News

Cara Memandikan Bayi dengan Kulit Sensitif

Cara Memandikan Bayi dengan Kulit Sensitif

Bayi yang baru lahir membutuhkan perawatan ekstra, terutama saat sedang dimandikan. Kondisi kulit bayi masih sangat sensitif, sehingga orang tua harus tahu cara memandikan bayi yang benar dan aman. Seperti apa langkah-langkah dan tips memandikan bayi dengan kulit yang sensitif?

Apa yang menyebabkan kulit bayi sensitif?

cara memandikan bayi

Kondisi kulit bayi, terutama saat baru lahir, ternyata 30% jauh lebih sensitif dibanding dengan kulit orang dewasa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan perawatan ekstra, begitu pula saat mandi.

Penting bagi Anda mengetahui cara memandikan bayi yang memiliki kulit sensitif.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Srie Prihianti, Sp.KK, ketika ditemui oleh Tim Hello Sehat pada acara peluncuran produk perawatan kulit bayi di daerah Tebet pada hari Kamis (1/8).

Menurut dr. Srie, kulit bayi belum memiliki fungsi dan proteksi yang sempurna akibat renggangnya ikatan sel-sel kulit bayi. Hal ini menyebabkan kulit bayi lebih rentan terkena infeksi dan iritasi.

Selain itu, pada permukaan kulit manusia, terdapat mikroorganisme yang disebut dengan microbiome. Fungsi microbiome adalah melindungi kulit dari paparan bakteri jahat dan virus.

Namun, pada kulit bayi, keberadaan microbiome belum terbentuk dengan sempurna, sehingga sistem kekebalan bayi pun masih dalam proses berkembang. Inilah yang menyebabkan kulit bayi menjadi lebih sensitif.

Cara memandikan bayi dengan kulit sensitif

memandikan bayi berkulit sensitif

Sebagai orangtua, tentu sangat penting mengetahui tips dan cara memandikan bayi dengan benar, terlebih jika bayi Anda memiliki kulit yang sensitif.

Menurut dr. Srie, terdapat beberapa tips memandikan bayi yang memiliki kulit sensitif, yaitu:

1. Jangan dimandikan terlalu sering

Mungkin Anda khawatir akan kebersihan anak Anda, apalagi kulit bayi biasanya rentan terhadap serangan kuman dan bakteri. Hal itu membuat Anda berpikir untuk memandikan bayi lebih sering dari biasanya.

Ternyata, hal ini justru sangat tidak disarankan. Menurut dr. Srie, cara memandikan bayi dengan kulit sensitif yang benar adalah cukup sebanyak 2 kali sehari.

“Terlalu sering memandikan bayi justru membuat kulitnya terlalu kering. Mandi dua kali, pada pagi dan sore hari, sudah cukup untuk membersihkan debu dan kotoran yang menempel,” jelas dr. Srie.

2. Pilih produk yang lembut dan sesuai

Selain itu, dr. Srie juga menekankan bahwa cara memilih produk untuk memandikan bayi dengan kulit sensitif sangatlah penting.

Memang terdapat banyak produk perawatan, terutama sabun, yang tersedia di pasaran dan ditujukan khusus untuk bayi. Namun, tidak semuanya mengandung bahan yang aman dan ringan untuk kulit bayi.

“Ada beberapa produk perawatan bayi yang terlalu keras, misalnya mengandung alkohol. Bahan-bahan seperti ini justru dapat mengganggu kadar microbiome pada kulit bayi, sehingga berpotensi merusak perlindungan kulit dan memicu iritasi,” ungkap dokter yang juga mengetuai Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) ini.

Oleh karena itu, pastikan Anda memerhatikan apakah sabun mandi bayi yang Anda pilih mengandung bahan-bahan yang lembut, bersifat hypoallergenic, dan memiliki pH yang seimbang.

3. Hindari menggunakan air terlalu panas atau dingin

Aspek penting lainnya dalam cara memandikan bayi adalah memerhatikan suhu air yang digunakan.

Dokter Srie menjelaskan bahwa suhu air untuk memandikan bayi tidak boleh terlalu dingin atau terlalu panas. Hal ini bertujuan untuk mencegah kulit bayi jadi kering. Secara teori, suhu air harus disesuaikan dengan suhu tubuh bayi.

“Tetapi, mungkin memang agak repot jika harus menyamakan suhu air dan suhu tubuh bayi dengan termometer. Jadi, yang penting suhu airnya suam-suam kuku saja,” papar dr. Srie.

4. Oleskan pelembap pada bayi setelah mandi

Setelah memandikan bayi, Anda juga perlu mengaplikasikan losion untuk melembapkan kulit bayi. Fungsi pelembap adalah menyempurnakan perlindungan pada kulit, serta mempertahankan kandungan air dalam kulit.

Cara memakaikan losion pada bayi adalah Anda harus menunggu 3-5 menit setelah memandikan bayi. Setelah itu, barulah Anda dapat mengoleskannya ke seluruh bagian kulit bayi.

Meski tak boleh langsung menggunakan losion, Anda juga tidak disarankan menunggu terlalu lama untuk mengoleskannya.

Jika itu yang terjadi, dikhawatirkan kulit bayi sudah terlanjur kering dan kadar air pada kulit pun telanjur berkurang.

Dokter Srie bahkan menambahkan bahwa sah-sah saja mengoleskan losion ke area wajah bayi apabila kulit di bagian wajah terlihat lebih kering.

Namun, tetap ingat untuk menggunakan losion yang diformulasikan khusus untuk bayi, dengan bahan-bahan yang alami dan ringan.

sumber : hellosehat.com

Bagaimana Cara Merawat Luka Tindik pada Telinga Bayi?

Bagaimana Cara Merawat Luka Tindik pada Telinga Bayi?

Selamat atas kelahiran anak Anda! Ketika si kecil hadir di dunia, tentu sudah banyak persiapan yang dilakukan, termasuk soal melakukan tindik di telinga mungil anak Anda. Masalah yang sering timbul setelah menindik telinga anak adalah luka di sekitar daun telinga. Mengapa telinga bayi sampai bisa luka dan bagaimana cara merawat luka tindik bayi agar tidak semakin menyebar bahkan infeksi? Berikut penjelasannya.

Penyebab telinga bayi terluka saat ditindik

Biasanya telinga bayi sering kali mengalami luka setelah ditindik. Selain karena tindikan, kondisi ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti:

  • Kuman
  • Anting terlalu ketat
  • Alergi terhadap salah satu bahan metal dalam anting
  • Ada bagian anting yang masuk ke dalam daun telinga

Berbagai kondisi inilah yang bisa menyebabkan masalah pasca si kecil ditindik.

Cara merawat luka tindik bayi

Luka tindikan bayi sebaiknya tidak didiamkan terlalu lama karena bisa menyebabkan infeksi. Berikut berbagai cara yang bisa dilakukan untuk merawat luka tindikan bayi:

Mencuci tangan sebelum membersihkan dan merawat luka tindik bayi

Bagaimana Anda bisa mengetahui kalau telinga anak mengalami luka karena ditindik? Riley Children’s Health menyebutkan, tanda-tandanya adalah kemerahan dan terjadi pembengkakan 24 jam setelah telinga anak ditindik. 

Saat Anda ingin membersihkan atau merawat luka tindik bayi, About Kids Health menyarankan agar Anda mencuci tangan sebelum menyentuh area yang terluka.

Ini untuk mengurangi risiko bakteri yang menempel di tangan dan berpindah ke telinga anak yang sedang luka. Pasalnya, bagian kulit yang memiliki luka terbuka lebih mudah terkena bakteri.

Hindari menggunakan alkohol

Setelah mencuci tangan dengan bersih, tahap berikutnya untuk merawat luka tindik bayi adalah membersihkan memakai air hangat dan sabun setiap 2 kali sehari saat mandi.

