News

Telinga Bayi Bau: Waspada Gejala Infeksi Telinga

Telinga Bayi Bau: Waspada Gejala Infeksi Telinga

Telinga Bayi Bau: Waspada Gejala Infeksi Telinga

Bunda, jangan abaikan bau tak sedap yang muncul dari telinga Si Kecil, karena telinga bayi bau bisa menjadi gejala infeksi telinga, lho! Namun jangan khawatir, Bunda bisa melakukan perawatan di rumah untuk mengatasinya.

Pada dasarnya, kotoran telinga merupakan cara alami tubuh untuk melindungi telinga dari masuknya kuman, dan benda asing seperti debu yang berpotensi menginfeksi gendang telinga. Lain halnya jika telinga bayi bau dan disertai cairan putih atau kekuningan, itu menjadi tanda bahwa telinga Si Kecil mengalami infeksi.

Telinga Bayi Bau: Waspada Gejala Infeksi Telinga - Alodokter

Tanda dan Gejala Infeksi Telinga

Penyebab utama telinga bayi bau adalah infeksi telinga bagian tengah (otitis media). Kondisi ini terjadi karena adanya peradangan di telinga bagian tengah yang menyebabkan penumpukan cairan di belakang gendang telinga dan kemudian menjadi terinfeksi. Infeksi telinga ini bisa disebabkan oleh bakteri atau virus.

Selain telinga bayi bau, berikut adalah tanda dan gejala infeksi telinga pada Si Kecil yang bisa Bunda kenali:

  • Keluar cairan putih kekuningan
    Ini mengindikasikan adanya lubang kecil di gendang telinga. Namun jangan khawatir, keluarnya cairan akan berhenti begitu infeksi diobati.
  • Hilang nafsu makan
    Ini dikarenakan infeksi telinga membuat kegiatan mengunyah dan menelan menjadi sakit.
  • Sulit tidur
    Posisi berbaring membuat infeksi telinga lebih terasa menyakitkan, sehingga bayi menjadi sulit tidur.
  • Demam
    Seperti penyakit infeksi pada umumnya, infeksi telinga pada bayi dan anak juga dapat menyebabkan demam. Demam merupakan respons kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
  • Munculnya rasa sakit
    Si Kecil akan mengalami rasa nyeri di telinga. Karena itu, dia akan sering menangis dan lebih
  • Kesulitan mendengar dan masalah ketidakseimbangan tubuh
    Penumpukan cairan di telinga bagian tengah dapat mengganggu pendengaran. Jika infeksi sudah menyebar ke telinga bagian dalam, akan terjadi gangguan keseimbangan tubuh, yang biasanya terlihat pada anak yang sudah dapat berjalan, yaitu dari cara berjalannya yang tidak stab

Cara Mengatasi Telinga Bayi Bau Karena Infeksi

Telinga bayi bau karena infeksi bakteri harus ditangani sesuai penyebabnya. Infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik sesuai resep dokter. Dokter akan meresepkan antiobiotik untuk dikonsumsi selama 7 hingga 10 hari. Jika Si Kecil demam dan merasakan sakit di telinganya, maka dokter akan meresepkan obat penghilang rasa sakit dan pereda demam seperti paracetamol, serta obat tetes telinga.

Penggunaan antibiotik harus dengan hati-hati dan sesuai anjuran dokter, hal ini untuk mencegah perkembangan bakteri yang bisa menjadi kebal terhadap antibiotik. Terkadang, infeksi telinga tidak memerlukan pengobatan apa pun dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun jika tidak ada perkembangan setelah dua hingga tiga hari, segera hubungi dokter kembali.

Perawatan di Rumah untuk Atasi Infeksi Telinga

Berikut beberapa tips perawatan secara mandiri di rumah yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi telinga bayi bau karena infeksi adalah:

  • Kompres hangat
    Cobalah kompres hangat telinga Si Kecil selama sekitar 10 sampai 15 menit. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa sakit.
  • Menjaga kecukupan cairan
    Jaga Si Kecil untuk tetap terhidrasi dengan memberinya cukup asupan cairan. Karena dengan menelan dapat membantu membuka saluran eustachius sehingga cairan yang terperangkap dapat mengalir.
  • Tinggikan kepala Si Kecil
    Letakkan dua bantal di bawah kasur/matras Si Kecil untuk memperbaiki pengeringan sinusnya. Jangan meletakkan bantal langsung di bawah kepala bayi.
  • Hindari penggunaan dot
    Penggunaan dot atau empeng ternyata tidak disarankan untuk bayi yang mengalami infeksi telinga. Hal ini karena menggunakan dot untuk menenangkan bayi yang sedang sakit telinga berisiko menimbulkan infeksi telinga berulang.

Bunda juga bisa melakukan langkah-langkah pencegahan infeksi telinga berikut ini:

  • Memberikan ASI setidaknya 6-12 bulan. Antibodi yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari infeksi telinga.
  • Jika Bunda memberi susu formula atau ASI melalui botol, posisi menyusui bayi harus semi tegak sehingga susu tidak mengalir kembali ke saluran
  • Jauhkan Si Kecil dari paparan asap rokok. Paparan asap rokok bisa membuat infeksi telinga menjadi lebih parah.
  • Pastikan juga Si Kecil sudah menerima imunisasi lengkap. Tambahan vaksin flu dan vaksin pneumokokus juga baik untuk mencegah penyakit pada bayi.

Bayi dan anak-anak memang lebih rentan terhadap infeksi telinga, karena mereka memiliki saluran eustachius mereka lebih kecil dan mudah tersumbat. Seiring pertumbuhan anak menjadi dewasa, saluran ini akan menjadi lebih besar, sehingga cairan bisa terkuras lebih mudah.

Segera temui dokter jika setelah tiga hari pengobatan, telinga bayi bau tidak juga sembuh dan tidak ada perbaikan gejala. Terlebih jika Si Kecil tetap demam dan disertai keluarnya darah atau nanah dari telinga.

 

 

SUMBER : alodokter.com

6 Panduan Penting Dalam Menjaga Kesehatan Anak

6 Panduan Penting Dalam Menjaga Kesehatan Anak

6 Panduan Penting Dalam Menjaga Kesehatan Anak

Upaya menjaga kesehatan anak dapat dilakukan melalui perilaku sehari-hari. Membiasakan si Kecil makan makanan bergizi atau mencuci tangan sebelum dan sesudah makan merupakan kebiasaan-kebiasaan sehat yang berperan penting dalam melindungi si Kecil dari intaian berbagai bibit penyakit. Kebiasaan yang ditanamkan sejak dini akan menjadi dasar pola hidup anak hingga kelak ia dewasa. Yuk, simak tips dalam menjaga kesehatan si Kecil yang penting untuk Mam ketahui.

Baca Juga : Kebutuhan Nutrisi pada Anak: Faktor yang Harus Dipenuhi
 
  • Mengonsumsi asupan bergizi

Salah satu cara menjaga kesehatan anak adalah dengan memastikan ia selalu mengonsumsi asupan bergizi. Hidangkan selalu makanan yang bernutrisi yang memang baik untuk kesehatan, baik dalam menu utama maupun camilan. Batasi frekuensi si Kecil jajan di luar rumah ya, Mam. Lebih baik bila Mam membuat sendiri camilan untuk si Kecil, sehingga asupan gizi maupun kebersihannya lebih terjamin. Berikan pengertian yang tepat mengenai alasan ia tak boleh jajan sembarangan, misalnya, makanan yang tidak dimasak oleh Mam tidak terjamin kebersihannya, sehingga ia berisiko sakit perut, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan lain-lain.
 
  • Mengurangi asupan bergula tinggi

Anak-anak memang senang menyantap makanan manis, seperti kue, permen, cokelat, roti, dan lain sebagainya. Hal ini wajar kok, Mam, sebab kandungan gula pada makanan dapat merangsang pengeluaran endorfin yang membuat si Kecil merasa rileks dan senang. Akibat efek itu, ia jadi ingin makan makanan serta minuman manis.
 
