News

Pengertian Batuk-Batuk

Pengertian Batuk-Batuk
Pengertian Batuk-Batuk

Batuk adalah respons alami dari tubuh sebagai sistem pertahanan saluran napas jika terdapat gangguan dari luar. Respons ini berfungsi membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi atau bahan iritan (seperti debu atau asap) agar keluar dari paru-paru dan .

Batuk jarang mengindikasikan penyakit serius dan umumnya akan sembuh dalam waktu tiga minggu, sehingga tidak membutuhkan pengobatan. Keefektifan obat batuk juga belum terbukti sepenuhnya. Ramuan buatan sendiri seperti air madu dan lemon bisa membantu meringankan batuk ringan.

Jenis-jenis Batuk

Jenis-jenis batuk dibedakan menjadi batuk berdahak dan batuk kering. Batuk berdahak dikenal dengan istilah batuk produktif karena batuk ini disertai dengan meningkatnya produksi lendir atau dahak di tenggorokan. Sedangkan batuk kering dikenal dengan istilah batuk nonproduktif karena batuk ini tidak disertai dengan dahak.

Tanda-tanda awal batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yang memicu batuk. Batuk tanpa dahak ini biasa terjadi pada tahap akhir pilek atau ketika ada paparan bahan iritan.

Pada kasus yang berdahak, batuk justru sangat membantu karena berfungsi mengeluarkan dahak. Dahak tersebut bisa berasal dari tenggorokan, sinus, serta paru-paru.

Selain itu, terdapat juga istilah batuk alergi, yang umumnya merupakan batuk kering, dan batuk yang menyertai flu, yang bisa muncul baik dalam bentuk batuk kering maupun berdahak.

Penyebab Batuk

Infeksi saluran pernapasan akibat virus adalah penyebab utama pada sebagian besar pengidap. Di samping itu, ada beberapa penyebab batuk lain yang meliputi:

  • Penyakit jangka panjang yang kambuh, misalnya asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau bronkitis kronis.
  • Rinitis alergi, misalnya alergi terhadap serbuk sari (hay fever).
  • GERD. Penyakit ini menyebabkan asam lambung berkumpul pada esofagus dan memicu batuk.
  • Cairan dari hidung yang menetes ke tenggorokan.
  • Merokok atau menggunakan tembakau dengan cara lain.
  • Paparan debu, asap, serta senyawa kimia.

Meski jarang terjadi, faktor-faktor di atas tetap bisa menjadi penyebab awal dari penyakit yang menyebabkan batuk jangka panjang.

Diagnosis Batuk

Dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa kondisi fisik Anda. Riwayat medis Anda dan keluarga juga akan ditanyakan pada awal pemeriksaan. Jika tidak yakin dengan penyebab batuk Anda, Dokter kemungkinan akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa:

  • Pengambilan sampel dahak untuk menentukan adanya infeksi bakteri dan jenis antibiotik yang akan diberikan jika batuk disebabkan oleh bakteri.
  • Rontgen dada untuk memeriksa entah Anda mengalami infeksi paru-paru.
  • Spirometri, yaitu prosedur menarik dan menghembuskan napas lewat tabung yang terhubung dengan mesin. Langkah ini berfungsi untuk memeriksa apakah Anda memiliki penyakit saluran pernapasan atau tidak.
  • Tes alergi untuk memeriksa entah batuk Anda diakibatkan sesuatu yang memicu alergi, misalnya tungau debu.

Pengobatan Batuk

Batuk ringan jarang membutuhkan langkah pengobatan yang serius, cukup diatasi dengan obat batuk untuk meredakan rasa gatal, atau untuk mengencerkan dahak agar lebih mudah dikeluarkan.

Namun jika batuk masih berkepanjangan, itu bisa menjadi pertanda adanya infeksi saluran pernapasan yang lebih serius. Konsultasikanlah ke dokter jika Anda mengalami batuk yang parah dan tidak kunjung reda, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.

Batuk ringan memang jarang membutuhkan langkah pengobatan tertentu. Namun, segera konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami batuk yang:

  • Lebih dari tiga minggu akibat infeksi virus.
  • Bertambah parah.
  • Disertai darah, kesulitan bernapas, sakit dada, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, demam, atau terjadi pembengkakan dan muncul benjolan di leher.

Batuk pada Bayi dan Anak-anak

Batuk pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan batuk pada orang dewasa, antara lain infeksi saluran pernapasan, asma, dan GERD.

Bila batuk menjadi berkepanjangan, bisa menjadi pertanda adanya infeksi saluran pernapasan yang lebih serius. Konsultasikanlah ke dokter jika anak Anda mengalami batuk yang parah dan tidak kunjung reda, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.

Mewaspadai gejala batuk rejan juga sangat penting, terutama pada anak-anak dan bayi. Gejala batuk rejan meliputi:

  • Suara lengkingan di setiap tarikan napas dalam-dalam setelah batuk.
  • Batuk bertubi-tubi dan intens yang mengeluarkan dahak kental.
  • Kelelahan dan wajah memerah karena terus batuk.
  • Muntah.

Di samping batuk rejan, batuk pada bayi dan anak juga bisa disebabkan oleh bronkiolitis dan croup. Bronkiolitis merupakan infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada bayi serta anak-anak di bawah usia dua tahun. Sedangkan croup adalah infeksi virus yang menyerang laring (kotak suara) atau trakea (batang tenggorokan) bayi dan anak-anak.

 

Lebih Teliti Menjaga Berat Badan Anak

Lebih Teliti Menjaga Berat Badan Anak

Lebih Teliti Menjaga Berat Badan Anak

Menjaga berat badan anak akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhannya. Hal ini tidak bisa hanya dilihat dari penampilan anak saja. Memiliki berat badan ideal tidak hanya penting untuk orang dewasa, anak-anak juga demikian.

Setiap anak mempunyai tipe tubuh berbeda serta proses pertumbuhan yang bervariasi. Selain itu, faktor keturunan juga sangat berperan terhadap pembentukan tubuh dan perkembangan berat badan seseorang.

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa digunakan untuk membantu Anda mengetahui cara menjaga berat badan Anak. Cara ini dikembangkan para ahli untuk mengetahui apakah seseorang berada pada kisaran berat badan yang sehat sesuai dengan tinggi badannya.

IMT digunakan sebagai indikator terhadap komposisi lemak tubuh, termasuk untuk anak-anak dan remaja. Cara ini dianggap sebagai salah satu metode sederhana untuk mengetahui seberapa sehat berat badan anak.