Saat sedang dibersihkan, hindari memakai alkohol atau hydrogen peroxide dan menggosok kulit bayi. Hal ini bisa membuat kulit lembut bayi iritasi dan kering. 

Lepaskan anting

Ketika telinga bayi Anda mengalami luka atau sampai infeksi, lepaskan anting ketika telinga sedang dibersihkan agar luka anak lebih terlihat jelas. Ketika masih iritasi, sebaiknya hindari memakaikan anting pada anak sampai lukanya sembuh.

Kalau anak Anda terlihat memiliki risiko alergi atau sensitif terhadap logam dan bahan lain di dalam anting, hentikan pemakaian anting dalam jangka waktu lama. 

Biasanya, luka akan hilang dalam waktu 2 minggu dengan catatan cara merawatnya cukup bersih dan higienis.

Jika perawatan rumahan tidak kunjung membuat luka tindik membaik, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

Cara mencegah luka tindik bayi

Untuk mencegah luka pada bekas tindikan, berikut berbagai hal yang bisa dilakukan:

Hindari menindik telinga bayi baru lahir

Kimberly Schneider, Dokter Anak di Indiana University Health menjelaskan dalam Riley Children’s Health bahwa ia menyarankan orang tua untuk menunggu bayi sampai usia 3 bulan untuk ditindik.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Bayi baru lahir yang berusia di bawah 3 bulan berisiko mengalami luka dan infeksi saat telinganya ditindik.

“Kalau bayi di bawah 3 bulan mengalami luka dan infeksi sampai demam setelah ditindik, harus dirawat di rumah sakit sesuai dengan kondisinya,” jelas Schneider.

Pastikan peralatan yang digunakan steril

Ketika Anda ingin menindik telinga bayi, pastikan peralatan yang digunakan bidan atau dokter dalam keadaan steril.  Oleh karena itu, lakukan prosedur ini di tempat yang terpercaya. 

Ini dilakukan agar di kemudian hari, Anda tidak bingung merawat luka tindik bayi yang terkadang menjadi masalah orang tua. 

Memilih bahan anting yang tepat

Melihat kondisi kulit bayi yang masih sensitif, Anda perlu ketelitian dalam memilih bahan anting yang tepat.

Beberapa bahan anting yang hypoallergenic atau tidak menimbulkan alergi adalah perak atau emas 24 karat. Tipe bahan ini sangat jarang menimbulkan reaksi alergi pada bayi.

sumber : hellosehat.com

Makanan Apa yang Bisa Membantu Pertumbuhan Gigi Anak?

Makanan Apa yang Bisa Membantu Pertumbuhan Gigi Anak?

Menjaga pertumbuhan gigi anak agar tetap dalam keadaan baik, memang memiliki tantangan tersendiri. Terkadang sulit meminta anak untuk rutin menyikat gigi dan menjaga makanan.

Khusus untuk makanan, ada beberapa makanan yang bisa merusak pertumbuhan gigi anak, seperti makanan tinggi karbohidrat dan gula. Namun tak sedikit juga makanan yang ramah untuk gigi. Apa saja jenis makanan tersebut? Berikut uraiannya seperti dilansir dari WebMD

Makanan yang baik untuk pertumbuhan gigi anak

Buah-buahan

buah apel

Daripada memberikan camilan berupa keripik atau biskuit yang tinggi gula dan karbohidrat, Anda bisa memberikan buah untuk si kecil.

Buah dan sayur memiliki kandungan air yang sangat tinggi, seperti pir, melon, dan semangka. Jenis buah ini bisa menghindari anak Anda dari dehidrasi

Kalau Anda ingin memberikan buah-buahan yang tinggi air, barengi dengan membatasi buah yang tinggi gula, seperti pisang.

Namun, bila Anda ingin memberikannya pada si kecil, segera bersihkan gigi mereka setelah selesai mengonsumsi buah tersebut. Ini penting dilakukan agar pertumbuhan gigi anak tetap terjaga dengan baik.

Ingin makan camilan yang bisa membersihkan gigi sekaligus? Anda bisa memberikan anak buah apel yang mampu membersihkan gigi dan mengurangi aroma mulut yang tidak sedap. Kandungan serat apel bertugas dalam membersihkan plak gigi, gusi, dan menghilangkan sisa makanan lain.

Tidak hanya itu, sifat asam dalam buah apel membantu mendorong bakteri jahat yang menimbulkan bau mulut.

Sayuran yang renyah

resep wortel

Maksud dari sayuran renyah adalah jenis sayuran yang membantu gigi untuk mengunyah, seperti wortel, mentimun, dan kacang polong.

Untuk wortel, kandungan di dalamnya mirip dengan apel, penuh serat, dan mampu membersihkan gigi dari plak saat anak mengunyahnya.

Kegiatan mengunyah jenis sayuran ini secara teknis membersihkan gusi dan gigi. Selain itu, akan membantu pertumbuhan gigi anak agar lebih optimal.

Jimmy Wu, Dokter Gigi dari San Diego mengatakan, makanan yang disebutkan di atas, secara alami bisa menghilangkan plak yang menumpuk dalam jeda anak makan dan sebelum menyikat gigi.

Keju dan susu

keju untuk mengurangi berat badan

Menjadikan keju sebagai camilan anak sangat baik untuk pertumbuhan gigi anak. Informasi dari Pediatric Dental Care, keju mengandung kalsium yang sangat tinggi dan bisa memperkuat kondisi gigi anak.

Tidak hanya itu, keju juga tinggi protein yang disebut kasein, tugasnya memperkuat enamel gigi dan bantu cegah gigi berlubang. 

Anda bisa memberikan lembaran keju cheddar sebagai camilan si kecil. Bisa juga dibuat sebagai campuran di dalam mac n cheese untuk makan siang agar lebih lezat.

Sedangkan susu, sudah tidak diragukan lagi kandungan kalsium di dalamnya yang bantu memperkuat tulang dan gigi anak. Menurut Parents, susu juga mengandung vitamin D dan fosfat yang bekerja untuk mengurangi risiko kerusakan gigi.

Telur

manfaat telur omega 3

Telur sangat bermanfaat untuk pertumbuhan gigi anak. Apalagi kuning telur karena mengandung vitamin D yang bertugas untuk membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfat, mineral yang dibutuhkan untuk membangun dan melindungi enamel gigi, dari makanan lain.

sumber : hellosehat.com

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa Anak-anak Penderita Kanker

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa Anak-anak Penderita Kanker

Penanganan kanker pada anak tidak melulu soal pengobatan kuratif seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Tapi juga penting memperhatikan kesehatan jiwa anak kanker.

Cerita penyintas kanker anak melawan tekanan jiwa

Rama, survivor kanker anak

Sudah sepuluh tahun berlalu sejak Rama dinyatakan lolos dari keganasan leukemia. Tapi pengalaman traumatis itu masih melekat. Ia bercerita bagaimana yang dihadapi bukan hanya penyakit, tapi juga tekanan mental dari lingkungan keluarganya.

Rama baru saja merasakan senangnya belajar mengendarai sepeda. Usianya baru 3,5 tahun saat ia mengalami pendarahan lewat hidung dan telinga tanpa sebab. Orangtuanya membawa Rama ke salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan namun penanganan dan diagnosis penyakit tak kunjung ia terima. Dua minggu dirawat, kondisi Rama justru memburuk. Wajahnya semakin pucat dan perutnya membesar. 

Atas saran dari kawan dan keluarga, Rama dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Rama langsung ditangani oleh ahli kanker anak RSCM. Kantung empedunya pecah (yang menyebabkan perutnya membuncit), jumlah hemoglobin dalam tubuhnya hanya dua, dan ia didiagnosis kanker darah atau Leukemia tipe limfositik akut (ALL).