Namun, Mam perlu tahu bahwa terlalu banyak makan makanan manis dapat berakibat buruk pada kesehatan si Kecil. Ia berisiko menderita kegemukan dan kekurangan zat gizi lain akibat terlalu sering mengonsumsi gula. Konsumsi gula secara berlebih juga dapat merusak kesehatan giginya, lho. Jadi, batasi asupan makanan maupun minuman bergula tinggi untuk menjaga kesehatan anak ya, Mam. Bila si Kecil memang menyenangi makanan dan minuman manis, Mam dapat memberikan buah yang rasanya manis sebagai penggantinya. Atau, membuatkan camilan manis dengan kadar gula yang tidak berlebihan, ketimbang membeli makanan olahan bergula tinggi.
 
  • Melakukan imunisasi sesuai jadwal

Jaga kesehatan anak dengan melakukan imunisasi, terutama yang wajib, sesuai jadwal ya, Mam. Imunisasi terbukti dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh anak terhadap sejumlah penyakit, seperti tifoid, polio, influenza, hepatitis A, dan lain-lain. Maka itu, pastikan Mam membawa si Kecil ke posyandu atau rumah sakit untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal, termasuk untuk pengulangannya.
 
  • Tidur teratur

Anak membutuhkan waktu tidur yang jauh lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Memenuhi kebutuhan tidur si Kecil merupakan salah satu cara efektif untuk menjaga kesehatan anak. Kebutuhan tidur anak usia 1-3 tahun misalnya, adalah 12-14 jam per hari. Sementara, anak usia 4-6 tahun membutuhkan waktu tidur sebanyak 11-13 jam per hari. Penuhi kebutuhan tidur si Kecil dan ciptakan pola tidur yang teratur ya, Mam, sebagai bagian dari pembentukan pola hidup sehatnya.
 
  • Rajin mencuci tangan

Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan setiap orang untuk mencuci tangan memakai sabun untuk mencegah kuman masuk ke dalam tubuh. Mam dapat mengajarkan kebiasaan ini pada si Kecil sejak dini sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan anak. Ajak ia untuk mencuci tangan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat sebelum dan sesudah makan, setelah menggunakan toilet, saat baru pulang dari bepergian, dan saat hendak tidur. Idealnya, aktivitas mencuci tangan dilakukan di bawah air mengalir selama 20 detik menggunakan sabun, serta dengan teknik yang benar. Kebiasaan ini dapat mencegah kuman masuk ke dalam tubuh, sehingga melindunginya dari penyakit.
 
  • Aktif bermain

Membatasi kegiatan menonton televisi, tablet, dan bermain video game dapat bermanfaat bagi kesehatan anak lho, Mam. American Heart Association merekomendasikan waktu menonton televisi bagi anak maksimal 2 jam per hari. Sehari-hari, orang tua diharapkan memotivasi anak agar mau lebih banyak bermain dan bergerak, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tak perlu khawatir si Kecil akan kepanasan dan berkeringat ya, Mam, karena itu adalah hal yang normal dan menandakan bahwa dirinya sehat.
 
Contoh permainan aktif yang dapat dilakukan di dalam ruangan yaitu, menari, naik-turun tangga, dan bermain peran (role-playing). Sementara, kegiatan di luar ruangan yang menuntut si Kecil untuk banyak bergerak contohnya adalah berlarian, bersepeda, memanjat pohon, berkebun, bermain bola, dan masih banyak lagi lainnya. Aktif bergerak dapat membantu melindungi si Kecil dari risiko obesitas dan penyakit lain yang terkait dengan kondisi kegemukan.
 
Selain menasehati dan membiasakan si Kecil melakukan berbagai kebiasaan sehat, Mam juga sebaiknya memberikan contoh yang baik secara langsung. Bila Mam konsisten menerapkan pola hidup sehat, maka upaya menjaga kesehatan anak pun akan terasa lebih ringan. Si Kecil jadi lebih mudah meniru kebiasaan-kebiasaan Mam dan menjadikannya sebagai pola hidupnya juga.



Sumber:
alodokter.com

Kulit Anak Terinfeksi Setelah Dicakar Kucing; Apakah Akan Menular ke Anak Lain?

Kulit Anak Terinfeksi Setelah Dicakar Kucing; Apakah Akan Menular ke Anak Lain?

Memelihara hewan piaraan di rumah, seperti kucing, dapat membantu menumbuhkan rasa empati pada anak. Namun, merawat dan membesarkan hewan berbulu ini tentu tidak luput dari risiko cakaran, Pada beberapa kasus, anak yang dicakar kucing juga bisa terinfeksi. Lantas, apakah infeksi bisa menular ke anak lain di sekitarnya? Yuk, cari tahu kebenarannya berikut ini.

Kenapa anak bisa terinfeksi setelah dicakar kucing?

Cakaran kucing umumnya membuat kulit si kecil lecet. Umumnya, luka tersebut dapat sembuh dan biasanya tidak meninggalkan bekas. Akan tetapi, pada beberapa kasus, cakaran kucing bisa menyebabkan infeksi dan ini dikenal dalam istilah medis sebagai cat scratch disease.

Ini terjadi akibat adanya bakteri Bartonella henselae, yakni bakteri yang hidup di air liur kucing menginfeksi kulit anak lewat luka terbuka. Bakteri bartonella hanya ada pada kucing yang terinfeksi yang awalnya disebarkan oleh kutu.

Kucing yang terinfeksi oleh bakteri ini tidak terlihat sakit. Kucing akan tetap sehat meski membawa bakteri di air liurnya selama berbulan-bulan. Rata-rata, kucing yang terinfeksi adalah kucing yang berumur di bawah 1 tahun.

Sebenarnya, infeksi ini tidak hanya terjadi setelah anak dicakar kucing. Infeksi bisa juga didapat dari kulit anak yang terluka akibat terjatuh atau garukan, yang setelahnya terkena air liur kucing. Setelah terinfeksi, area kulit yang terluka akan terlihat membengkak, memerah, dan bernanah. Ketika disentuh akan terasa sakit dan hangat.

Pada beberapa kasus, cat scratch disease bisa menimbulkan gejala demam, sakit kepala, nafsu makan menurun, dan kelelahan. Selain itu, kelenjar getah bening di sekitar ketiak, leher, dan pangkal paha juga akan membengkak.

Apakah infeksi dicakar kucing pada anak ini menular?

anak demam akibat parvovirus adalah

Dilansir dari laman Kids Health, infeksi cakaran kucing pada kulit anak tidak bisa ditularkan dari orang ke orang. Bakteri hanya bisa disebarkan melalui kucing yang terinfeksi. Itu artinya, si kecil tidak akan menularkan infeksi ini pada teman atau anggota keluarga yang ada di rumah.

Bila ada anggota keluarga yang terinfeksi, kemungkinan besar proses penularannya di dapat dari interaksi dengan kucing yang terinfeksi saat kulit sedang terluka.

Namun, munculnya blister dipenuhi nanah pada anak ini tidak selalu disebabkan oleh infeksi dicakar kucing. Bisa juga disebabkan oleh penyakit kulit lain yang menimbulkan gejala serupa, seperti impetigo.

Penyakit ini dapat menular dengan mudah lewat sentuhan pada blister atau menggunakan barang yang sama.

Segera ajak si kecil ke dokter

Sebelum ditentukan pengobatan, dokter akan lebih dulu memeriksa kondisi kulit si kecil. Dokter akan mengamati adakan bekas luka di sekitar kulit yang membengkak dan bernanah, kepemilikan kucing, atau kebiasaan main anak.

Jika anak memang memiliki kucing dan ada bekas luka di sekitar infeksi, cat scratch disease pada anak bisa jadi penyebabnya. Bila dokter kesulitan untuk menegakkan diagnosis, tes kesehatan lebih lanjut mungkin diperlukan, seperti tes darah dan tes kultur darah.

Bila diagnosis cat scratch disease sudah ditegakkan, dokter akan mengobati dengan antibiotik untuk menghentikan infeksi. Pengobatan lain yang diresepkan adalah acetaminophen atau ibuprofen untuk meredakan demam, pembengkakan, dan rasa nyeri.

Supaya si kecil tidak mengalami masalah yang sama di kemudian hari, sebaiknya Anda tidak memelihara kucing yang dicurigai membawa infeksi. Kemudian, selalu bersihkan dan rawat kulit anak yang terluka atau lecet.