Untuk menentukan IMT anak, harus dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan yang akurat. Pengukuran pribadi di rumah belum tentu tepat, maka disarankan untuk melakukan pengukuran oleh dokter.

Sebaiknya masukkan juga data berdasarkan ukuran anak yang terbaru. Hal ini disebabkan usia, tinggi, dan berat badan anak terus berubah seiring perkembangannya setiap hari.

Memanfaatkan Indeks Massa Tubuh sebagai Indikator

Anda dapat mencari tahu apakah IMT anak Anda berada di kisaran yang normal atau tidak melalui kalkulator di bawah ini.

Pilihlah opsi menghitung IMT untuk anak (child). Kemudian, masukkan jenis kelamin, tanggal lahir, data tinggi badan dan berat badan anak. Lalu pilih tombol kalkulasi (calculate).

Hasil dari kalkulasi antara lain:

  • Underweight yaitu berat badan kurang.
  • Healthy weight yaitu berat badan sehat atau normal.
  • Overweight yaitu berat badan berlebih.
  • Very overweight yaitu berat badan sangat berlebih.

Berbeda dengan orang dewasa, hasil perhitungan IMT pada anak kemudian dibandingkan dengan grafik pertumbuhan anak. Grafik itu berlaku untuk seluruh anak tanpa membedakan etnis, status sosial ekonomi, dan jenis makanan. Tabel ini dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Anda dapat mengunjungi dokter spesialis anak untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut. Dokter juga biasanya akan mengumpulkan informasi tambahan untuk mengambil kesimpulan apakah berat badan anak tergolong ideal atau tidak. Penting untuk mengetahui adanya masalah berat badan dan mengatasinya sejak awal pada anak sebagai langkah pencegahan gangguan pertumbuhan.

Bagaimana Jika Berat Badan Anak Tidak Ideal?

Bagi anak-anak dengan berat badan rendah, bukan berarti mereka harus diberikan makanan berkalori tinggi, seperti permen, cokelat, kue, minuman manis, atau makanan berlemak. Mereka tetap membutuhkan pola makan dengan gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, buah dan sayur, protein, serta susu dan produk turunannya. Inilah sebabnya Anda memerlukan konsultasi lanjutan dengan dokter atau seorang ahli gizi setelah mengetahui kondisi berat badan anak dan status kesehatan serta tumbuh kembangnya.

Selain menjaga pola makan dan asupan gizi, berikut adalah informasi yang perlu Anda ketahui untuk menjaga kesehatan anak yang berberat badan kurang dari normal maupun yang melebihi kisaran normal.

  • Berat badan anak kurang dari normal.

Sebagian besar anak yang kurus tidak mengalami gangguan apa-apa. Hanya kemungkinan pubertas dan perkembangan tubuh mereka berbeda dari anak yang sebaya. Namun, sebagian besar anak yang kurus akan memiliki berat badan yang normal setelah mencapai tahap pubertas saat remaja.

Jika anak terus mengalami kekurangan berat badan, kemungkinan hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan yang membutuhkan perhatian medis. Segera konsultasikan ke dokter jika berat badan rendah disertai gejala-gejala seperti sering merasa lelah atau sakit, diiringi batuk, sakit perut, atau diare yang melebihi dua minggu.

  • Berat badan anak melebihi kisaran normal.

Upayakan anak-anak tetap memperoleh buah dan sayur yang cukup setiap hari. Berikan asupan kalori dari makanan dengan karbohidrat seperti roti, kentang, pasta atau nasi. Hindari makanan dengan kandungan gula atau lemak tinggi, seperti biskuit, kue, permen, dan minuman bersoda.

Perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti mengganti minuman ringan dengan air putih, mengurangi porsi makan, dan olahraga bersama di akhir pekan, seperti jalan-jalan keliling kompleks perumahan Anda.

Jika keluarga Anda terbiasa mengonsumsi makanan atau camilan tinggi kalori dan tidak banyak bergerak, maka kemungkinan anak akan meniru kebiasaaan tersebut. Pada kondisi ini, ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu berat badan anak berlebih atau bahkan mengalami obesitas. Untuk mengatasi hal tersebut, konsultasikan kepada dokter untuk rekomendasi pola makan dan olahraga yang sesuai. Hindari mengurangi kalori secara drastis atau menjalani diet ketat sembarangan karena dapat menghambat perkembangan tubuh anak.

Waspadai juga kemungkinan anak-anak yang awalnya memiliki masalah berat badan, akhirnya mengalami gangguan kesehatan pada saat dewasa. Anak dan remaja yang kelebihan berat badan dan obesitas, saat dewasa lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.

Bagi anak yang sudah memiliki berat badan ideal, tetap disarankan menjaga pola makan dan aktivitas fisiknya. Pastikan asupan nutrisi mereka sesuai dengan kebutuhan.

Jika perlu, lakukan pengecekan teratur dengan dokter untuk memonitor tumbuh kembang anak Anda. Konsultasikan dengan ahli nutrisi jika membutuhkan informasi mengenai asupan gizi yang sesuai untuk umur dan jenis kelamin anak.

sumber: alodokter.com

Pengertian Tongue-Tie (Ankyloglossia)

Pengertian Tongue-Tie (Ankyloglossia)

Pengertian Tongue-Tie (Ankyloglossia)

Tongue-tie adalah suatu kelainan bawaan pada organ mulut yang menyebabkan terbatasnya pergerakan lidah dan mulut. Kelainan ini umumnya menimpa bayi baru lahir, khususnya pada bayi laki-laki dan dapat berdampak kepada cara makan, menelan, berbicara, bahkan menyusui.

Penyebab Tongue-tie

Pada kondisi normal, sepotong selaput bernama lingual frenulum yang terletak di sisi bawah lidah terhubung dengan bagian lantai mulut. Namun pada tongue-tie atau ankyloglossia, bentuk lingual frenulum lebih pendek dan melekat pada sisi bawah ujung lidah dan lantai mulut sehingga penderitanya tidak bisa menjulurkan lidah keluar dengan baik.

 

Penyebab pasti lingual frenulum yang tidak terpisah saat lahir seperti pada kondisi normal belum diketahui hingga saat ini. Namun pada beberapa kasus sudah terjadi, penyakit ini bisa berkaitan dengan faktor genetik tertentu dan menurun di keluarga.