Rentetan informasi yang sulit sekali diterima oleh orangtua mana pun. Terlebih Rama adalah anak tunggal di keluarga itu. 

“Keluargaku saat itu merasa sudah mustahil bagi aku untuk sembuh,” tutur Rama Wijaya bercerita pada Hello Sehat di Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia, Jakarta Barat, Senin (3/2).

Rama menjalani sederet pengobatan kanker seperti kemoterapi, tes sumsum tulang atau bone marrow puncture (BMP), rutin minum obat, belum lagi saat akan menjalani kemoterapi ia harus disembuhkan dulu dari segala macam penyakit lainnya, misal flu, anemia, dan lainnya.

Rama dirawat inap di RSCM selama lebih kurang tiga bulan. Lalu dilanjutkan dengan rawat jalan selama 2,5 tahun, dan masa pelayanan maintenance selama tujuh tahun.

“Saat itu aku merasa menjadi anak 4 tahun paling sibuk, lelah,” kata Rama ia bercerita sambil terus tersenyum walau terkadang gurat sedih saat mengingat masa-masa itu masih terlihat. 

Segala rincian pengobatan yang ia jalani, tentu saja merenggut Rama dari dunia anak-anak pada umumnya. Membuatnya merasa menjadi anak yang berbeda. Emosinya terkuras, padahal sebagai pasien kanker anak, jiwa Rama juga harus dalam keadaan stabil.

“Aku bolak-balik ke rumah sakit. Padahal aku juga mau seperti anak-anak lain bisa bebas main, sekolah, bisa jajan apa saja,” lanjutnya. 

Keinginan besar itu membuat Rama dan orangtuanya jadi sering bertengkar. Bahkan setelah masa pengobatan selesai, keadaan tak berubah. Padahal pertengkaran tersebut berpengaruh pada kesehatan jiwa saat pengobatan kanker anak.

“Bukan pengalaman pengobatannya saja, tapi bagaimana aku tidak menjalani masa kecilku sebagaimana anak-anak lainnya,” kata Rama mulai bercerita. 

Pengobatan kanker yang melelahkan jiwa

pengobatan kanker dengan radiasi

Saat selesai menjalani masa pengobatan kuratif selama lebih kurang tiga tahun, Rama masih harus menjalani pelayanan maintenance selama lima tahun, hal ini wajib bagi pasien kanker anak agar kondisinya menekan sel kanker sampai hilang. Dalam masa-masa tersebut orangtuanya masih memiliki ketakutan yang besar yang membuat tekanan pada kondisi kejiwaannya.

Rama dilarang berkegiatan ini dan itu, hampir semua kegiatannya hanya di rumah. Orangtua yang protektif berlebihan membuat hubungan Rama dan orangtua tidak pernah akur

Masa-masa itu terasa seperti neraka untuk aku. Yang aku rasain itu, yang mematikan itu bukan penyakitnya tapi (perlakuan) dari orang-orang sekitar. Dikekang oleh orangtua, dimarahi, bertengkar, sekalinya bisa main keluar dijadikan anak bawang,” kata Rama.

Baru saat Rama beranjak dewasa ia paham perlakuan keras orangtuanya itu adalah ungkapan perasaan takut kehilangan yang ditunjukkan secara keliru. Saat ini hubungan mereka semakin membaik dan semua mengambil pelajaran penting dari proses tersebut.

“Aku minta maaf, mama juga minta maaf katanya ‘Mama sadar mungkin perlakuan mama ke kamu bikin kamu benci mama’. Dia bilang tuntutannya menjaga aku itu seperti menjaga berlian yang nggak boleh gores, padahal ada hati aku yang gores,” kata Rama.

Tekanan dan kesehatan jiwa pada orangtua dan pasien kanker anak

orangtua selingkuh

Tekanan pada pasien dan orangtua pasien anak pengidap kanker memang bukan hal sepele. Data Kementerian Kesehatan tahun 2015 menyebutkan, sebanyak 59% dari anak-anak dengan kanker memiliki masalah kesehatan mental, di mana 15% didiagnosis kecemasan, 10% mengalami depresi, dan 15% mengalami post traumatic stress disorder (PTSD).

Jurnal psikologi Universitas Negeri Malang berjudul Kualitas Hidup Penderita Kanker menyebutkan bahwa penyakit kanker memberikan perubahan signifikan secara fisik maupun psikis individu, antara lain, kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan akan masa depan dan kematian. 

Raden Kusumarojo, psikolog RSCM sekaligus relawan di YOAI menjelaskan gangguan psikologi pada anak dengan kanker itu memang sangat rentan terjadi. Kanker pada anak menimbulkan stres bagi pasien dan seluruh keluarganya. Saat satu keluarga memiliki anak kanker maka kesehatan jiwa anggota keluarga lainnya juga bisa terpengaruh.

“Anak dengan kanker biasanya dia dicabut dari teman-temannya, nggak bisa sekolah, beberapa ada yang rambutnya rontok, kulitnya menghitam dan itu kan bikin mereka minder dengan body image,” Jelas Raden kepada Hello Sehat, Rabu (5/2).

Obat kemoterapi yang masuk ke dalam tubuh, menjalani operasi yang sakit banget membuat mereka jadi gampang marah, temperamental, dan sensitif,” tambah Raden.

lama efek kemoterapi

Raden menjelaskan, rasa sakit akibat tindakan medis yang berulang, perubahan bentuk tubuh, dan keterbatasan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya rentan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak kanker. 

Sehingga saat dinyatakan bebas dari kanker, anak cenderung menarik diri, kurang dapat bersosialisasi, merasa rendah diri, kecenderungan takut kehidupan masa depan.

“Hal ini jika tidak ditangani dengan baik, kehidupan mereka akan mengalami hambatan yang serius menjalankan kehidupan di masa depan,” tekan Raden.

Raden menjelaskan, orangtua menjadi support system utama bagi anak dengan kanker, tapi orangtua juga mengalami syok dan tekanan psikologis yang tidak ringan. Stres dimulai pada saat diagnosis, ketika keluarga dihadapkan pada beban luar biasa untuk memahami penyakit dan istilah medis, dan menghadapi kemungkinan kematian anak di usia muda.

Kehidupan keluarga terganggu ketika keluarga berusaha membuat kesehariannya saat ini menjadi kondisi yang normal. Seperti kunjungan rumah sakit, tagihan biaya rumah sakit yang di luar kemampuan, dan masa depan kesembuhan yang tidak pasti.

Orangtua harus berjuang untuk mengatasi masalah psikologis atau kesehatan jiwa yang dialaminya, harus melakukan perjuangan untuk kesembuhan anak kanker, dan tetap melakukan peran dan fungsinya untuk keluarga. 

“Ada perasaan sedih, tidak percaya, dan merasa bersalah pada anaknya. Mereka berjuang keras mengatasi stres yang dialami dengan berusaha menerima. Namun penerimaan dan cara penyampaian kasih sayang pada anak itu yang biasanya menjadi masalah, karena disampaikan dengan cara membentak, mengancam dan sebagainya,” kata Raden.

Pada kasus Rama, menurut Raden, komunikasi yang tidak tersampaikan dengan terang antara orangtua dan anak menjadi kelumit masalah.

“Biasanya kalau sudah ditangani mereka rata-rata hanya butuh memperbaiki komunikasi keluarganya, diingatkan kembali fungsi keluarga, edukasi tentang penyakitnya dengan bahasa yang mudah dipahami,” tutur Raden.

