit tertentu, gangguan tiroid, sinusitis kronis, tumor, dan Bell’s palsy.
  • Efek samping terapi radiasi.

Mata berair juga terkait dengan usia. Kondisi ini umum terjadi pada bayi dan kalangan berusia lebih dari 60 tahun.

Cara Mengatasi Mata Berair

Kebanyakan, mata berair tidak membutuhkan perawatan khusus karena dapat membaik dengan sendirinya. Namun terkadang, kondisi ini bisa menjadi masalah yang mengganggu aktivitas dan rasa nyaman sehingga membutuhkan penanganan khusus.

Berikut beberapa cara mengatasi mata berair disesuaikan dengan penyebabnya:

  • Mengompres mata dengan handuk basah hangat selama beberapa kali dalam sehari bisa mengatasi saluran air mata yang tersumbat.
  • Obat tetes mata bisa Anda gunakan untuk menangani mata kering.
  • Dokter mungkin meresepkan obat antibiotik untuk mengatasi mata berair yang disebabkan oleh konjungtivitis atau infeksi mata.
  • Jika penyebabnya alergi, mengonsumsi obat antihistamin bisa membantu mengatasinya.
  • Tindakan medis bisa dilakukan untuk mengatasi bulu mata yang tumbuh ke dalam atau mengeluarkan benda asing pada mata.
  • Dokter mungkin merekomendasikan jalur operasi jika terjadi penyumbatan pada saluran air mata Anda.

Mata berair pada bayi biasanya disebabkan oleh penyumbatan saluran air mata. Biasanya penyumbatan saluran air mata pada bayi bisa membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.

Tapi, Anda bisa mempercepat penyembuhan dengan cara memijat saluran air mata tersebut menggunakan jari telunjuk yang bersih. Lakukan pijatan lembut pada sisi tulang hidung bayi Anda, di dekat sudut dalam matanya. Arahkan pijatan ke arah cuping hidung. Pijatan ini bisa dilakukan selama beberapa kali tiap harinya selama beberapa bulan.

Namun jika kondisi belum juga membaik, jalur operasi mungkin bisa dijadikan pilihan.

Sebenarnya perawatan mungkin tidak diperlukan jika mata berair tidak mengganggu aktivitas Anda sehari-hari. Namun, segera konsultasikan ke dokter mata jika Anda mengalami mata berair berkepanjangan yang diiringi oleh rasa sakit, mata memerah, iritasi, perdarahan, memar di sekitar mata, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, atau bahkan membuat Anda tidak dapat melihat sama sekali.

 

sumber : alodokter.com

Cara Sterilisasi Botol Susu untuk Menjaga Kesehatan Bayi

Cara Sterilisasi Botol Susu untuk Menjaga Kesehatan Bayi

Cara Sterilisasi Botol Susu untuk Menjaga Kesehatan Bayi

Sterilisasi botol susu merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan bayi dan mencegahnya terkena penyakit. Jika botol susu tidak terjaga kebersihannya, bayi dapat lebih berisiko terinfeksi kuman penyebab penyakit.

Menjaga kesehatan bayi membutuhkan perhatian ekstra. Hal ini terutama karena bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih lemah, sehingga ia rentan terkena infeksi.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, Anda dituntut untuk lebih cermat dalam mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh bayi, mulai dari makanan yang ia konsumsi hingga kebersihan tempat tidur, pakaian, mainan, serta botol susu dan peralatan makan bayi.

Sterilisasi botol susu tidak wajib dilakukan tiap kali Si Kecil ingin menyusu. Anda hanya perlu mensterilisasi botol susu saat botol baru saja dibeli atau saat Anda menggunakan botol susu milik bayi lain untuk menyusui Si Kecil.

Selain itu, sterilisasi botol susu juga diperlukan ketika Si Kecil sakit atau air yang dipakai untuk mencuci botol susu tidak terjamin kebersihannya.

Cara Mencuci dan Sterilisasi Botol Susu Bayi

Sebelum melakukan sterilisasi, cucilah botol susu terlebih dahulu. Berikut ini cara mencuci botol susu yang benar:

  • Cuci tangan hingga bersih menggunakan air mengalir dan sabun.
  • Lepaskan setiap bagian botol bayi, termasuk dot dan tutupnya.
  • Cuci botol dan setiap bagiannya dengan sabun dan air mengalir atau air hangat.  Usahakan agar mencuci setiap bagian botol hingga bersih dari sisa susu.
  • Bersihkan sisi luar dan dalam botol agar botol susu tersebut bersih sepenuhnya.