Gejala Tongue-tie

Seorang bayi mungkin memiliki kondisi tongue-tie jika terdapat tanda-tanda, seperti kesulitan mengeluarkan lidah melewati gigi depan bagian bawah dan kesulitan mengangkat lidah hingga menyentuh gigi bagian atas. Bayi Anda juga akan kesulitan menggerakkan lidah dari sisi satu ke sisi lainnya. Bayi yang memiliki kelainan tongue-tie kemungkinan memiliki lidah berbentuk hati atau seperti terdapat lekukan di ujung lidahnya.

 

Segera hubungi dokter jika anak mengalami kesulitan saat sedang menyusui, atau makan, berbicara, dan saat berusaha menggapai gigi belakang dengan lidahnya, atau gejala lain yang dirasa sangat mengganggu.

Diagnosis Tongue-tie

Diagnosis tongue-tie didapatkan melalui pemeriksaan dari sisi ibu maupun pemeriksaan fisik pada bayi atau anak. Dokter akan menanyakan pada ibu apakah merasakan kesulitan saat menyusui, atau memberi makan anak, dan sebaliknya. Dokter juga akan bertanya tentang keterbatasan pergerakan lidah yang dialami anak dan apakah anak mengeluarkan suara yang berbeda saat berbicara atau melakukan kegiatan terkait lainnya.

 

Pada bayi atau anak, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk menganalisis seberapa baik kemampuan lidah bergerak atau bekerja berdasarkan beberapa aspek penilaian.

Pengobatan Tongue-tie

Pengobatan tongue-tie memiliki penanganan serta pendekatan yang berbeda-beda dan masih menimbulkan perdebatan diantara para ahli. Beberapa ahli dapat merekomendasikan untuk menunggu dengan harapan lingual frenulum dapat merenggang dengan sendirinya. Sementara ahli lain berpendapat untuk segera dilakukan tindakan demi mengurangi timbulnya kesulitan, khususnya pada bayi baru lahir.

 

Beberapa tindakan operasi yang umumnya dilakukan dalam menangani tongue-tie pada bayi, anak, maupun dewasa adalah:

  • Frenotomy

Prosedur pembelahan tongue-tie ini menggunakan gunting yang telah disterilkan agar sisi bawah lidah tidak terlalu menempel dengan dasar mulut sehingga lidah dapat bergerak dengan lebih leluasa. Prosedur ini berlangsung cepat dan umumnya tidak terjadi pendarahan besar. Hal ini disebabkan tidak adanya pembuluh darah atau ujung saraf pada lingual frenulum. Biasanya bayi dapat langsung menyusu setelah prosedur dilakukan.

 

Frenotomy dapat dilakukan dengan atau tanpa pembiusan dan bisa dilakukan di rumah sakit ataupun di ruang praktik dokter. Komplikasi yang diakibatkan oleh prosedur ini juga tergolong jarang, termasuk kemungkinan frenulum yang menempel kembali ke sisi bawah atau dasar lidah. Kemungkinan lainnya yaitu infeksi atau pendarahan, dan kerusakan pada lidah atau kelenjar air liur.

  • Frenuloplasty

Prosedur frenuloplasty dilakukan dengan pembiusan umum dan menggunakan perlengkapan operasi yang lebih lengkap. Prosedur ini dilakukan pada lingual frenulum yang lebih tebal atau pada kasus yang lebih rumit sehingga tidak memungkinkan untuk ditangani dengan prosedur frenotomy.

 

Pada prosedur ini frenulum dilepaskan, lalu luka ditutup dengan jahitan yang akan menyatu ke dalam bekas luka seiring proses penyembuhan. Pasien mungkin akan memerlukan terapi paskaoperasi untuk melatih pergerakan lidah dan membantu mengurangi risiko timbulnya komplikasi berupa jaringan parut.

Komplikasi frenuloplasty tergolong langka, selain jaringan parut akibat pembiusan dan prosedur operasi yang dilakukan, kondisi yang serupa dengan komplikasi frenotomy juga dapat terjadi.

Komplikasi Tongue-tie

Tongue-tie dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain gangguan perkembangan organ mulut bayi, gangguan menyusu, makan atau mengunyah jenis makanan tertentu, menelan, atau kemampuan berbicara.

 

Pada anak yang memiliki tongue-tie, beberapa suara yang dihasilkan saat berbicara akan berbeda, seperti kesulitan melafalkan huruf-huruf “r”, “s”, “z”, “th”, “d”, dan “t”. Kondisi ini biasa dinamakan dengan cadel. Selain itu, beberapa kegiatan yang melibatkan organ mulut juga mungkin akan sulit dilakukan, seperti memainkan alat musik tiup.

Selain itu, tongue-tie dapat menyebabkan kebersihan mulut yang buruk. Hal ini terjadi karena sulitnya membersihkan kotoran di dalam mulut. Dengan begitu, kerusakan gigi dan gingivitis dapat terjadi.

Selain kepada bayi, proses menyusui yang terhambat akibat tongue-tie turut berpengaruh kepada ibu. Selain rasa sakit pada puting payudara, bayi akan kesulitan mengisap susu yang akan berdampak kepada berkurangnya asupan nutrisi yang didapatkan, serta pada perkembangan sang bayi. Lama-kelamaan, tongue-tie juga bisa menyebabkan terbentuknya jarak antara dua gigi depan bawah.

sumber : alodokter.com

Pengertian Keratosis Pilaris

Pengertian Keratosis Pilaris

Pengertian Keratosis Pilaris

Keratosis pilaris atau dikenal juga sebagai penyakit kulit ayam, adalah kondisi di mana permukaan kulit menjadi kasar dan muncul bentol-bentol kecil mirip jerawat. Umumnya keratosis pilaris tidak menimbulkan rasa nyeri atau gatal, serta bisa berwarna putih atau merah.

Biasanya keratosis pilaris ini muncul pada kulit lengan, paha, pipi, dan bokong. Tapi keratosis pilaris juga bisa muncul di alis, wajah, atau kulit kepala. Jika remaja dan anak-anak mengidap keratosis pilaris, maka mereka bisa sembuh dengan sendirinya saat beranjak dewasa.

Pada beberapa kasus, benjolan keratosis pilaris pada wajah bisa meradang. Keratosis pilaris tidak termasuk kondisi medis serius, namun jika sudah mengganggu penampilan, maka dianjurkan segera berkonsultasi dengan dokter.

Gejala Keratosis Pilaris

Keratosis pilaris bisa diderita siapapun tanpa melihat usia atau jenis kelamin, meskipun kebanyakan pengidapnya adalah anak-anak. Beberapa tanda dan gejala umum keratosis pilaris adalah:

  • Bentol-bentol kecil berwarna merah atau putih, biasanya di lengan atas, kaki, bokong, atau pipi.
  • Kulit di sekitar benjolan terasa kering, kasar, dan terkadang gatal.