Bila ingin kembali memelihara kucing, pastikan untuk merawat kebersihan tubuhnya agar bebas dari kutu penyebar bakteri. Jangan lupa membawanya ke dokter hewan untuk diperiksa kesehatannya. Ajari anak selalu mencuci tangan setelah ia bermain dengan kucingnya.

sumber : hellosehat.com

Pastikan Pertumbuhan Bayi Prematur Optimal, Ini Cara Ibu Memaksimalkan Pemberian ASI

Pastikan Pertumbuhan Bayi Prematur Optimal, Ini Cara Ibu Memaksimalkan Pemberian ASI

Memaksimalkan pemberian ASI pada bayi prematur sangatlah penting. Pasalnya, bayi prematur membutuhkan nutrisi lebih agar bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat layaknya bayi normal. Namun, menyusui bayi prematur merupakan tantangan bagi para ibu, apalagi jika bayi prematur harus ditempatkan di dalam inkubator.

Meskipun sulit, usahakan untuk tetap memberikan ASI kepada bayi Anda. Beberapa cara ini dapat Anda coba sehingga bayi prematur Anda tetap memperoleh manfaat ASI.

1. Memompa ASI lebih awal dan rutin

ASI hendaknya menjadi makanan utama untuk bayi prematur. Perkembangan sistem pencernaan bayi prematur belum sempurna, itu sebabnya ia membutuhkan makanan yang lebih mudah dicerna. ASI akan lebih mudah dicerna daripada susu formula.

Mengingat bayi prematur sangat membutuhkan asupan ASI yang cukup, penting bagi Anda untuk mengupayakan ASI yang tak hanya berlimpah tapi juga berkualitas.

Untuk melancarkan produksi ASI sesaat setelah melahirkan, Anda bisa memompa ASI  lebih awal. Menurut Very Well Family, idealnya Anda bisa memompa ASI 6 jam setelah persalinan.

Selanjutnya Anda perlu memompa ASI Anda lebih sering setidaknya 8 kali dalam sehari. Disarankan untuk memompa ASI setiap 2 sampai 3 jam sekali di siang hari dan setiap 3 dan 4 jam sekali di malam hari.

Penting bagi Anda untuk bersikap tenang dan tidak terlalu cemas, karena kondisi psikologis Anda akan berpengaruh terhadap kuantitas ASI yang Anda hasilkan.

2. Menyusui bayi prematur dengan alat bantu

Bayi prematur yang baru saja lahir, di usia kandungan 34 minggu misalnya, belum memiliki kemampuan untuk mengisap ASI dari payudara ibu.

Meskipun tidak bisa menyusui bayi prematur Anda secara langsung, si kecil tetap bisa mendapatkan asupan ASI secara rutin.

Bayi prematur membutuhkan alat bantu seperti selang yang dipasangkan pada hidung dan mulutnya yang akan mengalirkan ASI ke dalam tubuhnya. Selain itu, Anda juga tetap bisa menyusui bayi prematur tanpa harus memompa ASI lebih dahulu dengan menggunakan selang laktasi.

Selang ini akan menghubungkan puting susu Anda yang mengeluarkan ASI langsung kepada bayi Anda. Alat bantu ini akan membantu bayi prematur untuk terbiasa menyusui secara langsung dari payudara Anda nantinya.

3. Menerapkan teknik kangaroo mother care (KMC)

KMC atau perawatan kangguru sangat dianjurkan bagi bayi yang lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah. Metode ini dapat meningkatkan harapan hidup bayi prematur dan bayi dengan berat lahir kurang dari 2 kg.

Hal ini disebabkan karena perawatan kanguru dapat mengontrol suhu bayi, mengurangi risiko infeksi, dan yang terpenting pada proses menyusui bayi prematur metode ini dapat membantu bayi menyusui secara langsung dan meningkatkan pemberian ASI.

Teknik menyusui bayi prematur pada KMC disebut kangaroo nutrition. Teknik ini dapat dilakukan dengan memasukkan bayi ke dalam baju ibu dan diletakkan tepat di bagian dada, sehingga kulit ibu langsung bersentuhan dengan kulit bayi. Bayi sebaiknya tidak memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain pengikat atau kain panjang sehingga bayi tidak jatuh ketika ibu bergerak. Perawatan metode kangguru sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus-menerus.

4. Posisi duduk untuk menyusui bayi prematur di rumah

Posisi menyusui bayi prematur akan sangat berbeda dengan posisi menyusui bayi yang lahir dalam usia normal. Bayi prematur lebih mudah mengantuk saat menyusui, beberapa bahkan belum cukup kuat untuk bisa menyusu dalam jumlah banyak.

Untuk membuat bayi Anda tetap terjaga dan tetap mudah mencapai payudara Anda, cobalah posisi menyusui dengan mendudukkan bayi pada pangkuan Anda, bukan menggendongnya.

Topang dengan erat bagian kepala dan bahunya dengan salah satu tangan yang jarang Anda gunakan. Sementara tangan yang lain, yang kerap digunakan untuk beraktivitas, bisa digunakan untuk menopang dagu atau pipi bayi Anda.

Jika bayi prematur akan terus mendapatkan asupan ASI secara eksklusif, dokter biasanya akan menganjurkan Anda untuk mengonsumsi makanan yang mengandung banyak multivitamin dan zat besi.  

sumber : hellosehat.com

Hati-hati Diare Kronis pada Bayi, Ini Tanda-tandanya

Hati-hati Diare Kronis pada Bayi, Ini Tanda-tandanya

Diare ditandai dengan kondisi feses yang lembek dan berair. Diare biasa dapat sembuh dalam hitungan hari jika diobati. Namun, gejala bisa berkembang kronis jika diare dibiarkan begitu saja. Diare kronis yang terjadi pada bayi bisa berbahaya karena berlangsung lebih lama dibandingkan diare biasa.

Ada beberapa penyebab diare pada bayi dan mengapa kondisi bisa berkembang kronis, serta bagaimana cara mengatasinya. Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Ini ciri-ciri diare kronis pada bayi

saat bayi menangis

Salah satu cara untuk mengidentifikasi bayi mengalami diare adalah dari fesesnya. Feses bayi yang normal biasanya berwarna kekuningan, coklat, hingga kehijauan. Bentuknya juga lembut, tebal seperti pasta, dan ragam bentuk lainnya.

Sementara itu, pada bayi yang mengalami diare, feses akan memiliki ciri seperti di bawah ini.

  • lembek, basah, berair
  • berwarna lebih hijau atau gelap dari normalnya
  • bau busuk
  • ada darah atau berlendir

Adapun gejala umum diare kronis pada bayi.

  • rewel menahan sakit pada perutnya
  • mual
  • muntah
  • menggigil
  • BAB berdarah
  • demam
  • pola makan berubah
  • perut bengkak
  • penurunan berat badan

membiarkan bayi menangis agar tertidur

Diare dapat berkembang menjadi kronis ketika berlangsung lebih dari 2 minggu. Mengapa diare bisa berlangsung lebih lama? Ada beberapa faktor penyebabnya, seperti infeksi, gangguan sistem pencernaan, alergi makanan, hingga Inflammatory Bowel Disease.

Penyebab diare kronis pada bayi bisa berdampak pada malabsorpsi. Malabsorpsi terjadi ketika usus tidak dapat menyerap nutrisi dari makanan. Ke depannya, bayi jadi tidak memperoleh nutrisi dari makanan yang masuk ke dalam pencernaannya, sehingga menyebabkan malnutrisi.

Malnutrisi dapat memicu kegagalan bayi untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga beratnya pun tergolong rendah dari tolok ukur berat badan normal sesuai usianya. Secara keseluruhan, ini akan berdampak pada pertumbuhan otak dan tinggi badan anak.

Agar dampak negatif ini tidak terjadi pada bayi, tentu ada cara untuk mengatasi masalah diare kronis.

Cara mengatasi diare kronis pada bayi

rhinitis pada bayi

Bayi yang mengalami diare kronis, penyerapan nutrisinya pun tidak optimal. Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam meraup nutrisi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi ke depannya.

Untuk itu, berikut cara mengatasi diare kronis pada bayi.