Setelah botol dicuci, proses sterilisasi bisa dilakukan. Ada 3 cara umum yang dapat Anda pilih untuk mensterilisasi botol susu, yaitu:

1. Sterilisasi botol susu dengan steamer botol susu

Sterilisasi botol susu dengan menggunakan mesin penguap ini merupakan cara yang paling praktis dan cepat. Mesin ini bekerja dengan cara menciptakan uap panas bersuhu tinggi yang mampu menghilangkan kuman di dalam botol. Proses sterilisasi dengan menggunakan mesin ini hanya memakan waktu sekitar 8-12 menit.

Kelebihan lain yang bisa Anda dapat adalah kebersihan botol yang mampu bertahan hingga 6 jam selama botol tersebut disimpan di dalam mesin atau wadah steril yang tertutup. Hanya saja, untuk mendapat kemudahan dan kelebihan itu, tentu Anda perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk membelinya.

Saat menggunakan mesin penguap atau steamer botol susu ini, ikuti instruksi yang tertera pada kemasan mesin. Pastikan Anda menempatkan bagian-bagian botol menghadap ke bawah dan hindari memasukkan perlengkapan yang tidak aman untuk disterilkan, seperti pompa ASI.

2. Sterilisasi botol susu dengan microwave

Jika Anda memiliki microwave di rumah, Anda dapat memanfaatkan alat tersebut untuk mensterilisasi botol susu bayi.

Cara ini dilakukan hanya dengan memasukkan botol, dot, serta tutup botol yang sudah dicuci ke dalam microwave, kemudian nyalakan microwave pada suhu tinggi dan atur pemanasan untuk 1-2 menit.

Sebelum menggunakan mirowave untuk mensterilkan botol susu bayi, pastikan microwave berada dalam keadaan bersih, tidak berbau, dan tidak terdapat sisa makanan di dalamnya.

3. Merebus botol

Anda tidak perlu khawatir jika tidak memiliki mesin penguap botol susu atau microwave, sebab sterilisasi botol susu bayi juga bisa dilakukan hanya dengan merebusnya. Caranya, cukup dengan merebus air hingga mendidih atau bersuhu minimal 80 derajat Celsius, lalu rebus botol bayi selama kurang lebih 5 menit. Setelah itu, angkat botol menggunakan tong atau penjepit makanan, lalu letakkan botol di tempat yang bersih dan diamkan hingga kering.

Meskipun praktis dan murah, mensterilkan botol susu bayi dengan cara merebusnya dapat membuat dot botol bayi mudah rusak. Oleh karena itu, buang dan ganti dot atau bagian botol lain jika ada retak atau kerusakan.

Bahan Botol Susu Bayi yang Perlu Diperhatikan

Sebelum proses sterilisasi dilakukan, Anda perlu membaca keamanan produk yang tertera pada botol lebih dulu. Pasalnya, beberapa botol mengandung senyawa bisphenol A (BPA) yang bisa terlepas ketika dipanaskan dan larut ke dalam susu.

Jika tertelan oleh bayi, zat kimia ini dapat meningkatkan risiko bayi terkena sejumlah masalah kesehatan, seperti gangguan tumbuh kembang, kerusakan otak, serta masalah pada daya tahan tubuhnya.

Jika botol susu bayi tidak mengandung BPA, maka proses sterilisasi dapat dilakukan. Sebaliknya, apabila botol susu bayi mengandung bahan tersebut, pertimbangkan untuk membeli botol susu lain yang bebas kandungan BPA agar lebih aman ketika disterilisasi.

Sebisa mungkin hindari menggunakan panci yang sama untuk keperluan lain, seperti memasak. Bila perlu, belilah panci baru yang khusus digunakan untuk sterilisasi botol susu bayi.

Sterilisasi botol susu disarankan tetap dilakukan secara berkala hingga bayi berusia minimal setahun. Jika masih bingung terkait cara sterilisasi botol susu yang tepat atau berapa kali botol susu perlu disterilisasi, Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak.

 

sumber :alodockter.com

Menghadapi Bayi Cegukan

Menghadapi Bayi Cegukan

Menghadapi Bayi Cegukan

Cegukan pada bayi bisa membuat orang tua panik, terutama bagi orang tua yang baru memiliki bayi. Sebenarnya menghadapi bayi cegukan tidak perlu tindakan berlebihan, karena umumnya bisa segera hilang dengan sendirinya. Meski demikian, ada beberapa tanda dari cegukan bayi yang membutuhkan perhatian lebih.