Kondisi kulit yang terkena keratosis pilaris seringkali memburuk saat cuaca dingin, kelembapan rendah, dan kondisi kulit sedang kering.

Penyebab dan Faktor Risiko Keratosis Pilaris

Keratosis Pilaris terjadi akibat dari penumpukan keratin atau protein padat yang melindungi kulit dari zat berbahaya dan infeksi. Keratin yang menebal di permukaan kulit disebut keratosis.

 

Keratin akan menyumbat lubang pori dimana terdapat folikel rambut. Sumbatan ini padat dan membuat pori-pori melebar. Jika sumbatan terbentuk cukup banyak akan menyebabkan permukaan kulit terasa kasar dan tidak rata atau bersisik.

Namun penyebab penumpukan keratin masih belum diketahui sampai saat ini, tapi diduga ada hubungannya dengan penyakit turunan atau kondisi-kondisi kulit lainnya. Beberapa kelompok masyarakat di bawah ini memiliki risiko keratosis pilaris lebih besar dibanding yang lainnya, yaitu:

  • Usia. Anak-anak dan remaja punya risiko lebih tinggi untuk mengidap keratosis pilaris.
  • Penyakit kulit lain. Keratosis pilaris lebih mudah mengenai pengidap iktiosis dan eksim.
  • Jenis kelamin. Dibandingkan pria, para wanita lebih rentan terkena keratosis pilaris.

Diagnosis Keratosis Pilaris

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Untuk mendiagnosis keratosis pilaris, pasien biasanya tidak disarankan untuk menjalani uji laboratorium atau uji kulit. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kulit, memeriksa riwayat kesehatan pasien, dan akan menanyakan tentang gejala dan tanda yang dirasakan pasien.

Pengobatan Keratosis Pilaris

Tidak ada satu jenis pun penanganan yang bisa menyembuhkan keratosis pilaris, karena pada kebanyakan kasus, kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya. Kebanyakan opsi penanganan hanya bertujuan untuk melunakkan tumpukan keratin pada kulit. Beberapa jenis penanganan untuk keratosis pilaris adalah:

  • Topical exfoliants. Mengoleskan obat berbentuk krim ini untuk melembapkan kulit kering dan menyingkirkan sel kulit mati.
  • Topical retinoid. Retinol merupakan turunan vitamin A, yang bekerja dalam membantu proses pergantian sel serta mencegah penyumbatan folikel rambut. Obat ini juga dalam bentuk krim atau obat oles.
  • Terapi laser. Sinar laser akan ditembakkan ke bagian kulit yang terkena keratosis pilaris. Dibutuhkan beberapa sesi terapi laser agar bisa memperlihatkan efeknya pada kulit.

Pencegahan Keratosis Pilaris

Tidak ada cara mencegah keratosis pilaris, namun ada beberapa cara untuk mengurangi risiko mengalaminya. Beberapa caranya adalah:

  • Memakai pelembap kulit yang sesuai dengan jenis kulit Anda.
  • Gunakan mesin pengontrol kelembapan ruangan.
  • Jangan mandi terlalu lama karena aktivitas ini bisa menghilangkan minyak alami kulit Anda
  • Mandi dengan air hangat.
  • Mengeringkan kulit secara merata setelah mandi dan memakai produk pelembap kulit.
  • Gunakan sabun ringan yang disertai minyak sebagai pelembap.

sumber : alodokter.com

Pencernaan Sehat Yang Akan Mendukung Perkembangan Otak Anak

Pencernaan Sehat Yang Akan Mendukung Perkembangan Otak Anak

Pencernaan Sehat Yang Akan Mendukung Perkembangan Otak Anak

Pemberian asupan makanan bernutrisi bagi anak, akan mendukung saluran pencernaan sehat. Jika hal itu sudah terpenuhi, maka perkembangan otak akan berlangsung optimal.

Ada beberapa area yang berkembang pada otak anak, yaitu area pemikiran logis, mengingat, bahasa, emosi, perilaku dan kemampuan motorik. Selain ditentukan oleh genetik, perkembangan otak sangat tergantung dari berbagai hal yang dialami anak dan perlu didukung dengan asupan nutrisi yang berkualitas.

Mendukung Anak Cerdas

Otak memiliki fungsi penting bagi manusia, yakni sebagai pusat dari segala aktivitas organ yang terdapat di tubuh manusia, juga berperan sebagai pusat berpikir, pengatur gerakan otot-otot, kemampuan kreativitas, daya analisis, dan keseimbangan.

Sehingga tentu perkembangan otak sejak dini menjadi penting untuk diperhatikan, mengingat hal ini akan mengiringi berbagai proses seperti pertumbuhan anak untuk berguling, merangkak hingga berjalan, dan juga menentukan kreativitas dan daya pikirnya.

Pencernaan Sehat Membantu Perkembangan Otak Anak

Sistem pencernaan yang sehat akan membantu menentukan fungsi kerja otak.  Diketahui terdapat hubungan komunikasi dua arah antara otak dengan sistem saraf yang mengatur pencernaan. Hubungan ini dinamakan gut-brain connection, yang menghubungkan pusat kognitif dan emosional otak dengan fungsi dari sistem pencernaan, begitu pula sebaliknya.

Hormon-hormon di saluran pencernaan, metabolisme energi dan asupan kalori yang diserap oleh pencernaan, serta kandungan gizi yang terdapat dalam asupan yang dicerna, merupakan beberapa hal penting yang memengaruhi hubungan antara saluran cerna dan otak.

Sinyal-sinyal dari sistem pencernaan akan dikirim ke otak jika terindikasi adanya gangguan. Sebaliknya, kinerja sistem pencernaan juga ikut terganggu apabila fungsi otak bermasalah.

Maka pemberian kualitas maupun kuantitas asupan makanan dan minuman pada anak perlu diperhatikan secara khusus, agar selain mengandung nutrisi yang baik untuk pencernaannya, juga harus cukup untuk mendukung tumbuh kembangnya, termasuk perkembangan otak, agar anak dapat tumbuh sehat dan cerdas.