1. Pemberian susu terhidrolisat parsial

Diare kronis merupakan salah satu gangguan pencernaan pada bayi. Bagi bayi yang mengonsumsi susu formula, tetaplah diberikan asupan susu. Untuk sementara waktu, Anda bisa memberikan susu terhidrolisat parsial.

Menurut sebuah penelitian, susu terhidrolisat parsial dapat menjadi pertolongan pertama pada gangguan pencernaan, seperti kolik, muntah, diare dengan atau tidak dengan kehilangan protein atau perdarahan.

Penelitian dalam jurnal Nutrients, menyebutkan susu terhidolsat parsial dapat menjadi sumber protein yang baik. Terutama ketika bayi mengalami diare dan penyerapan nutrisinya tidak berlangsung optimal.

Jika Anda ingin memberikan susu terhidrolisat parsial pada bayi kronis, tak ada salahnya berkonsultasi ke dokter anak untuk mengetahui aturan konsumsinya.

2. Konsultasi ke dokter

Ada baiknya ibu segera memeriksakan bayi ke dokter anak jika menemukan gejala diare kronis. Dokter akan mengidentifikasi apa penyebab dari diare kronis bayi.

Bila diare disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan antibiotik atau obat-obatan tertentu. Diare kronis kerap dapat mengakibatkan dehidrasi, sehingga dokter mungkin memberikan cairan tambahan melalui infus. Dengan begitu, gejala diare kronis bayi dapat teratasi dengan tepat.

3. Menjaga konsumsi makanan

Apabila bayi Anda telah menerima MPASI, cobalah untuk memberikannya seperti pisang yang dihaluskan dan disaring, apel yang dihaluskan, dan sereal berbahan dasar beras. Berikan makanan ini hingga gejala diare kronis pada bayi mereda, disertai dengan rekomendasi diet atau obat dari dokter.

Untuk anak yang masih minum ASI secara utuh, Ibu perlu memperhatikan menu makanan harian. Misalnya, hindari makanan berminyak, makanan tinggi serat, produk susu, maupun makanan atau minuman manis.

sumber : hellosehat.com

Umur Berapa Anak Bisa Dibawa Nonton ke Bioskop?

Umur Berapa Anak Bisa Dibawa Nonton ke Bioskop?

Banyak orangtua bertanya, umur berapa yang tepat bagi anak bisa dibawa nonton ke bioskop. Sebagai orangtua, pastinya Anda ingin membagikan pengalaman yang menyenangkan dengan mengajak si kecil nonton bioskop.

Beragam film yang rilis di bioskop dengan G-rated (general rated atau segala jenis usia) atau cocok sebagai edukasi anak-anak, memantik orangtua untuk mengajak anaknya. Tapi sebaiknya ketahui dulu berapa umur anak yang tepat agar bisa dibawa nonton ke bioskop.

Umur berapa anak bisa dibawa ke bioskop?

Bisa jadi antara Anda dan pasangan memiliki kesepakatan yang berbeda untuk membawa anak nonton bioskop. Sehingga masing-masing bertanya berapa patokan umur anak yang bisa dibawa ke bioskop.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak yang berumur di bawah 18 bulan sebaiknya tidak menggunakan tontonan berabasis media (screen media) dalam bentuk apapun. 

Namun, untuk anak berusia 18-24 bulan boleh diperkenalkan tontonan berbasis digital media dengan kualitas program edukasi yang terbaik. Menonton program edukasi dapat membantu pemahaman mereka.

Para peneliti juga merekomendasikan untuk anak berusia 2-5 tahun perlu dibatasi jam menonton, setidaknya 1 jam per hari dengan program yang berkualitas. Di sini, orangtua perlu membimbing dan mendampingi program yang anak tonton. Sehingga anak mengetahui dan memahami dari tayangan yang mereka lihat.

Jika bertanya, umur berapa anak Anda bisa dibawa ke bioskop? Melihat dari rekomendasi para peneliti tadi, anak umur 2-5 tahun diperbolehkan hanya menonton 1 jam saja dalam sehari. 

Tetapi Common Sense Media mengatakan bahwa rata-rata orangtua mengajak anak mereka menonton pada umur 3-4 tahun. Sebagian orangtua lebih memilih ketika anak sedikit lebih besar untuk membawa mereka ke bioskop.

Setiap anak memiliki reaksi berbeda saat mereka masuk ke dalam bioskop. Karena keadaan yang gelap dan suara yang keras di dalam bioskop, sebagian anak mungkin saja sensitif terhadap suara keras di bioskop.

Tidak terlepas dari usia, orangtua juga perlu tahu kapan waktunya si kecil siap dibawa ke bioskop. Sebelum membawanya ke bioskop, Anda bisa memberitahu terlebih dahulu bagaimana suasana di dalam bioskop kepada anak.

Tips mengajak anak nonton di bioskop

Pendidikan seks pada anak

Setelah mengetahui berapa umur tepat anak yang bisa dibawa nonton ke bioskop dan kesiapannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berbeda dengan menonton film di rumah, ada atmosfer yang bisa lebih menggerakkan emosi anak saat ia menikmatinya.

Orangtua perlu memerhatikan beberapa aspek saat mengajak anaknya menonton bioskop. Berikut tips yang bisa Anda lakukan.

1. Pilih film yang cocok untuk anak

Anda tak lagi bingung soal berapa umur anak yang bisa diajak nonton ke bioskop. Tapi beberapa orangtua mungkin saja bingung dalam memilihkan film yang tepat untuk anak. Anda bisa memilihkan film kartun atau film yang diklaim ramah untuk anak-anak.

2. Lewati iklan

Sebelum tayangan film dimulai, biasanya terdapat beberapa rangkaian iklan pengantar. Belum tentu semua iklan dapat merepresentasikan konten yang sesuai dengan usia anak. Maka itu, sebaiknya ajak anak menonton sesaat sebelum film mulai.

Ketika umur anak sudah besar, mungkin dia sudah bisa menyortir iklan saat berada di bioskop. Namun, berbeda dengan anak balita yang masih menyerap segala informasi dan memercayai apa yang ia lihat.

3. Rencanakan terlebih dulu

Agar anak tak rewel, cobalah untuk mempersiapkan segalanya terlebih dulu. Misalnya, mengajak anak makan sebelum nonton film di bioskop. Kemudian, jelaskan kepada anak penting untuk menjaga ketenangan saat menonton film, misalnya tidak berbicara, tidak menyalakan gawai, serta tidak berdiri atau melompat saat film mulai.

4. Bersiap dengan segala kemungkinan

Mungkin ada reaksi anak yang di luar dugaan orangtua. Misalnya, saat beberapa adegan tertentu, anak berteriak, menangis, dan ingin pulang. Anda tak perlu memarahi anak untuk diam dan melanjutkan film hingga habis.

Ketika hal ini terjadi, berarti anak belum siap untuk diajak menonton bioskop. Tunggulah saat yang tepat sehingga anak bisa siap menikmati keseluruhan film.

Selain mengetahui berapa umur anak bisa dibawa ke bioskop, Anda wajib tahu sejauh mana kesiapan anak saat masuk bioskop untuk menonton film. Namun, jika anak berhasil menonton film hingga akhir, jangan lupa luangkan waktu berdiskusi tentang film yang baru saja Anda tonton pada anak untuk mengetahui apa saja yang dipahaminya.

sumber : hellosehat.com

6 Panduan Mendidik Anak Pengidap ADHD

6 Panduan Mendidik Anak Pengidap ADHD

6 Panduan Mendidik Anak Pengidap ADHD

 

Ketika anak Anda pertama kali didiagnosis mengidap Attention Deficit/Hyperactivity Disorder alias ADHD oleh para ahli, mungkin reaksi pertama Anda adalah tidak percaya. Bagaimana mungkin, yang pertamanya Anda pikir anak Anda hanyalah anak yang sangat aktif dan penasaran, nyatanya didiagnosis oleh para ahli mengidap ADHD?

Akan tetapi, tidak mungkin bukan Anda terus-menerus menolak kenyataan? Tentu, Anda harus mengambil langkah bagaimana cara mendidik dan membesarkan anak Anda dengan kondisi seperti ini. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendidik anak Anda yang mengidap ADHD.