Solusi untuk orangtua

seks setelah kemoterapi

Menurut Raden, salah satu cara tepat membebaskan beban psikologis pasien dan orang tua adalah dengan bergabung dengan komunitas dan para survivor kanker. Dengan komunitas mereka bisa mencurahkan pengalaman satu sama lain. Hal ini dapat menjaga kesehatan jiwa baik orang tua atau anak dengan kanker.

“Penerimaan bisa datang sebetulnya lebih mudah kalau dari sharing pengalaman orang yang senasib sepenanggungan,” kata Raden.

Rama dinyatakan survive dari leukimia pada tahun 2011, setelah menjalani pengobatan selama total tujuh tahun. Saat ini Rama berusia 19 tahun, ia menjadi relawan di Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI). Rama sering berbagi cerita pada anak-anak pasien kanker untuk saling menguatkan.

Karena bagi survivor kanker seperti Rama, saling menguatkan satu sama lain adalah salah satu kunci keberhasilan pengobatan.

sumber : hellosehat.com

Melawan Kanker Anak dengan Memperkuat Orangtua

Melawan Kanker Anak dengan Memperkuat Orangtua

Pilihan pengobatan kanker di Indonesia pada tahun 1990-an masih terbatas. Hal tersebut menjadi kendala bagi orangtua yang hendak berjuang melawan kanker pada anak. Rumah sakit macam RS Dharmais baru berdiri di akhir tahun 1993. Karena itu, saling memperkuat antar-orangtua adalah salah satu kunci pengobatan. 

Cerita orangtua yang melawan kanker pada anak

Saat putri bungsu Retno Soepardji divonis leukemia pada tahun 1990, dia tidak berpikir dua kali untuk menerbangkan putrinya ke Amsterdam, Belanda.

“Dua hari di RSCM, tanpa pulang ke rumah saya langsung terbang ke Amsterdam. Saat itu pengobatan kanker anak di Indonesia belum membahana,” kata Retno bercerita kepada Hello Sehat, Rabu (5/2). Retno adalah salah satu pendiri Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI).

Retno membawa putrinya untuk ditangani dokter di Rumah Sakit Academic Medical Center (AMC) Amsterdam, rumah sakit pendidikan yang berafiliasi dengan Universitas van Amsterdam.

Rumah Sakit AMC van Amsterdam

Menyerahkan pengobatan putrinya ke ahli yang terpercaya saja ternyata tidak cukup menghilangkan kekhawatirannya.

Ketidakpastian kesembuhan, bayang-bayang kematian dan kehilangan putri tercinta menjadi serangan psikologis yang kuat untuk Retno.

“Di depan anak kita selalu pasang wajah manis, ceria, tapi tumpah menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi,” kata Retno.

Keteguhan hati Retno, putrinya, dan kekuatan seluruh anggota keluarga membuah hasil. Tiga tahun total pengobatan, tahun 1993, putri Retno dinyatakan survive. Mereka lalu kembali ke Indonesia.

Kanker kembali datang

Tapi ujian sebagai orangtua yang melawan kanker anak kembali datang. Tahun 1994 kanker yang tertidur kembali lagi. Retno pun kembali membawa putrinya ke Amsterdam, dan kini mencoba menguatkan diri menjalani serangkaian pengobatan yang lebih panjang dari sebelumnya.

Sel kanker yang kembali muncul ini bermutasi dari tipe O menjadi tipe T yang menurut keterangan dokter adalah tipe yang lebih berbahaya.

“Tujuh bulan pengobatan beratnya, lalu empat tahun perawatan maintenance-nya. Jadi total semua pengobatan itu delapan tahun dari 1990-1998,” jelas Retno.  

Retno bercerita, betapa mendampingi anak yang mengidap kanker sangat berat. Rumitnya memahami istilah medis, menahan emosi yang berlebihan, dan tekanan-tekanan lainnya. “Orangtua butuh kekuatan super,” ungkapnya.

Retno masih bersyukur karena memiliki finansial yang cukup untuk melawan kanker anak di tempat yang menurutnya terbaik. Ia juga dikelilingi oleh keluarga yang paham tentang medis karena dua adiknya adalah dokter. Sehingga proses pengobatan yang melelahkan ini bisa dilewati.

Menurutnya banyak orangtua yang butuh dukungan finansial dan moral dalam pengobatan kanker. Sebagian dari mereka tidak memahami penyakit tersebut dan perawatannya.

Untuk itu, dia bertekad untuk menolong para orangtua yang membutuhkan dukungan. Sebab, dia yakin dengan cara memperkuat orangtua, maka anak-anak pun bisa semakin kuat.

Makanya, sekarang semua keberuntungan yang saya dapatkan itu membuat saya bertekad untuk membantu anak kanker, membantu orangtua menghadapi ujian ini,” kata Retno.

Anak-anak kanker di YOAI

YOAI komunitas berbagi untuk orangtua melawan kanker anak

Sejak saat itu berbagi dan membantu orangtua lain yang mempunyai anak pengidap kanker menjadi tekad Retno. Ia dan lima rekan sesama orangtua yang anaknya berhasil melawan kanker, sering bertemu. Mereka membahas pembentukan wadah untuk membantu anak pengidap kanker dan orangtuanya. 

“Pendirian YOAI adalah ungkapan rasa syukur karena putra/putri kami berhasil melawan kanker berkat bantuan banyak pihak, dokter relawan, simpatisan, psikolog,” tulis para pendiri YOAI dalam websitenya.

Sejak berdiri 26 tahun lalu, YAOI telah membantu anak-anak pengidap kanker dengan berbagai macam bantuan. Di antaranya membantu biaya pengobatan, pendampingan kesehatan jiwa untuk anak dan orangtua.

“Sepuluh tahun pertama yang kita cari itu pasti uang ya,” tutur Retno. Ia mengatakan betapa yang pentingnya kecukupan ekonomi dalam pengobatan bagi orangtua yang melawan kanker anak, karena pemerintah tidak menanggung penuh biaya pengobatan kanker. 

Misalnya biaya perawatan maintenance, di mana anak kanker yang sudah selesai menjalani pengobatan penuh harus terus melakukan pengecekan secara rutin. Sehingga ketika kanker itu kembali bisa ditangani lebih dini. 

Gejala kembalinya kanker pada anak cenderung tidak terlihat, ketika kanker sudah terlihat biasanya kondisi tersebut sudah pada tahap stadium lanjut. 

“Tapi kalau checkupnya nggak dibayarin, anak-anak didiemin, ketika dia sudah menjadi parah biayanya semakin mahal, kemungkinan sembuh makin kecil,” tegas Retno.

Selain biaya pengobatan, yang menjadi perhatian Retno dan YOAI adalah memberi kekuatan dan motivasi pada anak dan orangtua dalam menjalani pengobatan kanker.

Pentingnya saling memperkuat antara Orangtua 

Patterson, profesor psikologi Universitas Minesota dalam Jurnal The impact of childhood cancer on the family menjelaskan bagaimana diagnosis kanker pada anak akan berpengaruh pada psikologi seluruh anggota keluarga.

Vonis kanker pada anak mengharuskan keluarga untuk membuat penyesuaian terhadap kehidupan sehari-hari mereka yang dapat menyebabkan tidak hanya keregangan pada setiap individu tetapi pada sistem keluarga secara keseluruhan.

Jika dilihat dari perspektif sistem keluarga, apa yang terjadi pada satu anggota keluarga mempengaruhi anggota lainnya, terutama bagi orangtua yang berusaha melawan kanker anak.

Maria Bjork dalam jurnal onkologi pediatrik berjudul Living an Everyday Life Through a Child’s Cancer Trajectory menuliskan dukungan yang memadai dapat membantu keluarga mengatasi berbagai krisis yang disebabkan oleh penyakit dan masa perawatannya. 