Yuk, Dukung Saluran Pencernaan Sehat pada Anak

Bunda dapat menjaga kesehatan sistem pencernaan pada anak dengan memberikan asupan makanan sehat untuk anak. Bagi anak yang diberikan susu pertumbuhan, bunda dapat memilih susu pertumbuhan yang dilengkapi dengan serat dan prebiotik. Kedua kandungan ini bermanfaat di dalam mendukung kesehatan pencernaan anak. Perhatikan pula kandungan lain seperti vitamin, mineral, maupun kandungan minyak ikan atau asam lemak omega-3 seperti DHA, EPA, dan ALA yang dipercaya mampu mendukung daya tahan tubuh dan perkembangan otak. Konsultasikan dengan dokter anak, untuk mendapatkan rekomendasi nutrisi tambahan yang sesuai bagi kebutuhannya.

Jadi tentunya Bunda dapat memastikan bahwa sang buah hati mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang secara teratur, rutin beraktivitas fisik, dan memiliki pola istirahat yang cukup, sehingga anak bisa tumbuh sehat sambil belajar dan bermain dengan ceria.

Jangan biarkan Si Kecil menderita karena sistem pencernaan yang terganggu. Segera atasi gangguan pencernaan pada anak, untuk  menghindari gejala lebih serius, seperti diare, muntah, dan perubahan perilaku anak. Dengan menjaga kesehatan pencernaannya, penyerapan nutrisi bagi otak bisa optimal, suasana hati anak pun terjaga, sehingga memiliki daya tanggap yang lebih efektif, untuk mendukung tumbuh kembangnya.

 

sumber : alodokter.com

Tidak Perlu Panik Hadapi Demam Pada Bayi

Tidak Perlu Panik Hadapi Demam Pada Bayi

Semua bayi pasti pernah mengalami demam. Kondisi ini memang umum terjadi pada semua orang, termasuk si Kecil. Dalam ilmu medis, bayi dikatakan mengalami demam jika suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celcius atau lebih.

Sebagai orang tua, Anda pasti khawatir dan panik ketika mendapati tubuh si Kecil terasa panas. Anda tidak perlu tergesa-gesa ke dokter ketika menghadapi situasi semacam ini. Ada kalanya demam pada bayi adalah suatu kondisi yang normal terjadi dan bisa ditangani di rumah.

Demam sendiri sebenarnya merupakan suatu gejala. Kondisi ini biasanya menjadi pertanda bahwa tubuh si Kecil sedang melawan penyakit. Contohnya demam karena efek imunisasi. Demam bisa dianggap menjadi bukti bahwa sistem kekebalan tubuhnya bekerja dengan baik. Dengan kata lain, kinerja tubuh bayi Anda berjalan normal.

Demam juga bisa menyerang bayi jika dia terlalu lama beraktivitas di luar ruangan saat cuaca panas. Atau bisa juga terjadi ketika Anda memakaikan baju yang terlalu tebal. Oleh karena itu, Anda  tidak perlu khawatir secara berlebihan jika tubuh bayi terasa panas, tapi dia masih terlihat aktif dan masih mau minum susu.

Yang Perlu Diwaspadai Saat Terjadi Demam pada Bayi

Demam pada bayi tidak selalu menandakan hal yang berbahaya, tetapi terdapat kondisi tertentu yang membutuhkan perhatian lebih. Anda harus waspada ketika bayi mengalami demam yang disertai dengan tanda-tanda seperti berikut ini:

  • Tidak nafsu makan.
  • Terlihat lesu dan tidak bersemangat saat diajak bermain.
  • Tidak responsif.
  • Memiliki ruam.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Uring-uringan saat tidur.
  • Sesak napas.
  • Terlihat tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, tidak ada air mata saat menangis, atau popok tidak sebasah biasanya.
  • Kejang.

Selain itu, Anda juga harus segera membawa si Kecil ke dokter jika dia berusia di

Selain itu, demam pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan, juga perlu segera diperiksakan ke dokter, karena demam pada usia ini bisa menandakan bahwa bayi mengalami kondisi yang serius.

Bayi berusia 3 bulan ke bawah belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Ini memungkinkan kuman dan virus dapat lebih mudah menyebar dan merusak jaringan tubuhnya dengan cepat.

Bayi yang masih kecil juga tidak menunjukkan tanda-tanda khusus jika mengalami infeksi yang parah. Jadi dibutuhkan tes darah atau tes urine untuk mengetahui apakah ada infeksi serius, seperti meningitis atau pneumonia.

Untuk bayi di atas tiga bulan, Anda dapat membawanya ke dokter jika demam tidak kunjung turun atau makin parah dalam waktu 24 jam, atau jika bayi tidak mau minum.

Cara Mengukur Suhu Tubuh Bayi

Untuk mengetahui apakah bayi Anda mengalami demam atau tidak, coba ukur suhu tubuhnya menggunakan termometer. Disarankan untuk mengukur suhu tubuh bayi melalui anus, karena bagian tersebut dinilai lebih akurat dibandingkan mulut, ketiak, atau telinga. Lagi pula, termometer anus juga lebih mudah diaplikasikan pada si Kecil.

Sebelum mengukur suhu tubuh, Anda harus memastikan termometer dalam keadaan higienis. Sebelum dipakai, cuci bersih menggunakan sabun dan bilas dengan air bersih.

Posisikan bayi Anda tengkurap dalam dekapan Anda, kemudian masukkan termometer yang telah diolesi petroleum jelly secara perlahan-lahan ke anus dengan kedalaman sekitar 2.5 cm.

Tahan termometer selama dua menit. Jika menggunakan termometer digital, tahan hingga terdengar suara notifikasi dari termometer. Setelah itu, tariklah secara perlahan dan baca hasilnya.

Sebagai informasi, suhu tubuh bayi normal berada di kisaran 36-37.9 derajat Celcius.

Cara Mengatasi Demam pada Bayi

Untuk mengatasi demam pada bayi usia tiga bulan ke atas, Anda bisa melakukan penanganan awal secara sederhana di rumah, seperti:

  • Mandikan bayi Anda menggunakan air hangat. Pastikan air tersebut tidak terlalu panas untuk kulit bayi. Mandi air hangat juga memungkinkan si Kecil untuk menghirup udara hangat sehingga melancarkan pernapasannya. Selain itu tubuh si Kecil juga akan terasa lebih rileks.
  • Setelah itu, kenakan pakaian yang nyaman untuk bayi yang sedang demam, seperti baju dengan bahan yang tipis. Hindari pakaian tebal dan bertumpuk.
  • Beri si Kecil asupan cairan yang cukup seperti ASI, susu formula, atau air putih, guna menghindarkan bayi dari dehidrasi.
  • Untuk penggunaan obat-obatan, Anda harus konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter sebelum memberikannya kepada si Kecil.

Jika demam menyerang bayi berusia tiga bulan ke bawah, dianjurkan untuk langsung membawa Si Kecil ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.