1. Jujurlah kepada anak Anda tentang ADHD yang diidapnya

Para orangtua tidak dianjurkan untuk merahasiakan tentang ADHD kepada anaknya. Para orangtua juga tidak dianjurkan untuk membohongi anaknya tentang ADHD ini. Katakanlah sejujur-jujurnya kepada anak Anda tentang ADHD yang mereka idap.

Beri tahu juga bahwa ADHD ini terjadi bukan karena kesalahan atau kenakalan mereka. Dengan terbuka kepada anak Anda tentang kondisi mereka, Anda meringankan stigma ADHD yang ada pada anak Anda. Anak-anak Anda perlu mengetahui kedaan mereka yang sebenarnya dan mengerti bahwa mereka dapat mengontrol hal tersebut.

2. Jangan menuntut anak untuk jadi “lebih baik”

Memang, anak-anak yang mengidap ADHD mungkin lebih tidak konsisten dibandingkan dengan anak-anak normal. Misalnya, hari ini ulangan mereka nilainya 90, besok mungkin nilainya 60. Lusa mungkin beda lagi ceritanya, mungkin nilainya 70. Tapi minggu depan, mungkin nilainya 95.

Kalau sudah begini, umumnya orangtua langsung berkata, “Kalau kamu kemarin bisa bagus, kenapa hari ini tidak?” Padahal yang terjadi sebenarnya pada anak-anak ADHD adalah mereka ini sebenarnya sangat cerdas. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak tahu bagaimana harus memulainya.

Selain itu, seperti yang sudah disebutkan, terkadang mereka tidak konsisten. Hal inilah yang kadang-kadang salah diartikan oleh orang pada umumnya.

3. Jangan biarkan ADHD menjadi alasan untuk anak tidak bertanggung jawab

Memang betul, ADHD membuat anak menjadi lebih sulit melakukan sesuatu. Akan tetapi, bukan berarti ADHD menjadi alasan untuk anak tidak bertanggung jawab. Misalnya, anak dengan ADHD berkata “Aku nggak perlu kerjain PR soalnya aku kan mengidap ADHD.”

Padahal realitanya, anak itu bisa mengerjakan PR, meskipun memang dibutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan anak-anak normal. Ubalah pola pikir anak Anda sehingga mereka berkata, “Memang, aku mengidap ADHD. Tapi aku tetap bisa kerjain PR aku.”

4. Menerapkan aturan dan konsekuensi secara perlahan-lahan

Untuk anak-anak pengidap ADHD, orangtua akan lebih mudah menerapkan aturan dan konsekuensi secara verbal dan tertulis. Contohnya, para orangtua dapat menempel daftar tanggung jawab anak-anak dan aturan di dalam rumah.

Jika Anda ingin memberi rewards alias hadiah kepada anak Anda, boleh saja. Akan tetapi, jangan memberi iming-iming hadiah kepada anak Anda untuk sesuatu yang masih lama, misalnya, “Papa mama bakal beliin kamu sepeda kalau kamu naik kelas tahun depan.”

Anak-anak ADHD memiliki masalah untuk merencanakan waktu yang akan datang, maka tidak akan masuk akal kalau Anda menjanjikan hadiah yang baru akan diberikan untuk tahun depan. Sebaliknya, rewards yang diberikan usahakanlah dapat diberikan dalam waktu dekat, misalnya diberi izin main game di luar waktu yang sudah ditentukan, dan lain sebagainya.

Orangtua juga harus menjelaskan tentang konsekuensi secara jelas. Setelah itu, terapkanlah konsekuensi yang sudah dibuat secara perlahan-lahan namun tegas. Mungkin, kadang-kadang orangtua merasa frustrasi dan lelah menghadapi anaknya, tapi usahakanlah jangan mendidik anak Anda dengan marah-marah.

Mungkin akan agak sulit kalau orangtua dari anak-anak tersebut juga mengidap ADHD, karena penyakit ADHD bisa saja bawaan. Orangtua yang juga mengidap ADHD bisa saja menghardik marah-marah akibat mereka sendiri juga punya masalah dengan tindakan impulsif mereka. Untuk hal ini, orangtua dianjurkan untuk mengontrol terlebih dahulu ADHD yang mereka idap, lalu berusaha menjadi contoh yang baik bagi anak mereka.

5. Bantulah anak Anda menemukan kelebihan mereka

Anak-anak pengidap ADHD sering dikucilkan. Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut merasa tidak punya harga diri dan depresi. Rasa tidak punya harga diri sendiri sudah mulai muncul pada anak-anak pengidap ADHD sejak mereka berusia 8 tahun.

Anak-anak ini mungkin merasa “Nggak ada yang bisa aku kerjain. Ngapain aku mesti capek-capek, coba? Lagian orang-orang tetap nggak bakal anggap aku, kok.” Anak-anak ini banyak kehilangan semangat dan merasa depresi.

Di sinilah, orangtua berperan untuk membangkitkan kembali semangat anak-anak mereka. Biasanya, kalau anak-anak ADHD ini menaruh minat dalam satu hal, anak-anak ini bisa menguasai hal tersebut setara dengan kemampuan untuk orang-orang 5 tahun di atas umur mereka.

Oleh karena itu, Anda bisa berkata kepada anak Anda, “Coba lihat, mungkin kamu lemah dalam bidang ini. Tapi, kamu punya kelebihan lain, kan? Bahkan temen-temen kamu aja belum bisa bikin seperti apa yang kamu sudah bisa bikin.”

6. Janganlah overprotektif terhadap anak Anda

Seiring dengan berjalannya waktu, tentu saja, anak-anak pengidap ADHD ini akan tumbuh dewasa. Mereka perlu belajar untuk mandiri. Kebanyakan orangtua berusaha menyelesaikan semua masalah yang dialami oleh anaknya. Hal ini tidak baik, sebab anak akan berpikir, “Aku punya kekurangan dan pasti papa mama aku bakal selesaikan semua masalah aku.”

Cobalah jangan buat Anda yang harus menyuruh segala sesuatu apa yang harus dilakukan oleh anak Anda, tapi cobalah buat anak Anda yang akan meminta apa yang harus mereka lakukan. Pada saat-saat awal, mungkin anak-anak ini memang masih butuh arahan Anda. Tapi semakin lama, biasakan hingga akhirnya mereka benar-benar mengambil keputusan sendiri untuk menyelesaikan masalah mereka.

Ajarlah supaya anak Anda belajar untuk mandiri, yang memang, untuk anak-anak yang mengidap ADHD, sulit untuk melakukannya.

Behavioural treatment untuk anak ADHD

Kalau Anda mengalami kesulitan dalam mendidik anak Anda yang mengidap ADHD, jangan khawatir. Ada alternatif terapi untuk Anda, yang dinamakan “behavioural therapy”. Pada dasarnya, terapi ini bertujuan supaya Anda menerapkan 6 hal yang sudah disebutkan di atas. Hanya saja, dengan terapi ini, Anda akan diberikan program dan semacam kelas oleh para ahli kesehatan mental. Terapi ini dapat dilakukan dengan meminum obat ataupun tidak meminum obat.

Berikut tiga elemen dari terapi ini:

1. Mengeset gol/target

Anda dan pembimbing Anda akan membantu anak untuk membuat dan mencapai suatu tujuan yang spesifik. Contoh-contoh dari target yang bisa dibuat seperti menyelesaikan PR, bermain dengan teman-teman di taman, duduk di meja belajar selama satu jam, atau yang lain.

2. Membuat rewards dan konsekuensi

Anak Anda akan mendapat hadiah atau hukuman bergantung dari apa yang diperbuatnya. Contohnya, kalau mereka berhasil mencapai gol yang sudah dibuat, mereka akan diberi tambahan waktu untuk bermain komputer. Sebaliknya, kalau mereka berperilaku negatif, maka Anda akan mengurangi jam main game mereka.

3. Konsisten dalam menjalankan terapi

Sangat penting untuk menerapkan 2 elemen di atas sampai anak itu dapat melakukan sendiri (tanpa bantuan orangtua atau pembibing) hal-hal yang telah diajarkan.

sumber : hellosehat.com

Apakah Anak Saya Dyslexic?: Mengenali Dyslexia Pada Anak-Anak

Apakah Anak Saya Dyslexic?: Mengenali Dyslexia Pada Anak-Anak

Apakah Anak Saya Dyslexic?: Mengenali Dyslexia Pada Anak-Anak

boy-286240_1280

Apakah itu Dyslexia?
Dyslexia adalah penyakit mental yang menghalangi otak untuk memproses kata-kata yang ditulis. Penyakit ini bisa di identifikasi sejak kecil.