Cegukan sebenarnya adalah reaksi diafragma yaitu otot yang memisahkan rongga dada dan perut, tepatnya di bawah tulang rusuk, yang berguna untuk membantu mengendalikan pernapasan. Reaksi tersebut menyebabkan diafragma mengencang secara tiba-tiba dan tanpa disadari, menutup pita suara di kerongkongan, sehingga menghasilkan bunyi khas cegukan di bagian atas tenggorokan. Saat bayi cegukan, ia juga bisa mengalami gumoh.

Alasan Terjadinya Cegukan

Secara medis, cegukan disebut dengan singultus. Pemicu cegukan bayi antara lain mengonsumsi terlalu banyak makanan, masuknya udara saat mengunyah atau saat bayi merasa tegang.

Umumnya cegukan terjadi ketika bayi mengisap udara berlebihan pada saat menyusu. Membuat bayi sendawa setelah menyusu merupakan salah satu cara untuk mengeluarkan udara dari perut agar bayi terhindar dari risiko cegukan dan rasa tak nyaman lainnya.

Meski bagi sebagian orang tua merasa cegukan bayi cukup mengganggu, namun sebenarnya tidak demikian bagi bayi. Selama cegukan yang terjadi tidak memengaruhi aktivitas bayi sehari-hari.

Tiap kondisi bayi berbeda. Itu sebabnya sebagian bayi memiliki kemungkinan lebih rentan mengalami cegukan dibandingkan bayi lain.

Membantu Mengatasi Cegukan

Ketika bayi mulai cegukan saat menyusu, tidak perlu panik. Beri jeda sejenak sambil menenangkan bayi.

Mengganti posisi atau mencoba membuat bayi bersendawa dapat dilakukan untuk menghentikan cegukan. Jika setelah beberapa menit cegukan tidak berhenti, berilah makanan karena kemungkinan dapat membantu menghentikan cegukan.

Jika bayi Anda sering mengalami cegukan, tunda waktu memberi makan hingga bayi merasa lebih relaks dan tenang. Namun, jangan ditunda terlalu lama hingga bayi menjadi rewel.

Meski demikian, cegukan seringkali tidak mengganggu proses menyusui pada bayi. Tak jarang bayi tetap bisa tidur meski mengalami cegukan.

Untuk membantu mengatasi cegukan, sebagian orang tua memberikan sesuatu untuk diisap oleh bayi. Orang tua boleh saja melakukan itu selama aman bagi bayi.

Hindari mencoba menghentikan cegukan dengan cara tradisional yang berisiko bagi bayi. Misalnya, mengejutkan bayi, menekan pelan kelopak mata, menarik lidah hingga menekan bagian ubun-ubun karena tidak ada bukti upaya tersebut efektif.

Kondisi yang Perlu Diwaspadai

Bagi bayi sehat, cegukan merupakan hal yang biasa. Hanya saja untuk sebagian bayi, cegukan dapat mengganggu pernapasan normal.

Selain itu, bayi yang mengalami gastroesophageal reflux disease atau refluks asam lambung kemungkinan akan cegukan lebih sering. Perhatikan juga ketika bayi cegukan. Jika disertai dengan upaya meludah atau batuk dan rewel, konsultasikan ke dokter tentang kondisi tersebut.

Anda juga perlu mewaspadai apabila cegukan tidak terkendali, terlalu sering atau terjadi terus-terusan setelah anak berusia satu tahun ke atas. Meski sangat jarang, ini bisa jadi tanda dari penyakit yang lebih serius.

Cegukan pada bayi prematur yang tengah menggunakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanis, bisa menyebabkan komplikasi. Hal ini disebabkan karena kemungkinan bayi memiliki masalah sumbatan saluran pernapasan bagian atas dan berkurangnya frekuensi pernapasan.

 

Cegukan merupakan reaksi fisik yang muncul secara tiba-tiba. Pada bayi, sebagian dipicu saat sedang menyusu. Meski demikian, cermati cegukan bayi jika terjadi terlalu lama, sering, atau di luar kewajaran. Segera konsultasi ke dokter mengenai kondisi tersebut.

sumber : alodockter.com

Bayi 6 Bulan: Mulai Mengonsumsi Makanan Padat

Bayi 6 Bulan: Mulai Mengonsumsi Makanan Padat

Bayi 6 Bulan: Mulai Mengonsumsi Makanan Padat

 

Pada umumnya, para dokter sepakat bahwa bayi 6 bulan sudah siap diperkenalkan dengan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI (MPASI). Pada usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi telah siap mengolah makanan padat.