Pengertian ISPA

Pengertian ISPA

Pengertian ISPA

ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Orang-orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh dan orang-orang lanjut usia akan lebih mudah terserang penyakit ini. Anak-anak juga memiliki risiko yang sama, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya.

Seseorang bisa tertular ISPA ketika dia menghirup udara yang mengandung virus atau bakteri. Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.

Selain itu, cairan yang mengandung virus atau bakteri yang menempel pada permukaan benda bisa menular ke orang lain saat mereka menyentuhnya. Ini disebut sebagai penularan secara tidak langsung. Untuk menghindari penyebaran virus maupun bakteri, sebaiknya mencuci tangan secara teratur, terutama setelah Anda melakukan aktivitas di tempat umum.

Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling banyak diderita masyarakat, khususnya anak-anak. Tercatat, rata-rata balita di Indonesia mengalami sakit batuk pilek setidaknya tiga hingga enam kali per tahunnya. Dari data WHO didapatkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia cukup tinggi, yakni 10-20% per tahun.

Dengan tingginya angka kejadian ISPA di Indonesia, penting bagi kita untuk mengetahui gejala, pengobatan, serta langkah pencegahan yang paling tepat untuk penyakit ini.

Gejala yang Muncul Akibat ISPA

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan paru-paru. Umunya, gejala ini muncul sebagai respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri yang menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA antara lain:

  • Sering bersin
  • Hidung tersumbat atau berair.
  • Para-paru terasa terhambat.
  • Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
  • Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
  • Tubuh terasa sakit.

Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul, seperti:

  • Pusing
  • Kesulitan bernapas.
  • Demam tinggi dan menggigil.
  • Tingkat oksigen dalam darah rendah.
  • Kesadaran menurun dan bahkan pingsan.

Gejala ISPA biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu, di mana hampir sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Untuk kasus sinusitis akut, gejala biasanya akan berlangsung kurang dari satu bulan, sedangkan untuk infeksi akut di paru-paru seperti bronkitis, gejalanya berlangsung kurang dari tiga minggu.

Penyebab ISPA

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan oleh virus dan bakteri. Berikut ini adalah beberapa mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:

  • Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia bisa disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.
  • Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius.
  • Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini. Bakteri ini juga bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia.

Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Risiko seseorang mengalami infeksi akan meningkat ketika kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan orang yang lebih tua, serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

ISPA juga akan lebih mudah menjangkiti orang yang menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Perokok juga berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit untuk pulih dari kondisi ini.

Cara Mendiagnosis ISPA

Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa (wawancara seputar riwayat penyakit dan gejala), pemeriksaan fisik, dan apabila diperlukan, pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, suara napas Anda akan diperiksa untuk mengetahui apakah ada penumpukan cairan atau terjadinya peradangan pada paru-paru. Hidung dan tenggorokan juga akan diperiksa.

Pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan adalah prosedur pulse oxymetry. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa seberapa banyak oksigen yang masuk ke paru-paru, dan biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami kesulitan bernafas.

Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jenis virus atau bakteri penyebab ISPA.

Apabila infeksi dicurigai telah masuk sampai ke dalam paru-paru, maka pemeriksaan dengan X-Ray atau CT scan mungkin akan direkomendasikan oleh dokter. Kedua jenis pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati kondisi paru-paru Anda.

Pengobatan yang Dilakukan pada ISPA

Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup dan mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu meredakan gejala itu.

Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk meredakan gejala-gejala ISPA diantaranya:

  • Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.
  • Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung yang berair dan tersumbat.
  • Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu juga bisa digunakan untuk mengatasi masalah ini.
  • Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan pada kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan yang terjadi di saluran pernapasan bagian atas.

Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa menentukan antibiotik yang paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, antibiotik harus sesuai dengan resep dokter.

Jika dibiarkan tanpa penanganan, komplikasi yang terjadi akibat ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal. Komplikasi yang sering kali terjadi bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan gagal jantung kongestif.

Pencegahan ISPA

Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.

  • Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
  • Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata dengan tangan agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
  • Hindari merokok.
  • Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
  • Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin sering berolahraga, semakin kecil pula risiko tertular ISPA.

 

sumber : alodokter.com

Penyebab Anak Terlambat Bicara Dan Cara Mengatasinya

Penyebab Anak Terlambat Bicara Dan Cara Mengatasinya

Anak terlambat bicara tak jarang menimbulkan kekhawatiran orang tuanya. Tiap orang tua pasti menantikan kata pertama yang terucap dari buah hati tercinta. Tapi bagaimana jika Anda tidak kunjung mendengar sepatah kata pun terlontar dari bibir mungil Si Kecil? Ketahui penyebab anak terlambat bicara dan cara mengatasinya pada ulasan berikut ini!

Jangan terlalu khawatir. Mungkin saja anak Anda memang belum waktunya untuk mencapai tahapan tersebut. Dan juga anak yang dibesarkan di lingkungan dengan lebih dari satu bahasa atau bilingual memang cenderung akan lebih lambat untuk memulai berbicara. Lantas, bagaimana mengetahui ciri-ciri anak yang tergolong normal dan anak yang memiliki keterlambatan dalam berbicara?

Sebenarnya, perkembangan bicara tiap anak berbeda-beda. Namun, ada patokan dasar yang bisa Anda gunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bicara anak Anda sesuai usianya. Hal ini bisa diterapkan untuk mendeteksi apakah anak Anda mengalami keterlambatan dalam berbicara atau tidak.

Berikut ini adalah patokan kemampuan berbicara anak sesuai usianya.