Dyslexia tidak menghalangi proses otak lain, dan anak-anak dyslexic masih bisa mengerti hal-hal yang komplek dan susah, tapi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mengertinya – apa lagi kalau dia harus mempelajarinya dari membaca buku atau dokumen lain.

Dyselexia adalah penyakit genetic, jadi untuk sementara tidak ada yang bisa di lakukan untuk menghalanginya – kita hanya bisa membantu anak-anak kita secepatnya.

Seumum apakah Dyslexia?
Lumayan umum. Di Amerika, sekitar 2 miliyar anak berumur 3 – 21 mempunyai penyakit ini.

Apakah anak saya mempunyai Dyslexia?
Dyslexia bisa mulai di deteksi pada jaman TK. Waspadalah kepada gejala-gejala berikut saat anak Anda di TK:

  • Tidak bisa mengenali huruf-huruf yang tertulis
  • Bingung tentang bunyi huruf-huruf seperti ‘b’ dan ‘h’
  • Sering mengucapkan kata-kata dengan salah, walaupun sudah dikoreksi
  • Berpikir kalau belajar kata-kata baru itu susah
  • Bingung kalau disuruh mengatakan angka atau Nama hari-hari dengan urutan yang benar
  • Bingung tentang bedanya kiri dan kanan

Ciri khas Dyslexia di jaman-jaman SD kelas 1 agak berbeda:

  • Mempunyai kesulitan memegang pensil
  • Mempunyai kesulitan menulis kata-kata dengan benar
  • Tidak bisa mengingat fakta dan nomor

Kalau Anda melihat gejala-gejala ini di anak Anda, bawalah dia ke dokter untuk ditest. Pertama, dokter-dokter akan cek daya lihat dan dengar anak Anda. Jika tidak ada masalah di sini, Anda bisa bawa anak Anda ke psikolog spesialis anak-anak.

Apa yang bisa saya lakukan untuk anak saya yang Dyslexic?
Dyslexia adalah penyakit yang lumayan umum, tapi untungnya, kita bisa membantunya di rumah:

  • Beritau sekolah tentang kondisi anak Anda
  • Baca bersama-sama di rumah
  • Jangan paksa anak Anda untuk membaca buku yang ‘seharusnya’. Biarkanlah dia membaca komik, artikel tentang kartun dan idola: apa saja yang membuatnya ingin membaca
  • Jangan fokus ke hasil, tapi fokus lah dengan apa yang bisa di lakukan sekarang, dengan sebaiknya

Sumber :blog.ryan-collection.com

Penyebab Puting Susu Lecet Saat Menyusui dan Cara Mengatasinya yang Tepat

Penyebab Puting Susu Lecet Saat Menyusui dan Cara Mengatasinya yang Tepat

Puting susu lecet merupakan satu dari beragam masalah menyusui yang banyak terjadi di beberapa hari atau minggu pertama. Biasanya, kondisi ini dikarenakan bayi belum dapat mengisap puting susu ibu dengan baik. Namun, masih ada berbagai alasan lain yang mendasari keluhan ini. Agar masa menyusui berjalan lebih optimal, simak penyebab puting susu lecet dan tips penanganan yang tepat.

Apa saja gejala ketika puting susu lecet?

penyebab kista payudara

Puting susu atau puting payudara merupakan area yang cukup sensitif pada tubuh. Saking sensitifnya, tak jarang bagian ini bisa terasa nyeri, gatal, ruam, hingga lecet.

Berbagai keluhan tersebut, termasuk puting susu lecet, bisa dirasakan oleh setiap wanita. Entah itu sebelum dan selama periode menstruasi, maupun selama masa kehamilan.

Selain itu, lecet pada puting payudara juga rentan sekali dialami oleh para ibu menyusui. Jika ini merupakan kali pertama Anda menyusui bayi, tentu akan timbul sedikit rasa sakit dan tidak nyaman pada puting.

Hal tersebut sebenarnya normal, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring semakin sering dan terbiasa Anda dalam menyusui si kecil. Sayangnya, pada beberapa ibu tidak demikian.

Bukannya merasa lebih baik, beberapa ibu menyusui mungkin justru merasakan puting susu yang lecet dan nyeri. Khususnya saat bayi sedang menyusu. Puting susu yang lecet ini bisa disertai dengan gejala lainnya atau pun tidak.

Kadang, Anda hanya akan melihat tanda berupa lecet di area puting payudara. Namun jika terus dibiarkan tanpa pengobatan, keluhan ini bisa bertambah parah hingga menyebabkan puting pecah-pecah, terluka, bahkan berdarah.

Apa penyebab puting susu lecet?

puting lecet

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab puting susu lecet saat menyusui, yakni:

1. Perlekatan mulut bayi pada puting tidak pas

Penyebab puting susu lecet yang paling umum yakni karena posisi mulut bayi kurang tepat saat menempel dan mengisap puting. Bayi biasanya masih mengalami kesulitan atau belum terbiasa sepenuhnya untuk mengisap puting susu Anda dengan benar.

Normalnya, bayi seharusnya mengisap seluruh bagian puting beserta areola atau area gelap yang mengelilingi puting. Namun, bayi yang kesulitan mengisap justru hanya dapat meraih puting payudara, tanpa mengisap bagian areola.

Alhasil, mulut bayi mungkin tidak menempel dengan baik pada puting. Itu sebabnya, lidah, gusi, dan langit-langit mulut bayi seolah menggigit puting susu.

Bahkan, bayi bisa saja malah menggigit puting, atau menariknya cukup dalam. Inilah yang kemudian menyebabkan puting mengalami lecet dan terasa sakit saat menyusui.

Semakin sering hal ini terjadi selama menyusui, akan semakin mudah pula puting mengalami lecet. Hal ini tentu akan menyulitkan Anda dalam menyusui, karena puting yang lecet biasanya terasa nyeri.

2. Posisi menyusui kurang tepat

Di sisi lain, puting susu lecet juga bisa disebabkan oleh posisi menyusui yang kurang tepat. Akibatnya, perlekatan (latch on) mulut bayi pada puting susu juga kurang bisa menempel dengan baik.

3. Jamur pada puting susu

Adanya jamur pada puting susu juga bisa mengakibatkan puting lecet dan nyeri. Rasa ketidaknyamanan karena infeksi jamur ini biasanya dapat bertahan selama beberapa jam setelah menyusui bayi.

4. Bayi mengalami tongue tie

Tongue tie merupakan kondisi ketika bayi sulit mengangkat atau menggerakkan lidahnya dengan normal. Kondisi ini tentu menghambat kemampuannya untuk mengisap ASI melalui puting payudara.

Sebaliknya, bayi justru akan mendorong puting ke bagian atas lidahnya, bahkan menekan puting ke langit-langit mulut. Akibatnya, puting susu Anda menjadi lecet dan terasa sakit.

Adakah komplikasi yang mungkin timbul dari puting susu lecet?

menarik puting saat menyusui

Bukan hanya menimbulkan rasa kurang nyaman saat menyusui. Puting susu yang lecet juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi setelahnya.

Berikut komplikasi yang mungkin terjadi karena puting susu lecet:

Penyapihan dini

Penyapihan dini adalah memberhentikan pemberian ASI pada bayi sebelum waktunya. Idealnya, bayi seharusnya mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Namun, karena puting susu ibu lecet dan mengganggu proses menyusui, pemberian ASI bisa dihentikan lebih cepat.

Produksi ASI rendah

Nyeri yang timbul dari lecet pada puting payudara, tentu membuat Anda enggan menyusui bayi. Semakin jarang Anda menyusui, akan semakin rendah pula produksi ASI pada payudara.

Akibatnya, pasokan ASI bisa berkurang jauh jika dibandingkan dengan ibu yang rutin menyusui bayinya.