Bayi usia 6 bulan senang duduk bermain di lantai dan mencoba berbagai posisi tubuh, serta melihat keadaan di sekelilingnya. Dibandingkan bayi 5 bulan, berat badan bayi 6 bulan sudah semakin meningkat. Bayi laki-laki pada umumnya berbobot 6,4-9,7 kg dengan panjang sekitar 63-71 cm. Sementara, bayi perempuan berbobot sekitar 5,8-9 kg dengan panjang 61,5-70 cm.

 

Kemampuan Motorik

Kaki bayi 6 bulan sudah dapat menopang sebagian berat tubuhnya. Bantu dia untuk berdiri pada pangkuan Anda atau lantai dengan memegang kedua ketiak bayi. Kekuatan otot kaki dan lengan ini sangat berperan untuk tahapan selanjutnya, yaitu merangkak. Anda dapat membantu melatih kekuatan otot dengan menempatkan mainan di sekitarnya untuk dia jangkau.

Selain itu, bayi 6 bulan umumnya sudah mampu melakukan hal-hal berikut:

  • Gemar menjatuhkan benda apa pun ke lantai untuk memperhatikan bunyi yang akan ditimbulkan.
  • Otot lengan dan lehernya yang sudah kuat, membuat bayi 6 bulan mulai dapat merangkak. Sebagian bayi pada awalnya merangkak ke belakang, kemudian setelah itu dapat merangkak ke depan. Tidak perlu khawatir selama dia terlihat bersemangat mengeksplorasi sekitarnya.
  • Dia dengan mudah dapat mengangkat benda dengan satu tangan dan memindahkan ke tangan yang lain.
  • Bayi 6 bulan mulai tertarik pada detail atau benda-benda kecil. Awasi si Kecil saat bermain, pastikan dia tidak memasukkan benda-benda kecil tersebut ke dalam mulutnya, untuk menghindari tersedak.
  • Dapat menggulingkan badan ke depan dan ke belakang.

Karena bayi 6 bulan sudah bisa bergerak ke mana-mana, tentu membutuhkan pemantauan yang lebih baik. Sebisa mungkin jangan tinggalkan dia sendiri tanpa pengawasan.

Kemampuan Bicara

Pada umumnya bayi 6 bulan dapat berceloteh dengan menggabungkan konsonan dan vokal seperti ‘ba’, ‘ah, atau ‘ma’. Namun tidak perlu terlalu khawatir jika pada usia 6 bulan ini bayi belum gemar berceloteh.

Kemampuan motorik dan pemahamannya terhadap bahasa memang lebih cepat berkembang dibandingkan kemampuan bicara, namun dia sudah dapat menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi. Bayi 6 bulan juga dapat menunjuk sesuatu yang diinginkan, menggeleng jika tidak setuju, atau melambai pada orang lain, meski belum dapat mengatakan apa yang dia maksud.

Membacakan dongeng pada bayi dan membiarkannya memperhatikan gambar-gambar menarik dalam buku akan membuat kemampuan bahasanya berkembang lebih baik. Dia juga akan tumbuh menjadi anak yang cinta pada buku. Si Kecil memang belum akan memperhatikan atau sabar mendengarkan Anda membacakan cerita, namun dia akan senang memperhatikan warna dan gambar, meski hanya sebentar.

Selain itu menyanyi juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuannya berbahasa dan merasa. Bahkan, musik tanpa lirik pun dapat membawa manfaat yang baik bagi perkembangan otak bayi.

Kemampuan Sosial

Pada masa ini, kemampuan interaksinya akan mengalami perkembangan sebagai berikut:

  • Jika sebelumnya dia masih enggan merespons atau takut pada kehadiran wajah-wajah baru, di usia 6 bulan bisa jadi dia akan menjadi lebih terbuka dan merespons senyuman serta ajakan orang lain untuk bercanda. Dia dapat seketika akrab dengan orang yang menurutnya menarik.
  • Dia akan berusaha menarik perhatian Anda, baik dengan tindakan yang menyenangkan Anda maupun yang tidak. Pada usianya kini, Anda sudah bisa mulai mengajarkan yang mana tindakan baik dan buruk.
  • Menangis kini tidak lagi menjadi satu-satunya cara untuk menunjukkan ekspresi dan menarik perhatian orang lain. Dia sudah bisa berteriak, memukul-mukul, menjatuhkan benda sehingga menimbulkan kegaduhan, atau menggunakan banyak cara lainnya.
  • Senang bermain dengan orang tua dan kerabat dekat.
  • Senang melihat bayangan diri sendiri pada cermin.
  • Dapat mengenali wajah orang tua dan kerabat yang sering ditemuinya. Begitu juga dapat mengenali wajah orang asing.
  • Dapat merespons ekspresi yang diperlihatkan orang lain.
  • Merespons ketika namanya disebut dan merespons suara dengan bersuara juga.