  • Usia 3 bulan. Pada usia ini, bayi mulai mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti seperti berdekut atau bisa dibilang ‘bahasa bayi’. Dia juga sudah mulai mengenali dan mendengarkan suara Anda serta memperhatikan wajah Anda saat berbicara kepadanya. Sebagai orang tua, Anda harus jeli dengan tiap tangisan yang dia keluarkan. Pada usia tiga bulan, bayi sudah bisa menangis untuk kebutuhan yang berbeda-beda.
  • Usia 6 bulan. Bayi mulai mengeluarkan suara-suara yang berbeda dan terdengar lebih jelas suku katanya, walau tidak memiliki arti, seperti mengucapkan “da-da” atau “ba-ba”. Pada akhir usia enam bulan, bayi sudah bisa bersuara untuk mengekspresikan kondisinya saat senang atau sedih, melihat ke arah yang menimbulkan suara, dan memperhatikan alunan musik. Saat namanya disebut, bayi juga sudah bisa menoleh ke arah Anda.
  • Usia 9 bulan. Setelah usia sembilan bulan, bayi akan memahami beberapa kata dasar seperti ‘”tidak” atau “ya”. Dia juga mulai menggunakan nada suara yang lebih luas.
  • Usia 12 bulan. Dia sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau “ayah” dan menirukan kata-kata yang Anda ucapkan. Pada usia satu tahun ini, dia sudah bisa memahami beberapa perintah seperti, “Ayo, kemari” atau “Ambil botolnya”. Bayi Anda juga sudah mengenal beberapa benda seperti sepatu, boneka, atau botol susu.
  • Usia 18 bulan. Bayi sudah bisa mengulang kata-kata yang Anda ucapkan kepadanya dan akan menunjuk ke sebuah benda atau bagian tubuh yang Anda sebutkan. Di usia tersebut, bayi juga sudah bisa mengucapkan sekitar 10 kata dasar. Namun normal jika ada beberapa kata yang masih belum jelas pengucapannya seperti kata “makan” disebut “mam”.
  • Usia 24 bulan. Dia sudah bisa mengucapkan setidaknya 50 kata dan berkomunikasi memakai dua kosa kata seperti “mau susu”.
  • Usia 3-5 tahun. Kosakata yang dimiliki anak pada usia tersebut akan berkembang dengan cepat. Pada usia tiga tahun, sebagian besar anak-anak dapat menangkap kosakata baru dengan cepat. Mereka juga sudah bisa memahami perintah yang lebih panjang seperti, “Ayo, cuci kaki dan sikat gigi” atau “Buka sepatunya lalu ganti baju”.

Pada usia empat tahun, dia akan berbicara menggunakan kalimat yang lebih panjang dan bisa menjelaskan sebuah peristiwa. Satu tahun kemudian, dia sudah bisa berbincang-bincang dengan orang lain.

Cara Menstimulasi Kemampuan Berbicara Anak

Peran aktif Anda sebagai orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan bicara anak. Ada cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi Si Kecil.

Ikuti semua ucapannya.

Perhatikan suara-suara  tidak jelas ala bayi yang terucap dari Si Kecil. Kemudian ikuti dengan persis suara tersebut. Saat masih bayi, kata-kata yang terucap dari Si Kecil kerap terdengar tidak jelas. Meski Anda tidak mengerti apa maksudnya, Anda bisa mengulangi perkataannya sesuai yang Anda tangkap. Lalu bertanya kepadanya apa maksud dari kata-kata tersebut.

Berbicara sambil bergerak.

Saat berbicara dengan bayi, Anda harus aktif bergerak dan ekspresif. Misal Anda mengatakan, “Ayo, kita minum susu” sambil menggoyang-goyangkan botol susu atau Anda bisa membelai sebuah boneka sambil mengatakan “Sayang bonekanya, dielus-elus.”

Begitu pula saat mengajarkannya mengenal bagian-bagian tubuh.

Biasakan membuat narasi.

Meski dia belum bisa berbicara layaknya orang dewasa, Anda tetap bisa memakai percakapan sehari-hari saat berkomunikasi dengannya. Misalnya saat memakaikan baju pada anak Anda bisa berbicara, “Hari ini (bisa sebut namanya) pakai baju motif bunga-bunga agar terlihat cantik” sambil memperlihatkan baju kepada Si Kecil. Hal ini bisa membantu bayi memahami objek tertentu melalui perkataan Anda. Terapkanlah hal ini pada kegiatan lainnya seperti saat mandi, memberikan makan, mengganti popok, dan sebagainya.

Selain itu, bayi juga suka mendengar suara orang tuanya. Pada saat itu bayi belajar untuk berbicara, terutama saat Anda berbicara kepadanya.

Biasakan selalu berbicara menggunakan kalimat lengkap kepadanya. Contohnya ketika dia menunjuk ke arah boneka yang berada di atas meja. Anda jangan langsung mengambilkannya. Lebih baik ucapkanlah satu atau dua kalimat seperti, “Kamu mau bemain dengan boneka ini?” Ketika dia merespons dengan anggukan atau senyuman, Anda bisa langsung memberikannya.

Kembali menjadi anak kecil.

Ketika memiliki anak, terkadang orang tua harus bisa berakting menjadi anak kecil. Ajak Si Kecil untuk bermain, berpura-pura, atau membayangkan sesuatu untuk mengembangkan kemampuan verbalnya. Misalnya, pura-pura menelepon ayah dengan telepon mainan.

Puji perkembangannya.

Selalu beri pujian, senyuman dan pelukan tiap kali dia mengeluarkan suara atau kosakata baru. Pada umumnya, bayi belajar berbicara dari reaksi orang-orang di sekitarnya.

Kapan Anda Harus Konsultasi ke Dokter?

Anda bisa berkonsultasi ke dokter anak jika anak terlambat bicara atau tidak sesuai patokan dasar yang telah disebutkan di atas. Sebaiknya lakukan pengecekan ke dokter sedini mungkin ketika Anda melihat ada kejanggalan pada Si Kecil. Hal tersebut bisa sangat bermanfaat bagi masa depannya.

Saat berkonsultasi ke dokter, biasanya anak Anda akan menjalani beberapa tes seperti tes pendengaran dan evaluasi tumbuh kembang. Pemeriksaan ini penting untuk memantau apakah anak memiliki masalah pada pendengaran. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menghambatnya berbicara.

Anda juga bisa mengajak Anda ke terapis bicara. Seorang terapis bisa mendiagnosis dan menangani hal-hal yang bisa mengganggu perkembangan berbicara anak. Dia juga bisa memberikan tips untuk Anda dan merekomendasikan beberapa permainan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak.

Pemantauan perkembangan anak juga bisa Anda lakukan untuk mengetahui apakah anak Anda memiliki kelainan, seperti autisme atau gangguan pekembangan, yang bisa menyebabkan anak terlambat bicara.

SINDROM REYE

SINDROM REYE

Pengertian Sindrom Reye

Pengertian Autisme

Pengertian Autisme

Pengertian Autisme

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. ASD tak hanya mencakup autisme, tapi juga melingkupi sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, diperkirakan ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,5 juta jiwa, berarti ada sekitar satu penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir.

Sangatlah penting untuk mewaspadai gejala-gejalanya sedini mungkin, sebab ASD termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Meski demikian, terdapat berbagai jenis penanganan serta langkah pengobatan  intensif yang bisa membantu para penyandang autisme untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari, serta mencapai potensi mereka secara maksimal.