Penyumbatan saluran susu

Ketika Anda berhenti menyusui si kecil dengan alasan puting payudara lecet, payudara tetap bertugas untuk menghasilkan ASI. Kondisi ini akan membuat ASI menumpuk di dalam payudara karena tidak dapat dikeluarkan dengan baik.

Lambat laun, payudara akan mengalami pembengkakan yang membuatnya tampak agak besar, penuh, dan keras saat disentuh.

Mastitis

Mastitis adalah kondisi ketika payudara membengkak dan meradang. Puting susu yang lecet, penumpukan ASI, dan adanya pembengkakan pada payudara berisiko mengakibatkan mastitis.

Jika Anda mengalami mastitis, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti payudara terasa nyeri, membengkak, memerah, gatal, dan terluka.

Bagaimana cara mengatasi puting susu lecet?

pelembap untuk kulit kering

Jangan biarkan puting susu yang lecet menghambat proses menyusui si kecil. Untuk meredakannya, Anda bisa menerapkan beberapa cara berikut ini:

1. Gunakan kompres dingin

Kompres dingin bisa membantu menenangkan puting yang lecet dan sakit setelah menyusui. Agar lebih optimal, penggunaan kompres dingin bisa dilakukan pada puting, payudara, dan area di sekitar lengan bagian bawah yang mengarah ke payudara.

Cara membuat kompres pun mudah. Anda bisa menyiapkan satu baskom air berisi es batu, kemudian gunakan selembar kain bersih. Rendam kain di dalam baskom tersebut dan peras airnya, kemudian kompres langsung pada puting payudara.

Kompres payudara ini bisa Anda lakukan beberapa kali dalam sehari sampai lecet pada puting sudah tampak cukup membaik.

2. Beri pelembap pada puting susu

Puting susu lecet biasanya disertai dengan teksturnya yang kering dan pecah-pecah. Itu sebabnya, Anda bisa membantu mengatasi lecet dengan melembapkan area kulit pada puting.

Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter agar mendapat rekomendasi pelembap yang aman untuk digunakan selama masa menyusui. Pasalnya, bayi akan menempel dan mengisap puting payudara secara langsung.

Sebelum menggunakan krim pelembap, bersihkan area payudara Anda terlebih dahulu. Usahakan untuk menggunakan krim ini setelah selesai menyusui bayi.

Jadi, ada cukup waktu agar krim dapat menyerap terlebih dahulu sebelum nantinya Anda kembali menyusui bayi.

3. Mengoleskan ASI pada puting payudara

Menariknya, ternyata puting susu yang lecet juga bisa diatasi dengan cara mengoleskan ASI pada puting tersebut. Ini karena ASI mengandung pelembap alami sekaligus antibodi yang bisa membantu melawan infeksi.

Oleh karena itu, cara ini diyakini dapat menyembuhkan puting susu lecet serta menjaga kesehatannya. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Saudi Medical Journal turut mendukung hal yang sama.

Menurut penelitian tersebut, mengoleskan ASI dipercaya dapat mempercepat penyembuhan puting susu lecet ketimbang menggunakan pelembap. Bahkan, penggunaan ASI untuk mengatasi puting susu yang lecet juga terbilang aman dan tidak berisiko menimbulkan efek samping.

4. Pastikan bayi mengisap puting dengan benar

Cara menyusui yang benar memang tidak langsung muncul sejak pertama kali menyusui. Dibutuhkan waktu sampai Anda dan bayi bisa belajar untuk menyusui dengan baik dan benar.

Salah satunya dengan membiasakan bayi mengisap atau melekatkan mulutnya dengan tepat pada puting susu (latch on). Di sini, bayi harus bisa mengisap seluruh puting dan areola payudara.

Dengan begitu, isapan bayi saat menyusu akan lebih mantap dan tidak membuat Anda merasakan nyeri atau lecet pada puting susu.

Menempelkan mulutnya dengan benar selama menyusui juga membantu bayi untuk mendapatkan ASI yang lebih banyak dan lancar.

5. Bantu bayi saat melepaskan isapan dari puting payudara

Setelah berhasil melakukan perlekatan yang tepat pada puting dan areola payudara, jangan lupa juga untuk memastikan bayi melepas isapan dengan benar. Hindari langsung menarik puting dari mulut bayi, karena justru dapat menyebabkan puting lecet dan terluka.

Sebaliknya, biasakan untuk memisahkan mulut bayi dari puting dengan perlahan. Pertama-tama Anda harus menekan bagian payudara yang terdekat dengan mulut bayi menggunakan salah satu jari tangan, sembari menarik payudara.

Pastikan agar puting tidak tersangkut atau tergigit oleh mulut bayi saat dikeluarkan.

6. Minum obat

Selain dengan beberapa cara di atas, Anda bisa mempercepat penyembuhan puting susu yang lecet dengan minum obat acetaminophen (Tylenol). Acetaminophen (Tylenol) merupakan jenis obat analgesik yang bisa membantu meredakan nyeri pada tubuh, termasuk di puting payudara.

Obat ini juga aman diminum oleh ibu selama masa menyusui. Namun, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum acetaminophen (Tylenol) untuk mendapatkan jadwal dan dosis obat yang tepat sesuai kondisi Anda.

Kapan harus ke dokter?

Normal ketika Anda mengalami puting susu lecet dan nyeri di awal masa menyusui. Biasanya, hal ini akan berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu pertama selagi Anda dan si kecil terbiasa dengan menyusui.

Namun, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika bayi tidak mendapatkan cukup ASI karena kesulitan menyusu pada puting yang lecet. Salah satu tanda tidak cukupnya ASI yang diperoleh bayi yakni saat ia jarang buang air kecil atau besar, sehingga Anda tidak rutin mengganti popok bayi.

Di samping itu, segera hubungi dokter jika Anda mengalami rasa nyeri parah pada puting susu dan bisa berkembang menjadi gejala mastitis

sumber : hellosehat.com

Penyebab Puting Susu Lecet Saat Menyusui dan Cara Mengatasinya yang Tepat

Penyebab Puting Susu Lecet Saat Menyusui dan Cara Mengatasinya yang Tepat

Puting susu lecet merupakan satu dari beragam masalah menyusui yang banyak terjadi di beberapa hari atau minggu pertama. Biasanya, kondisi ini dikarenakan bayi belum dapat mengisap puting susu ibu dengan baik. Namun, masih ada berbagai alasan lain yang mendasari keluhan ini. Agar masa menyusui berjalan lebih optimal, simak penyebab puting susu lecet dan tips penanganan yang tepat.

Apa saja gejala ketika puting susu lecet?

penyebab kista payudara

Puting susu atau puting payudara merupakan area yang cukup sensitif pada tubuh. Saking sensitifnya, tak jarang bagian ini bisa terasa nyeri, gatal, ruam, hingga lecet.

Berbagai keluhan tersebut, termasuk puting susu lecet, bisa dirasakan oleh setiap wanita. Entah itu sebelum dan selama periode menstruasi, maupun selama masa kehamilan.

Selain itu, lecet pada puting payudara juga rentan sekali dialami oleh para ibu menyusui. Jika ini merupakan kali pertama Anda menyusui bayi, tentu akan timbul sedikit rasa sakit dan tidak nyaman pada puting.

Hal tersebut sebenarnya normal, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring semakin sering dan terbiasa Anda dalam menyusui si kecil. Sayangnya, pada beberapa ibu tidak demikian.

Bukannya merasa lebih baik, beberapa ibu menyusui mungkin justru merasakan puting susu yang lecet dan nyeri. Khususnya saat bayi sedang menyusu. Puting susu yang lecet ini bisa disertai dengan gejala lainnya atau pun tidak.

Kadang, Anda hanya akan melihat tanda berupa lecet di area puting payudara. Namun jika terus dibiarkan tanpa pengobatan, keluhan ini bisa bertambah parah hingga menyebabkan puting pecah-pecah, terluka, bahkan berdarah.

Apa penyebab puting susu lecet?

puting lecet

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab puting susu lecet saat menyusui, yakni:

1. Perlekatan mulut bayi pada puting tidak pas

Penyebab puting susu lecet yang paling umum yakni karena posisi mulut bayi kurang tepat saat menempel dan mengisap puting. Bayi biasanya masih mengalami kesulitan atau belum terbiasa sepenuhnya untuk mengisap puting susu Anda dengan benar.