Hal Lain yang Perlu Diperhatikan

Dalam 6 bulan pertama kehidupannya, makanan yang diberikan hanyalah ASI. ASI dapat diberikan langsung melalui puting atau melalui botol susu setelah ibu memerah ASI. Setelah bayi memasuki usia 6 bulan, ia mulai mengonsumsi makanan padat sebagai MPASI, sehingga tinja bayi Anda akan berubah warna dan menjadi berbau.

Berikan lebih banyak buah dan sayuran jika tinjanya keras sehingga bayi tidak susah BAB. Makanan yang dipotong kecil-kecil atau finger food dapat menjadi pilihan MPASI pertama bayi. Makanan ini bisa berupa kentang potong, pisang, keju, dan bahan makanan segar lain yang dapat dia genggam dan dimasukkan ke mulut dengan mudah.

Makanan bayi instan atau kemasan memang praktis, tapi kemungkinan mengandung garam atau gula berlebih dan bahan pengawet. Lebih baik mengolah sendiri makanan segar di rumah, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, menjadi menu MPASI yang sehat dan menarik.

Pastikan semua makanan dalam keadaan bersih, juga telah direbus atau dikukus hingga matang agar makanan tersebut tidak keras dan dapat dengan mudah ditelan bayi yang giginya belum sepenuhnya tumbuh.

Saat beraktivitas, bayi 6 bulan yang sudah aktif bergerak membutuhkan pakaian yang lebih nyaman, seperti bahan katun yang menyerap keringat, tidak ketat dan tidak terlalu longgar. Hindari pakaian dengan tali, dasi, banyak kancing, dan terlalu banyak detail lain yang dapat membahayakan.

Pada usia ini, Anda juga sudah dapat mengamati apakah bayi dominan menggunakan tangan kanan atau kiri. Meski demikian, kecenderungan ini baru akan benar-benar terlihat setelah dia berusia 2-3 tahun.

Konsultasikan kepada Dokter

Perkembangan tiap bayi berbeda-beda sehingga tidak perlu terlalu khawatir jika bayi Anda belum menunjukkan semua kemampuan-kemampuan seperti di atas. Meski begitu, ada baiknya untuk memeriksakan si Kecil ke dokter jika:

  • Tidak dapat menyangga kepalanya sendiri dengan tegak.
  • Tidak terlihat dapat mengungkapkan kasih sayang kepada orang dekatnya.
  • Tidak dapat duduk sendiri.
  • Tidak dapat meraih obyek.
  • Tidak merespons senyuman orang lain atau suara di sekitarnya.
  • Tubuhnya terlihat kaku dan ototnya kencang, atau sebaliknya terlihat lemas seperti boneka.
  • Tidak mengucapkan kosakata apa pun seperti ‘oh’ atau ‘ah’.
  • Tidak dapat menggulingkan tubuhnya ke arah sebaliknya.
  • Tidak dapat memasukkan benda ke mulutnya.

Bayi 6 bulan senang bermain, terutama dengan semua benda yang dapat mengeluarkan bunyi. Benda apa pun sebenarnya dapat menarik perhatiannya, seperti suara air dari keran yang memenuhi ember atau suara kaleng bekas yang dipukul. Jika Anda ingin membeli mainan, pastikan Anda membeli mainan sesuai usia bayi.

Anda juga dapat menyediakan teether atau mainan yang aman untuk digigit bayi 6 bulan. Jangan lupa untuk memastikan kebersihan mainan tersebut dengan mencucinya tiap hari. Selain itu Anda dapat menggunakan berbagai jenis kain dengan beragam permukaan, yang dapat menjadi alas untuk tempatnya bermain.

Cara Mencegah Anak Gampang Sakit saat Cuaca Tidak Menentu

Cara Mencegah Anak Gampang Sakit saat Cuaca Tidak Menentu

Cara Mencegah Anak Gampang Sakit saat Cuaca Tidak Menentu

 

Cuaca yang tidak menentu bisa membuat tubuh anak rentan terserang penyakit, misalnya batuk, pilek, atau asma. Nah, supaya hal ini tidak terjadi pada Si Kecil, Bunda harus mengetahui langkah pencegahan yang tepat agar anak tidak gampang sakit.

Cuaca yang kian berganti-ganti membuat tubuh harus menyesuaikan diri dengan suhu sekitar dalam waktu yang cepat. Ditambah lagi, perubahan cuaca juga bisa memengaruhi kualitas air yang kita gunakan sehari-hari.