“Maka, orang tua yang anaknya mengidap kanker membutuhkan dukungan untuk meringankan beban mereka pada masa awal diagnosis, selama perawatan, di akhir perawatan, bahkan setelah menyelesaikan perawatan,” tulisnya.

Orangtua yang melawan kanker anak butuh kesabaran dan perhatian ekstra. Ketelitian mengingat tanggal kontrol dan minum obat, tekanan biaya yang tinggi, dan mengelola emosi tetap terjaga.

Saat berkumpul bersama, anak-anak juga bisa melatih diri untuk bersosialisasi, bercerita, dan bermain, membuat mereka menjadi anak yang normal. Hal ini diperlukan bukan hanya untuk anak yang masih dalam pengobatan, tapi juga untuk survivor yang dalam masa pemulihan.

diabetes anak sekolah

sumber : hellosehat.com

5 Tips Mengatasi Trauma Anak Akibat Kematian Orang Terdekat

5 Tips Mengatasi Trauma Anak Akibat Kematian Orang Terdekat

Kematian orang terdekat bisa menyebabkan trauma yang mendalam untuk seseorang, terutama anak kecil. Anak-anak merasakan kehilangan yang sangat kuat, sehingga orangtua perlu membantu untuk mengatasi trauma anak mereka sendiri akibat kematian tersebut. 

Bagaimana caranya? Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui jawabannya. 

Mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat

sedang berduka

Sebenarnya, perasaan yang dirasakan oleh seorang anak setelah kematian orang terdekat mereka ternyata cukup mendalam dibandingkan orang dewasa. 

Hampir sebagian anak menunjukkan emosinya dengan sedih, marah, dan cemas. Beberapa dari mereka tidak jarang bingung dan berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi. 

Bahkan, tidak sedikit dari anak-anak itu yang merasa bersalah jika ucapan atau perilaku mereka yang menyebabkan kematian tersebut. 

Kondisi ini sebenarnya cukup normal terjadi ketika kematian tersebut terjadi pada orang yang sering mereka jumpai meskipun hanya seorang tetangga.

Tidak jauh berbeda dengan orang dewasa, anak pun bereaksi dengan cara yang sama ketika hewan peliharaannya mati. 

Intinya, siapapun atau apapun yang pergi dan sangat dekat secara emosional dapat menyebabkan trauma anak. Oleh karena itu, inilah tugas Anda sebagai orangtua untuk membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat. 

Seperti yang dilansir dari laman Child Mind Institute, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak yang berduka, seperti:

1. Membuat anak merasa aman

anak mengatasi cemas

Salah satu cara membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat adalah membuat mereka merasa aman. 

Semua anak dalam usia berapapun mungkin akan mendapatkan manfaat jika Anda mencoba menenangkan mereka. Entah itu dengan pelukan atau mencoba menyemangati dengan tepukan di punggung. 

Sentuhan tersebut ternyata membantu menenangkan anak setelah mengalami kejadian yang membuat mereka trauma. Dengan begitu, kehadiran secara fisik dan emosional dapat lebih terasa oleh anak-anak. 

Metode ini cukup efektif bagi siapa saja, termasuk anak yang sudah memasuki usia remaja yang membutuhkan dukungan akibat kematian orang terdekat. 

2. Tetap mempertahankan rutinitas

mengatasi stres anak sekolah

Selain membuat anak merasa aman dan nyaman, membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat juga bisa dilakukan dengan mempertahankan rutinitas yang ada. 

Hal ini bertujuan agar perhatian anak teralihkan dan tidak terlarut dalam kesedihan yang mungkin dapat mengganggu kehidupan mereka.

Selain itu, kebiasaan yang selalu dilakukan sebelum trauma mereka muncul setidaknya meyakinkan mereka bahwa hidup akan baik-baik saja. 

Misalnya, bersekolah termasuk rutinitas yang penting untuk kesehatan mental anak atau tetap menjalankan aturan yang sama dalam keluarga juga membantu mereka. 

Jika anak mengalami kesulitan untuk kembali beradaptasi dengan rutinitas harian mereka, cobalah untuk mencari bantuan dari ahlinya. 

3. Bicara dengan anak

kegiatan ayah anak perempuan
Sumber: All Pro Dad

Bicara dengan anak memang menjadi kunci dalam membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat. 

Awalnya mungkin akan terasa sulit untuk membuat anak membuka perasaannya, tetapi Anda perlu bersabar. Lambat laun, mereka mencoba untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentang kejadian ini. 

Pada saat hari itu tiba, cobalah untuk membuatnya terlihat normal seperti percakapan biasa. Ada beberapa tips yang bisa Anda coba untuk memulai percakapan tentang kematian ini menurut American Academy of Pediatrics

  • Menghentikan pembicaraan dan berikan dukungan serta kenyamanan pada anak
  • Jangan lupa melanjutkan percakapan tersebut pada waktu yang lain
  • Beritahu anak bahwa tidak apa-apa mengekspresikan perasaan mereka, seperti menangis
  • Perlihatkan bagaimana perasaan Anda terkait peristiwa ini
  • Mendengarkan anak dengan seksama
  • Menghindari memaksa anak untuk membicarakan topik yang mereka hindari

Sebenarnya, masih banyak tips lainnya ketika bicara dan mendengarkan anak ketika mencoba meluapkan emosi mereka. Mungkin Anda dan anak akan berhenti di tengah-tengah, namun cobalah untuk tetap bersabar agar mereka berhasil mengatasi trauma akibat kematian orang terdekat.

4. Membantu anak trauma karena kematian untuk bersantai

yoga untuk anak dengan autisme

Setelah berhasil membuat anak berbicara tentang perasaan mereka, membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat juga bisa dilakukan dengan membantu mereka bersantai. 

Misalnya, Anda bisa membantu anak bersantai dengan mengajarkan mereka teknik pernapasan. Bernapas dengan baik ternyata bisa mengurangi rasa cemas ketika rasa takut terhadap trauma anak terjadi. Hal ini dikarenakan bernapas dengan perut dapat membantu mereka lebih tenang

Ini dia beberapa langkah yang bisa Anda lakukan bersama anak untuk melatih mereka teknik pernapasan. 

  1. Mulai dengan memegang segumpal kapas di depan mulut anak
  2. Minta anak untuk menghembuskan napas secara perlahan sambil berhitung sampai tiga
  3. Letakkan boneka atau bantal di atas perut anak saat ia berbaring
  4. Minta ia menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan
  5. Jika boneka atau bantal naik dan turun secara perlahan, artinya anak bernapas dengan benar

5. Mencoba kegiatan baru bersama

aktivitas anak

Mengalihkan perhatian untuk membantu mengatasi trauma anak tidak harus selalu menerapkan kembali rutinitas yang ada. Anda bisa mencoba kegiatan baru bersama anak, entah itu mengikuti kursus atau mengunjungi taman bermain. 

Hal ini dikarenakan ada beberapa anak yang menggunakan permainan atau kegiatan yang melibatkan kreativitas untuk mengekspresikan kesedihan perasaan mereka. Misalnya, menulis atau menggambar.

Bahkan, metode ini tidak jarang membuat anak memahami dengan baik tentang perasaan yang mereka alami. Namun, jangan lupa untuk berhati-hati untuk mencoba memahami apa yang mereka tulis atau gambar dan tidak langsung mengambil kesimpulan. 

orangtua bohong pada anak

Misalnya, anak membuat gambar yang memperlihatkan sukacita belum tentu memiliki makna bahwa mereka tidak terpengaruh oleh kematian tersebut. 

Faktanya bisa saja anak belum siap dengan proses berduka yang harus dilalui atau dengan kata lain menolak kenyataan. 