Gejala dan Diagnosis Autisme

Secara umum, gejala autisme terdeteksi pada usia awal perkembangan anak sebelum mencapai tiga tahun. Gejala dan tingkat keparahan autisme juga cenderung bervariasi pada tiap penyandang. Tetapi, gejala-gejala tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama.

Kategori pertama adalah gangguan interaksi sosial dan komunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun non verbal.

Sementara kategori kedua meliputi pola pikir, minat, dan perilaku yang terbatas serta bersifat pengulangan. Contoh gerakan repetitif, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.

Penyandang autisme juga cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lain, misalnya gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), gangguan kecemasan, atau depresi.

Hubungi dokter jika Anda menyadari adanya gejala autisme atau gangguan perkembangan pada diri Anda maupun anak Anda. Penanganan sedini mungkin sebaiknya dilakukan guna meningkatkan keefektifan perkembangan kondisi ini.

Penyebab Autisme Serta Mitosnya

Terdapat sejumlah faktor, seperti pengaruh genetika dan lingkungan, yang diperkirakan dapat menyebabkan kelainan ini. Namun, penyebab autisme yang pasti belum diketahui hingga saat ini. Dalam kasus-kasus tertentu, autisme juga mungkin dipicu oleh penyakit tertentu.

Di samping itu, ada beberapa hal lain yang juga dianggap sebagai pemicu autisme. Namun, anggapan dan dugaan tersebut telah terbukti tidak berhubungan dengan autisme berdasarkan berbagai penelitian medis. Sejumlah mitos tersebut meliputi:

  • Senyawa thiomersal yang mengandung merkuri (digunakan sebagai pengawet untuk beberapa vaksin).
  • Vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR). Vaksin ini pernah dicurigai sebagai penyebab autisme sehingga banyak orang tua yang enggan memberikannya pada anak mereka.
  • Pola makan, seperti mengonsumsi gluten atau produk susu.
  • Pola asuh anak.

Penyandang Autisme Dewasa dan Permasalahannya

Kondisi autisme terkadang baru terdeteksi hingga pengidapnya dewasa. Proses diagnosis saat dewasa dapat membantu para pengidap serta keluarga untuk memahami autisme dan memutuskan jenis bantuan yang dibutuhkan.

Sebagian penyandang autisme dewasa merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan karena adanya tuntutan dan perubahan sosial dalam pekerjaan. Pusat layanan khusus autisme bisa membantu mereka untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan kemampuan mereka.

Di Indonesia, khususnya Jakarta, terdapat sejumlah organisasi yang menitikberatkan layanan khusus bagi penyandang autisme. Beberapa di antaranya adalah:

  • Yayasan Autisma Indonesia (YAI)
  • Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).
  • Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC).

Gejala Autisme

Kemunculan gejala dan tingkat keparahan pada tiap penyandang autisme sangat bervariasi. Tingkat keparahan autisme umumnya ditentukan berdasarkan masalah komunikasi dan perilaku repetitif yang dialami oleh penderitanya serta bagaimana gangguan-gangguan ini memengaruhi kemampuannya untuk berfungsi dalam masyarakat.

Secara umum, gejala autisme terdeteksi pada usia awal perkembangan anak sebelum mencapai tiga tahun. Berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin dapat membantu Anda untuk lebih waspada.

Gejala Menyangkut  Interaksi dan Komunikasi Sosial

  • Perkembangan bicara yang lamban atau sama sekali tidak bisa bicara.
  • Tidak pernah mengungkapkan emosi atau tidak peka terhadap perasaan orang lain.
  • Tidak merespons saat namanya dipanggil, meski kemampuan pendengarannya normal.
  • Tidak mau bermanja-manja atau berpelukan dengan orang tua serta saudara.
  • Cenderung menghindari kontak mata.
  • Jarang menggunakan bahasa tubuh.
  • Jarang menunjukkan ekspresi saat berkomunikasi.
  • Tidak bisa memulai percakapan, meneruskan obrolan, atau hanya bicara saat meminta sesuatu.
  • Nada bicara yang tidak biasa, misalnya datar seperti robot.
  • Sering mengulang kata-kata dan frasa, tapi tidak mengerti penggunaannya secara tepat.
  • Cenderung terlihat tidak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana.
  • Tidak memahami interaksi sosial yang umum, misalnya cara menyapa.

Gejala Menyangkut Pola Perilaku

  • Memiliki kelainan dalam pola gerakan, misalnya selalu berjinjit.
  • Lebih suka rutinitas yang familier dan marah jika ada perubahan.
  • Tidak bisa diam.
  • Melakukan gerakan repetitif, misalnya mengibaskan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan dan belakang.
  • Cara bermain repetitif dan tidak imajinatif, misalnya menyusun balok berdasarkan ukuran atau warna daripada membangun sesuatu yang berbeda.
  • Hanya menyukai makanan tertentu, misalnya memilih makanan berdasarkan tekstur atau warna.
  • Sangat terpaku pada topik atau kegiatan tertentu dengan intensitas fokus yang berlebihan.
  • Cenderung sensitif terhadap cahaya, sentuhan, atau suara, tapi tidak merespons terhadap rasa sakit.

Periksakanlah diri Anda atau anak Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut. Penting bagi pengidap untuk menjalani penanganan sesegera mungkin agar keefektifannya meningkat.

Gangguan Lain dan Autisme

Penyandang autisme umumnya juga memiliki gejala atau pengaruh dari gangguan lain, misalnya hiperaktif (ADHD), epilepsi, sindrom Tourette (kedutan berulang di area tubuh tertentu), gangguan obsesif kompulsif (OCD)depresi, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan belajar, gangguan sensorik, serta gangguan bipolar.

Tiap gangguan tersebut mungkin membutuhkan penanganan secara terpisah, misalnya obat-obatan atau terapi perilaku kognitif.

Penyebab Autisme

Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu seseorang untuk mengalami gangguan ini. Faktor-faktor pemicu tersebut meliputi:

  • Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan dengan anak perempuan.
  • Faktor keturunan. Orang tua seorang pengidap autisme berisiko kembali memiliki anak dengan kelainan yang sama.
  • Pajanan selama dalam kandungan. Contohnya, pajanan terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.
  • Pengaruh gangguan lainnya, seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.
  • Kelahiran prematur, khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.

Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa keterkaitan antara pemberian vaksin (terutama MMR) dengan autisme tidaklah benar. Justru, dengan pemberian vaksin, anak Anda akan terhindar dari terinfeksi maupun menyebarkan kondisi-kondisi yang berbahaya bagi dirinya maupun orang lain.

 

sumber: alodokter.com

Our Brands