Cara Mencegah Anak Gampang Sakit saat Cuaca Tidak Menentu - Alodokter

Pada cuaca kering dan panas, air cenderung menjadi lebih keruh. Udara yang kita hirup juga mengandung lebih banyak debu dan kotoran yang bisa memberikan efek buruk bagi tubuh.

Sementara saat sering hujan, air jadi lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme jahat. Itulah alasannya, cuaca yang tidak menentu dapat membuat daya tahan tubuh melemah dan lebih mudah terserang penyakit.

Langkah Mencegah Anak Sakit ketika Cuaca Tidak Menentu

Daya tahan tubuh yang kuat bisa melindungi anak dari virus, bakteri, jamur, serta parasit penyebab penyakit. Supaya daya tahan tubuh Si Kecil tetap terjaga dan mampu melawan berbagai penyakit, berikut ini adalah langkah yang bisa Bunda lakukan:

1. Biasakan anak untuk menjaga kebersihan

Menjaga kebersihan merupakan cara efektif untuk mencegah serangan penyakit. Ajari Si Kecil untuk menjaga kebersihan dirinya dengan mandi secara rutin, menggunting kuku, dan menggunakan alas kaki saat keluar rumah.

Tidak kalah penting, biasakan Si Kecil mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh hewan, setelah menggunakan toilet, serta setelah batuk atau bersin. Bunda juga perlu menjaga kondisi rumah selalu dalam keadaan bersih dari debu dan tidak lembap, terutama kamar tidur dan ruang bermain anak.

2. Ajak anak untuk rutin berolahraga

Tidak hanya membuat otot dan tulang menjadi lebih kuat, rutin berolahraga juga terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak. Oleh karena itu, ajak Si Kecil untuk rutin berolahraga minimal 60 menit dalam sehari dan jadilah contoh yang baik untuknya.

Bunda tidak perlu mengajaknya ke gym. Cukup ajak Si Kecil aktif bergerak, misalnya dengan bermain basket, berenang, atau sekadar bermain kejar-kejaran. Bila mau, Bunda juga bisa mengajarinya sit-up atau push-up untuk melatih kekuatan otot.

3. Pastikan anak tidur dengan cukup

Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk bisa menurunkan produksi sitokin yang berperan sebagai penangkal infeksi dan radang. Oleh karena itu, pastikan Si Kecil cukup tidur, ya, Bunda. Waktu tidur ideal untuk anak usia 3–5 tahun adalah 10–13 jam per hari, sedangkan untuk anak usia 6–13 tahun adalah 9–11 jam per hari.

4. Berikan anak makanan bernutrisi

Nutrisi dalam makanan dapat menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak, terutama ketika cuaca sedang tidak menentu. Jika Si Kecil masih bayi, pastikan ia mendapatkan ASI eksklusif.

Jika Si Kecil sudah bisa makan, pastikan ia mendapat asupan buah dan sayur yang berwarna-warni. Vitamin pada buah dan sayur, seperti vitamin A dan E, memegang peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.

Selain itu, Bunda juga bisa memberikannya susu sebagai tambahan. Pilihlah susu yang mengandung nutrisi lengkap, mulai dari lemak, khususnya asam lemak omega-3 dan omega-6, protein, prebiotik, hingga vitamin dan mineral yang baik untuk daya tahan tubuh anak.

Kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam susu telah terbukti dapat meningkatkan kekuatan sistem imun anak dalam melawan atau mencegah penyakit. Selain itu, prebiotik, seperti inulin, FOS, dan GOS, juga dipercaya dapat menghindarkan anak dari berbagai macam penyakit pencernaan, terutama infeksi pencernaan.

Agar Si Kecil tidak bosan, Bunda bisa mencoba berkreasi untuk menyajikan hidangan yang menarik bagi Si Kecil setiap hari, dengan mengombinasikan berbagai jenis makanan sehat.

Jangan lupa untuk selalu memerhatikan kebersihan bahan makanan, air untuk masak, peralatan memasak, serta peralatan makan yang digunakan anak. Pastikan juga sumber air minum serta air untuk mandi dan mencuci di rumah terjaga kebersihannya.

Cuaca yang berubah-ubah memang bisa mendatangkan beragam penyakit. Supaya anak tidak gampang sakit saat cuaca tidak menentu, jaga daya tahan tubuhnya dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup dan mengajari kebiasaan yang sehat. Namun, bila Si Kecil masih juga gampang sakit atau sulit sembuh bila sakit, sebaiknya konsultasikan ke dokter ya, Bunda.