Selain itu, Anda mungkin dapat berlibur bersama anak dan menghabiskan waktu berdua yang lebih berkualitas untuk menciptakan kenangan baru. 

Membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat adalah salah satu cara agar mereka mengerti bahwa emosi perlu diungkapkan. Jika Anda merasa kewalahan, minta bantuan kepada ahlinya atau psikolog anak agar anak bisa pulih dari rasa berduka mereka.

sumber : hellosehat.com

Bantu Anak Mengatasi Rasa Cemas dengan 4 Tips Ini

Bantu Anak Mengatasi Rasa Cemas dengan 4 Tips Ini

Rasa cemas merupakan dari emosi yang Anda rasakan setiap hari. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun juga merasakan kecemasan dan kekhawatiran. Sayangnya, kebanyakan anak masih belum mampu mengatasi rasa cemas dengan baik sehingga membutuhkan bantuan Anda.

Lantas, bagaimana cara Anda mengajarkan anak mengatasi rasa cemas? Simak ulasannya berikut ini.

Kenapa anak merasa cemas?

Rasa cemas hadir dapat muncul dalam kehidupan anak. Perasaan ini bisa hadir karena berbagai hal, seperti takut ditinggal sendirian atau menghadapi ujian. Bahkan, beberapa di antara juga merasa cemas karena siaran televisi yang berisi perang, penculikan, atau bencana alam.

Adanya kecemasan ini memang membuat anak jadi tidak percaya diri dengan kemampuannya. Namun, secara diam-diam, kecemasan membantu anak untuk fokus pada suatu hal dan melakukan sesuatu dengan hati-hati.

Munculnya rasa cemas pada anak adalah hal yang wajar. Akan tetapi, si anak harus mampu mengatasinya. Bila tidak, kecemasan akan terus bertumpuk dan dapat menimbulkan stres maupun perasaan tertekan.

Tips membantu anak mengatasi rasa cemas yang mengganggu

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ada beberapa anak yang berhasil menghadapi kecemasan dengan baik, ada pula yang tidak. Anda tidak perlu khawatir.

Sebagai sosok yang sangat dekat dan dipercaya oleh anak, Anda memiliki peran penting untuk membantunya mengatasi rasa stres. Coba ikuti beberapa cara berikut ini dalam membantu anak untuk mengatasi rasa cemas, yang dilansir dari laman Kids Health.

1. Cari tahu apa yang mereka cemaskan

menghadapi anak diskors

Kecemasan yang dirasakan anak dapat disebabkan oleh berbagai hal. Untuk membantu si kecil mengatasinya, Anda perlu mencari tahu lebih dahulu penyebabnya. Anda mendapatkan hal ini dari mengamati bagaimana kegiatannya di sekolah, menanyakan pada guru, pengasuh, atau temannya.

Untuk memastikan, tidak ada salahnya menanyakan kecemasan tersebut langsung pada si kecil. Dorong anak untuk belajar mengungkapkan apa yang ia rasakan dan dengarkan baik-baik penjelasannya.

Membantu anak mengungkapkan apa yang dirasakannya bisa menjadi salah satu cara mengajarkan anak mengatasi rasa cemas.

Saat Anda bertanya, pilih kata-kata yang tidak mengintimidasinya. Ketimbang bertanya, “Kamu takut ujian besok, ya?” akan lebih baik jika Anda bertanya, “Menurut Adek ujian besok, gimana?”

Memberi pertanyaan yang menyudutkan bisa membuatnya jadi merasa “kecil”. Untuk itu, ajukan pertanyaan yang lebih terbuka sehingga anak bisa memandangnya dari sisi baik dan buruknya. Pada beberapa kasus, menjadi pendengar yang baik bisa membantu meringankan rasa cemas yang dirasakan si kecil.

2. Tunjukkan rasa peduli

cara mengatasi anak tidak mau mendengarkan orangtua

Kiat selanjutnya yang bisa Anda terapkan untuk membantu anak mengatasi rasa cemas adalah menunjukkan kepedulian. Menganggap remeh hal yang dicemaskan anak, tidak akan membuat perasaannya jadi lebih baik. Sebaliknya, ia akan semakin menjadi tidak percaya diri dan kesulitan untuk melawan rasa cemas.

Setelah Anda mendengarkan ungkapan kekhawatiran di kecil, tunjukkan bahwa Anda mengerti apa yang dirasakan dan siap sedia membantunya menghadapinya. Iya, ibu ngerti kok, ujian besok itu gak gampang. Kalau gitu, ayo kita belajar. Nanti, ibu bantu, oke?”

Memberikan komentar demikian, menempatkan posisi Anda sebagai sosok bagi si kecil untuk bersandar. Dengan begitu, anak akan merasa mendapat dukungan dan kenyamanan sehingga bisa menghadapi kecemasan dengan lebih positif.

Selain membantunya untuk melawan kecemasan, membuka percakapan seperti ini juga bisa mempererat hubungan satu sama lain.

3. Arahkan anak untuk memikirkan solusi

mengembangkan kemampuan anak

Agar kecemasan yang dirasakan anak dapat berkurang, tentu harus ada tindakan yang ia lakukan. Namun, terkadang anak-anak yang mudah cemas cenderung memikirkan berbagai hal yang sebenarnya belum tentu akan terjadi.

Ketimbang sibuk memikirkan hal-hal yang buruk yang akan terjadi, lebih baik Anda mengarahkan untuk fokus pada satu masalah saja.

Memusatkan anak pada satu hal yang dicemaskan, membantunya mengurangi pikiran negatif. Tentunya, hal ini bisa membantu anak dalam mengatasi rasa cemas.

Saat rasa cemasnya mulai berkurang, inilah saat yang tepat bagi Anda untuk mengarahkan dirinya untuk memecahkan masalah.

Contohnya, anak yang khawatir dengan ujian yang akan ia hadapi, bisa Anda ajak untuk belajar bersama. Bahas soal-soal ujian yang menurut si kecil sulit untuk dikerjakan dan temukan cara termudah untuk mengerjakannya.

4. Jadikan diri Anda sebagai contoh baginya

anak menerima kekalahan

Pelajaran penting yang paling kuat dalam membantu anak untuk mengatasi rasa cemas adalah menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan. Setiap Anda menghadapi sesuatu di luar rencana, hadapi ini dengan tenang.

Jangan marah maupun terburu-buru karena ini bisa memperlihatkan bahwa Anda tidak bisa mengatasi kecemasan dengan baik.

Selain dari tindakan, ada kalanya Anda menceritakan kecemasan yang Anda alami dan bagaimana cara Anda menghadapinya pada anak. Dari percakapan inilah, si kecil akan lebih memahami sikap Anda dalam melawan kecemasan.

Jika anak masih kesulitan mengatasi kecemasannya walaupun Anda sudah membantunya, sudah waktunya Anda minta bantuan dokter atau psikolog anak. Jangan biarkan kecemasan tersebut mengganggu aktivitas anak hingga membuatnya stres dan jatuh sakit.

sumber : hellosehat.com

Data Anak Penderita Kanker di Indonesia dan Pentingnya Menjaga Mental Mereka

Data Anak Penderita Kanker di Indonesia dan Pentingnya Menjaga Mental Mereka

Kanker pada anak masih menjadi masalah kesehatan pelik di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 300.000 anak berusia 0-19 tahun terdiagnosis kanker setiap tahun. Akan tetapi, tidak semua anak mendapatkan pengobatan yang efektif.

Kendala terbesar yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi kanker pada anak adalah sulitnya melakukan pencegahan dan deteksi dini. Selain itu, diagnosis yang keliru dan tertunda, kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan, dan risiko kambuhnya kanker setelah pengobatan turut menjadi rintangan menuju kesembuhan.

Lantas, seperti apa situasi kanker pada anak di Tanah Air?

Jenis kanker anak di Indonesia

kanker pada anak

Berdasarkan data dari Union for International Cancer Control (UICC), jumlah anak yang menderita kanker bertambah sekitar 176.000 orang setiap tahunnya. Mayoritas anak yang menderita kanker berasal dari negara berpenghasilan rendah hingga menengah.

Di Indonesia, setiap tahun terdapat sekitar 11.000 anak yang baru terdiagnosis kanker. Kasus kanker pada anak-anak di Indonesia sebetulnya cukup jarang, tapi penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya.

Jenis kanker yang menyerang anak umumnya berbeda dengan orang dewasa, kendati ada beberapa jenis kanker yang bisa muncul pada keduanya. Mengutip laporan Kementerian Kesehatan RI, jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak antara lain:

1. Leukemia

Leukemia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak. Bahkan, sepertiga kasus kanker pada anak di Indonesia merupakan leukemia. Pada tahun 2010, jumlah penderita leukemia adalah 31% dari total keseluruhan kanker anak. Persentase ini terus meningkat menjadi 35% pada 2011, 42% pada 2012, dan 55% pada 2013.

Leukemia adalah kanker yang menyerang sel darah putih. Ada empat jenis leukemia yang menyerang anak-anak, yakni:

Angka kematian akibat leukemia pada tahun 2010 dan 2011 adalah 19 persen. Angka ini meningkat menjadi 23% pada tahun 2012 dan 30% pada tahun 2013. Jika kanker dideteksi lebih awal dan pasien mendapatkan penanganan efektif, angka harapan hidup selama 5 tahun ke depan pada leukemia dapat mencapai 90 persen.

2. Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah jenis kanker yang menyerang mata, tepatnya lapisan dalam mata yang disebut retina. Penyakit ini menyebabkan pembentukan tumor ganas pada retina, baik pada salah satu mata ataupun keduanya.

Di Indonesia, sekitar 4-6% kanker pada anak merupakan retinoblastoma. Penderita umumnya mengalami gejala berupa munculnya bercak pada tengah mata, pembesaran bola mata, berkurangnya penglihatan, hingga kebutaan.

Tanpa penanganan, retinoblastoma dapat menyebabkan kematian. Jika tumor hanya ada pada satu mata, angka harapan hidup pasien bisa mencapai 95 persen. Sementara bila tumor terdapat pada kedua mata, angka harapan hidup berkisar antara 70-80 persen.

3. Osteosarkoma (kanker tulang)

gejala kanker tulang pada anak

Osteosarkoma adalah kanker yang menyerang tulang, terutama tulang paha dan kaki. Kanker tulang sebenarnya cukup jarang, tapi penyakit ini menempati peringkat ketiga kanker untuk anak di Indonesia. Tahun 2010, osteosarkoma mencapai 3% dari seluruh kasus kanker pada anak.

Tahun 2011 dan 2012, jumlah anak yang menderita kanker tulang di Indonesia mencapai 7 persen. Sementara pada tahun 2013, angka penderita osteosarkoma adalah 9% dari total kasus kanker yang terjadi pada anak. Apabila kanker belum menyebar ke area tubuh lain, angka harapan hidup pasien bisa mencapai 70-75 persen.

4. Neuroblastoma

Neuroblastoma adalah kanker pada sel-sel saraf yang disebut neuroblas. Neuroblas seharusnya tumbuh menjadi sel saraf yang berfungsi normal, tapi pada neuroblastoma, sel-sel tersebut justru tumbuh menjadi sel kanker yang berbahaya.

Kasus neuroblastoma pada tahun 2010 sebenarnya tidak banyak terjadi di Indonesia, yakni hanya 1% dari total kasus kanker pada anak. Namun, jumlahnya meningkat menjadi 4% pada tahun 2011 dan 8% pada tahun 2013.

Neuroblastoma dengan risiko rendah memiliki angka harapan hidup sebesar 95 persen. Sementara itu, neuroblastoma yang lebih ganas dan berisiko tinggi memiliki angka harapan hidup sebesar 40-50 persen.

5. Limfoma

Limfoma adalah kanker yang menyerang kelenjar getah bening. Di Indonesia, angka penderita limfoma pada tahun 2010 mencapai 9% dari total kasus kanker anak, lalu meningkat menjadi 16% pada 2011. Pada tahun 2012 dan 2013, jumlah anak yang menderita kanker limfoma di Indonesia menurun menjadi 15% dari total kasus.

Anak-anak dengan limfoma stadium 1 atau 2 memiliki angka harapan hidup mencapai 90 persen. Jika limfoma sudah mencapai stadium 3 atau 4, angka harapan hidup berkisar di bawah 70 persen.

Pengaruh kanker terhadap kejiwaan anak di Indonesia

Cara Mencegah Depresi pada Anak

Kanker amat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan pasien, terutama pada anak-anak yang rentan terkena stres akibat penyakit kronis. Hal ini pula yang menjadi tugas besar Indonesia dalam menangani kanker pada anak.

Menurut penelitian dalam American Cancer Society, anak-anak yang menderita kanker lebih berisiko mengalami gangguan psikosis dibandingkan anak seusianya. Gangguan psikologis tidak hanya terjadi saat anak menjalani pengobatan, tapi juga setelah mereka sembuh dari kanker.

Gangguan psikologis tersebut meliputi gangguan kecemasan (41,2%), penyalahgunaan obat-obatan (34,4%), serta gangguan mood dan lain-lain (24,4%). Gangguan psikosis dan gangguan kepribadian terjadi pada kurang dari 10% anak-anak.

Penelitian lain dalam Wiley Online Library turut menemukan gangguan psikologis lain yang dialami anak-anak penderita kanker. Para peneliti menemukan adanya kasus depresi, gangguan antisosial, post-traumatic stress disorder (PTSD), hingga skizofrenia.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesahatan pada tahun 2015, sekitar 59% anak-anak pengidap kanker memiliki masalah mental, lalu 15% di antaranya mengalami gangguan kecemasan, 10% depresi, dan 15% terkena post traumatic stress disorder (PTSD).

Jurnal psikologi Universitas Negeri Malang berjudul Kualitas Hidup Penderita Kanker menyimpulkan, penyakit kanker memberikan perubahan signifikan secara fisik maupun psikis individu, mulai dari kesedihan, kekhawatiran, hingga ketakutan akan masa depan dan kematian.

Setiap tahun, kanker menyerang belasan ribu anak di Indonesia. Penyakit ini tak hanya berdampak pada kondisi fisik, tapi juga psikologis mereka. Ini sebabnya perawatan terhadap kanker perlu menyentuh kedua aspek tersebut.

Deteksi dini, perawatan yang memadai, serta dukungan orang-orang terdekat adalah berbagai faktor yang akan membantu anak penderita kanker di Indonesia. Selain meningkatkan kualitas hidup anak, faktor-faktor tersebut bahkan juga bisa membantu mereka mencapai kesembuhan.

sumber : hellosehat.com

Hati-hati, Infeksi Telinga Pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Bicara

Hati-hati, Infeksi Telinga Pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Bicara

Infeksi telinga merupakan salah satu gangguan kesehatan yang paling sering dialami anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan nyeri pada telinga, demam, keluarnya cairan dari telinga, hingga masalah pendengaran. Meski terbilang umum, infeksi telinga yang tidak ditangani ternyata dapat mengakibatkan gangguan bicara.

Hubungan antara infeksi telinga dan gangguan bicara

infeksi telinga pada anak

Infeksi telinga atau otitis media biasanya menyerang telinga bagian tengah, tepatnya pada ruang kecil di belakang gendang telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, serta terkadang akibat flu, pilek, dan reaksi alergi pada saluran pernapasan.