 

sumber : https://www.alodokter.com/

Bunda, Kenali Tanda-Tanda Bayimu Alergi Susu Sapi

Bunda, Kenali Tanda-Tanda Bayimu Alergi Susu Sapi

Bunda, Kenali Tanda-Tanda Bayimu Alergi Susu Sapi

 

Jika alergi susu sapi, bayi sering kali akan muntah atau diare setelah minum susu formula atau susu sapi. Namun, bukan hanya itu gejalanya. Ada gejala atau tanda-tanda lain yang bisa muncul pada bayi yang alergi terhadap susu sapi.

Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi makanan yang paling banyak menimpa bayi. Risiko bayi mengalami alergi akan lebih tinggi jika salah satu atau kedua orang tuanya juga memiliki riwayat alergi.

Bunda, Kenali Tanda-Tanda Bayimu Alergi Susu Sapi - Alodokter

Selain saat minum susu formula langsung, Si Kecil juga bisa menunjukkan reaksi alergi ketika ia mengonsumsi produk olahan susu sapi atau minum ASI dari ibu yang mengonsumsi susu sapi.

Alergi susu sering kali disamakan dengan intoleransi laktosa karena gejala kedua kondisi ini memang mirip. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang sangat berbeda.

Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu, sedangkan intoleransi laktosa terjadi ketika bayi sulit mencerna laktosa (gula alami pada susu).

Kenali Tanda-Tanda Bayi Alergi Susu Sapi

Saat Si Kecil mengalami alergi susu sapi, ia akan menunjukkan beberapa gejala berikut ini:

  • Gangguan pencernaan, seperti kram atau nyeri perut, muntah,  perut kembung, dan diare.
  • Gatal dan ruam di kulit.
  • Bengkak-bengkak di bagian tubuh tertentu.
  • Batuk-batuk.
  • Hidung meler.
  • Mata berair.
  • Rewel atau sering menangis.

Setiap bayi yang mengalami alergi susu sapi bisa menunjukkan gejala yang berbeda. Gejala bisa muncul dengan cepat dalam hitungan menit setelah minum susu sapi, namun bisa juga muncul beberapa jam sesudahnya.

Walaupun jarang terjadi, beberapa bayi dan anak-anak dapat mengalami reaksi alergi parah (anafilaksis) yang ditandai dengan sesak napas, pingsan, dan pembengkakan di lidah, bibir, atau tenggorokan.

Lakukan Ini saat Bayi Alergi Susu Sapi

Cara termudah dan terbaik untuk mencegah bayi yang alergi susu sapi mengalami alergi alergi adalah memberikan ASI selama enam bulan pertama hidupnya (ASI eksklusif).

Saat menyusui Si Kecil, disarankan untuk tidak mengonsumsi asupan yang berasal dari susu sapi dan olahannya, seperti keju dan yoghurt, sebab selama masih menyusui, apa pun yang Bunda konsumsi akan memengaruhi kandungan ASI Bunda.

Sedangkan jika Bunda memberikan susu formula untuk Si Kecil, pilihlah susu bertuliskan hypoallergenic yang sudah dibuat khusus untuk mengurangi risiko alergi. Bunda juga bisa memberikan Si Kecil susu formula dari kacang kedelai.

Namun, tetap perhatikan apakah Si Kecil cocok dengan jenis susu yang diberikan, karena beberapa bayi yang alergi susu sapi juga mungkin alergi terhadap kedelai.

Jika alergi susu sapi yang dialami oleh Si Kecil menyebabkan berat badannya sulit naik, sulit mendapatkan asupan makanan yang sehat, sangat sering kambuh, atau muncul reaksi anafilaksis, segeralah bawa Si Kecil ke dokter anak untuk mendapatkan penanganan dan saran lebih lanjut dari dokter.

 

sumber: alodockter.com

Penanganan Herpes pada Bayi Sebaiknya Jangan Ditunda

Penanganan Herpes pada Bayi Sebaiknya Jangan Ditunda

Penanganan Herpes pada Bayi Sebaiknya Jangan Ditunda

 

 

Herpes pada bayi akan menyebabkan munculnya luka yang melepuh pada mulut dan sekitar bibir bayi atau di bagian tubuhnya yang lain. Lepuhan ini akan terasa menyakitkan dan bisa membuat bayi rewel. Jika Si Kecil mengalami herpes, Bunda sebaiknya segera memeriksakannya ke dokter.

Penyakit herpes pada bayi disebabkan oleh virus herpes simpleks. Jenis virus herpes yang paling sering menyebabkan herpes pada bayi adalah virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), tetapi kadang virus herpes simpleks tipe 2 juga bisa menyerang bayi.

Penanganan Herpes pada Bayi Sebaiknya Jangan Ditunda - Alodokter

Penularan virus HSV ini dapat terjadi melalui kontak kulit, air liur, atau saat Si Kecil menyentuh benda yang telah terkontaminasi virus herpes. Virus herpes juga dapat dengan mudah menular ketika bersentuhan dengan lepuh penderita herpes, misalnya pada kulit atau bibirnya.

Inilah alasan Bunda tidak dianjurkan membiarkan Si Kecil dicium oleh sembarang orang.Selain itu, bayi juga berisiko tertular virus herpes dari ibu yang menderita herpes genital saat proses persalinan.

Gejala Herpes pada Bayi Baru Lahir

Gejala herpes umumnya ditandai dengan luka melepuh di sekitar mulut, hidung, pipi, dan dagu. Setelah beberapa hari, luka ini akan pecah, kemudian membentuk kerak dan sembuh dalam 1–2 minggu.

Selain itu, herpes pada bayi juga bisa menyebabkan beberapa gejala berikut ini:

  • Demam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Rewel dan sering menangis
  • Kurang mau makan atau minum
  • Gusi bengkak
  • Air liur menetes
  • Kulit dan matanya tampak kuning
  • Lemas dan kurang responsif ketika dipanggil atau diajak bermain
  • Muncul ruam dan luka melepuh di kulit

Biasanya luka melepuh akibat herpes ini bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 2 minggu. Namun, saat bayi mengalami luka melepuh akibat herpes, ia akan merasa kesakitan dan rewel serta kurang mau makan dan minum. Hal ini membuat bayi rentan mengalami dehidrasi.

Jika tidak diobati, herpes pada bayi juga bisa menyebabkan gangguan pada pernapasan, otak, atau sistem sarafnya. Oleh karena itu, Bunda perlu segera memeriksakan Si Kecil ke dokter jika ia menunjukkan gejala-gejala herpes.

Herpes pada Bayi Dapat Berbahaya

Tanpa penanganan yang tepat dan sedini mungkin, virus herpes dapat dengan mudah menyebar ke organ tubuh lain, seperti mata, paru, ginjal, hati, dan otak bayi.

Jika penyakit herpes sudah menyerang berbagai organ, maka bayi dapat mengalami gangguan kesehatan yang sangat serius, seperti kejang, penurunan kesadaran, sesak napas, kebutaan, hingga radang otak (ensefalitis). Infeksi virus herpes juga berisiko tinggi mengancam nyawa bayi.

Oleh karena itu, herpes pada bayi perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter. Penanganan yang dilakukan oleh dokter umumnya bertujuan untuk meringankan gejala dan membantu proses pemulihan herpes pada bayi serta mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya.

Langkah Penanganan dan Pencegahan Herpes pada Bayi

Untuk menangani herpes pada bayi, dokter dapat memberikan obat antivirus, seperti acyclovir, melalui infus. Bayi juga akan diberikan asupan cairan melalui infus untuk mengatasi atau mencegah dehidrasi.

Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan bantuan pernapasan dan oksigen jika bayi sulit bernapas.

Sementara pada ibu hamil yang menderita herpes genital, dokter mungkin akan menyarankan persalinan caesar untuk mencegah penularan virus herpes kepada bayinya melalui jalan lahir. Ibu hamil yang terinfeksi virus herpes juga mungkin akan diberikan pengobatan dengan antivirus.

Jika Bunda atau anggota keluarga lainnya ada yang menunjukkan gejala herpes, lakukanlah upaya berikut ini untuk mengurangi risiko penularan herpes pada bayi:

  • Hindari mencium bayi.
  • Cuci tangan hingga bersih setiap ingin menyentuh bayi.
  • Bersihkan payudara lebih dahulu sebelum menyusui bayi.
  • Tutup luka yang melepuh di kulit atau bibir dengan kasa steril.

Herpes pada bayi tidak bisa disepelekan. Semakin muda usia bayi saat terkena herpes, semakin tinggi risiko terjadinya penyebaran infeksi ke berbagai organ yang dapat berakibat fatal.

Oleh karena itu, segeralah periksakan Si Kecil ke dokter anak bila ia menunjukkan gejala-gejala herpes. Dengan penanganan secara dini dari dokter, risiko Si Kecil untuk mengalami komplikasi berbahaya akibat herpes bisa diminimalkan.

 

sumber : alodokter.com

Our Brands