Sebagian besar anak-anak pernah terkena infeksi telinga setidaknya satu kali sebelum berusia 1 tahun. Infeksi bisa terjadi berulang kali ataupun terus-menerus sehingga menjadi kronis, seperti dilansir dari American Speech-Language-Hearing Association.

Infeksi telinga yang tidak kunjung sembuh dapat mengakibatkan gangguan bicara pada anak. Hal ini disebabkan karena cairan yang menumpuk pada saluran telinga membuat anak tidak bisa mendengar dengan jelas.

Anda mungkin telah mengucapkan setiap kata dan kalimat dengan tepat. Namun, anak tidak bisa mendengarnya dengan baik karena suara Anda teredam. Atau, bagian akhir dari kata yang Anda ucapkan tidak terdengar sehingga anak sulit memahaminya.

Selain bermasalah dengan kata, anak yang mengalami infeksi telinga juga kesulitan mengenali intonasi atau tinggi-rendahnya suara. Jika tidak diatasi, anak akan semakin kesulitan mengucapkan kata dan tidak mampu berbicara dengan intonasi yang tepat.

Gejala yang perlu diwaspadai orangtua

Mengenali gejala infeksi telinga ataupun gangguan bicara tak selalu mudah. Pasalnya, anak belum tahu cara memberitahu Anda bahwa telinganya terasa sakit. Orangtua perlu lebih jeli dalam mengenali tanda-tanda yang dialami anak.

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai orangtua antara lain:

  • Anak terus menarik telinganya
  • Anak lebih sering menangis
  • Susah tidur
  • Demam
  • Keluar cairan dari telinga

Jika infeksi telinga sudah menyebabkan masalah pendengaran atau gangguan bicara, anak juga dapat menunjukkan tanda-tanda seperti:

  • Susah memusatkan perhatian
  • Tidak menengok ketika dipanggil atau saat ada suara
  • Tidak langsung menanggapi ketika diajak bicara
  • Sulit mengikuti arahan saat melakukan sesuatu
  • Sering berkata, “hah?” atau “apa?”
  • Menyalakan volume TV atau ponsel keras-keras
  • Menarik diri dari teman-temannya

Mencegah infeksi telinga berkembang menjadi gangguan bicara

Anak-anak yang terkena infeksi telinga tidak selalu mengalami masalah pendengaran. Kemampuan mendengar anak juga bisa kembali normal setelah cairan yang menumpuk keluar dari saluran telinga.

Meski demikian, orangtua tetap perlu waspada. Infeksi telinga yang parah dan kambuh berulang kali bisa menyebabkan tuli permanen. Kondisi ini tentu juga memengaruhi kemampuan anak dalam berbicara.

Untuk mencegah infeksi telinga berkembang menjadi gangguan bicara, lihatlah gejala yang ditunjukkan buah hati Anda. Jika Anda curiga anak mengalami infeksi telinga, bawalah ia ke dokter anak untuk mendapatkan pengobatan.

Dokter biasanya memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi akibat bakteri. Bila penyebabnya adalah virus, dokter perlu memberikan obat dari jenis lain. Selama pengobatan, Anda perlu bersabar hingga cairan dalam telinga anak keluar seluruhnya.

Apabila infeksi telinga terus kambuh, cairan dalam telinga tidak juga keluar, atau infeksi sangat parah, dokter mungkin perlu melakukan operasi untuk memasang tabung kecil dalam telinga anak.

Operasi bertujuan agar cairan yang menumpuk pada telinga dapat keluar melalui tabung. Dengan demikian, infeksi telinga tidak sampai menyebabkan gangguan bicara pada anak.

sumber : hellosehat.com

4 Efek Negatif Minum Kopi untuk Balita

4 Efek Negatif Minum Kopi untuk Balita

Sebuah penelitian dalam Journal of Human Lactation menemukan bahwa konsumsi kopi di kalangan balita mulai meningkat. Tidak tanggung-tanggung, para balita dalam penelitian tersebut bahkan sudah mulai meminum kopi sejak berusia 1 tahun. Lantas, apa saja dampak yang mungkin terjadi bila balita sering minum kopi?

Pengaruh kopi terhadap kesehatan balita

Kopi merupakan minuman kaya antioksidan dengan beragam manfaat. Minuman ini disebut-sebut dapat menambah energi, membantu membakar lemak, memberikan rasa bahagia, bahkan mengurangi risiko penyakit Alzheimer dan Parkinson.

Akan tetapi, lain ceritanya bila Anda memberikan kopi pada balita yang masih tumbuh dan berkembang. Meski tidak berbahaya, kebiasaan minum kopi dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:

1. Menyebabkan kecanduan

anak keras kepala

Kopi mengandung kafein, dan kafein adalah stimulan. Stimulan merupakan bahan atau senyawa yang mempercepat pengiriman sinyal antara otak dan tubuh. Ini sebabnya minum kopi dapat membuat Anda lebih waspada, aktif, percaya diri, dan berenergi.

Kafein juga bersifat adiktif atau dapat memicu kecanduan. Balita yang sering minum kopi berisiko mengalami kecanduan ketika usianya bertambah nanti. Gejala kecanduan kafein antara lain sakit kepala, lesu, cemas, mudah marah, serta sulit berkonsentrasi.

2. Membuat anak menjadi hiperaktif dan susah tidur

Kafein memang membuat tubuh Anda lebih aktif dan berenergi. Namun, jika dikonsumsi oleh balita, kafein dapat menyebabkan berbagai efek samping. Di antaranya perilaku hiperaktif, susah tidur, perubahan nafsu makan dan mood secara drastis, serta cemas.

Hal ini terjadi karena balita memiliki toleransi kafein yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Anda dapat mengonsumsi 200-300 miligram kafein per hari tanpa terkena efek samping, tapi balita biasanya hanya boleh mengonsumsi setengahnya.

3. Meningkatkan risiko obesitas

obesitas pada anak

Kopi sebenarnya rendah kalori, tapi minuman ini kini sering dijual dengan tambahan sirup, krim, dan saus karamel. Ketiganya banyak mengandung gula dan kalori. Jika balita sering minum kopi seperti ini, asupan gula dan kalorinya tentu sangat tinggi.

Asupan gula berlebih adalah salah satu faktor penyebab obesitas. Pada penelitian yang sama, balita berusia 2 tahun yang sering minum kopi berisiko 3 kali lipat lebih besar mengalami obesitas ketika memasuki TK.

4. Menyebabkan masalah gigi dan tulang

mencegah gigi berlubang pada anak

Kopi memiliki sifat asam, dan asam dapat mengikis lapisan email gigi sehingga gigi menjadi berlubang. Anak-anak khususnya, lebih rentan mengalami masalah gigi karena lapisan email pada gigi tetap mereka memerlukan waktu lebih banyak untuk mengeras.

Balita yang sering minum kopi juga berisiko kehilangan kalsium. Pasalnya, kafein dalam jumlah tinggi dapat mengganggu penyerapan kalsium dan memicu pengeluaran kalsium dari tubuh. Apabila penyerapan kalsium terganggu, massa tulang dapat berkurang.

Kopi mungkin merupakan minuman biasa bagi orang dewasa, tapi tidak bagi balita. Meskipun minum kopi tidaklah berbahaya, kandungan kafein, gula, dan kalori di dalam minuman ini berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Anak-anak sebaiknya baru boleh meminum kopi setelah berusia 12 tahun. Itu pun dengan catatan kandungan kafeinnya tidak melebihi 100 miligram per hari. Selama si kecil masih balita, berikan ia minuman yang tepat seperti ASI yang diberikan sampai usia dua tahun, susu UHT diberikan setelah usia satu tahun, hingga sari buah tanpa gula.

sumber : hellosehat.com

Our Brands