Normalnya, bayi seharusnya mengisap seluruh bagian puting beserta areola atau area gelap yang mengelilingi puting. Namun, bayi yang kesulitan mengisap justru hanya dapat meraih puting payudara, tanpa mengisap bagian areola.

Alhasil, mulut bayi mungkin tidak menempel dengan baik pada puting. Itu sebabnya, lidah, gusi, dan langit-langit mulut bayi seolah menggigit puting susu.

Bahkan, bayi bisa saja malah menggigit puting, atau menariknya cukup dalam. Inilah yang kemudian menyebabkan puting mengalami lecet dan terasa sakit saat menyusui.

Semakin sering hal ini terjadi selama menyusui, akan semakin mudah pula puting mengalami lecet. Hal ini tentu akan menyulitkan Anda dalam menyusui, karena puting yang lecet biasanya terasa nyeri.

2. Posisi menyusui kurang tepat

Di sisi lain, puting susu lecet juga bisa disebabkan oleh posisi menyusui yang kurang tepat. Akibatnya, perlekatan (latch on) mulut bayi pada puting susu juga kurang bisa menempel dengan baik.

3. Jamur pada puting susu

Adanya jamur pada puting susu juga bisa mengakibatkan puting lecet dan nyeri. Rasa ketidaknyamanan karena infeksi jamur ini biasanya dapat bertahan selama beberapa jam setelah menyusui bayi.

4. Bayi mengalami tongue tie

Tongue tie merupakan kondisi ketika bayi sulit mengangkat atau menggerakkan lidahnya dengan normal. Kondisi ini tentu menghambat kemampuannya untuk mengisap ASI melalui puting payudara.

Sebaliknya, bayi justru akan mendorong puting ke bagian atas lidahnya, bahkan menekan puting ke langit-langit mulut. Akibatnya, puting susu Anda menjadi lecet dan terasa sakit.

Adakah komplikasi yang mungkin timbul dari puting susu lecet?

menarik puting saat menyusui

Bukan hanya menimbulkan rasa kurang nyaman saat menyusui. Puting susu yang lecet juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi setelahnya.

Berikut komplikasi yang mungkin terjadi karena puting susu lecet:

Penyapihan dini

Penyapihan dini adalah memberhentikan pemberian ASI pada bayi sebelum waktunya. Idealnya, bayi seharusnya mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Namun, karena puting susu ibu lecet dan mengganggu proses menyusui, pemberian ASI bisa dihentikan lebih cepat.

Produksi ASI rendah

Nyeri yang timbul dari lecet pada puting payudara, tentu membuat Anda enggan menyusui bayi. Semakin jarang Anda menyusui, akan semakin rendah pula produksi ASI pada payudara.

Akibatnya, pasokan ASI bisa berkurang jauh jika dibandingkan dengan ibu yang rutin menyusui bayinya.

Penyumbatan saluran susu

Ketika Anda berhenti menyusui si kecil dengan alasan puting payudara lecet, payudara tetap bertugas untuk menghasilkan ASI. Kondisi ini akan membuat ASI menumpuk di dalam payudara karena tidak dapat dikeluarkan dengan baik.

Lambat laun, payudara akan mengalami pembengkakan yang membuatnya tampak agak besar, penuh, dan keras saat disentuh.

Mastitis

Mastitis adalah kondisi ketika payudara membengkak dan meradang. Puting susu yang lecet, penumpukan ASI, dan adanya pembengkakan pada payudara berisiko mengakibatkan mastitis.

Jika Anda mengalami mastitis, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti payudara terasa nyeri, membengkak, memerah, gatal, dan terluka.

Bagaimana cara mengatasi puting susu lecet?

pelembap untuk kulit kering

Jangan biarkan puting susu yang lecet menghambat proses menyusui si kecil. Untuk meredakannya, Anda bisa menerapkan beberapa cara berikut ini:

1. Gunakan kompres dingin

Kompres dingin bisa membantu menenangkan puting yang lecet dan sakit setelah menyusui. Agar lebih optimal, penggunaan kompres dingin bisa dilakukan pada puting, payudara, dan area di sekitar lengan bagian bawah yang mengarah ke payudara.

Cara membuat kompres pun mudah. Anda bisa menyiapkan satu baskom air berisi es batu, kemudian gunakan selembar kain bersih. Rendam kain di dalam baskom tersebut dan peras airnya, kemudian kompres langsung pada puting payudara.

Kompres payudara ini bisa Anda lakukan beberapa kali dalam sehari sampai lecet pada puting sudah tampak cukup membaik.

2. Beri pelembap pada puting susu

Puting susu lecet biasanya disertai dengan teksturnya yang kering dan pecah-pecah. Itu sebabnya, Anda bisa membantu mengatasi lecet dengan melembapkan area kulit pada puting.

Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter agar mendapat rekomendasi pelembap yang aman untuk digunakan selama masa menyusui. Pasalnya, bayi akan menempel dan mengisap puting payudara secara langsung.

Sebelum menggunakan krim pelembap, bersihkan area payudara Anda terlebih dahulu. Usahakan untuk menggunakan krim ini setelah selesai menyusui bayi.

Jadi, ada cukup waktu agar krim dapat menyerap terlebih dahulu sebelum nantinya Anda kembali menyusui bayi.

3. Mengoleskan ASI pada puting payudara

Menariknya, ternyata puting susu yang lecet juga bisa diatasi dengan cara mengoleskan ASI pada puting tersebut. Ini karena ASI mengandung pelembap alami sekaligus antibodi yang bisa membantu melawan infeksi.

Oleh karena itu, cara ini diyakini dapat menyembuhkan puting susu lecet serta menjaga kesehatannya. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Saudi Medical Journal turut mendukung hal yang sama.

Menurut penelitian tersebut, mengoleskan ASI dipercaya dapat mempercepat penyembuhan puting susu lecet ketimbang menggunakan pelembap. Bahkan, penggunaan ASI untuk mengatasi puting susu yang lecet juga terbilang aman dan tidak berisiko menimbulkan efek samping.

4. Pastikan bayi mengisap puting dengan benar

Cara menyusui yang benar memang tidak langsung muncul sejak pertama kali menyusui. Dibutuhkan waktu sampai Anda dan bayi bisa belajar untuk menyusui dengan baik dan benar.

Salah satunya dengan membiasakan bayi mengisap atau melekatkan mulutnya dengan tepat pada puting susu (latch on). Di sini, bayi harus bisa mengisap seluruh puting dan areola payudara.

Dengan begitu, isapan bayi saat menyusu akan lebih mantap dan tidak membuat Anda merasakan nyeri atau lecet pada puting susu.

Menempelkan mulutnya dengan benar selama menyusui juga membantu bayi untuk mendapatkan ASI yang lebih banyak dan lancar.

5. Bantu bayi saat melepaskan isapan dari puting payudara

Setelah berhasil melakukan perlekatan yang tepat pada puting dan areola payudara, jangan lupa juga untuk memastikan bayi melepas isapan dengan benar. Hindari langsung menarik puting dari mulut bayi, karena justru dapat menyebabkan puting lecet dan terluka.

Sebaliknya, biasakan untuk memisahkan mulut bayi dari puting dengan perlahan. Pertama-tama Anda harus menekan bagian payudara yang terdekat dengan mulut bayi menggunakan salah satu jari tangan, sembari menarik payudara.

Pastikan agar puting tidak tersangkut atau tergigit oleh mulut bayi saat dikeluarkan.

6. Minum obat

Selain dengan beberapa cara di atas, Anda bisa mempercepat penyembuhan puting susu yang lecet dengan minum obat acetaminophen (Tylenol). Acetaminophen (Tylenol) merupakan jenis obat analgesik yang bisa membantu meredakan nyeri pada tubuh, termasuk di puting payudara.

Obat ini juga aman diminum oleh ibu selama masa menyusui. Namun, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum acetaminophen (Tylenol) untuk mendapatkan jadwal dan dosis obat yang tepat sesuai kondisi Anda.

Kapan harus ke dokter?

Normal ketika Anda mengalami puting susu lecet dan nyeri di awal masa menyusui. Biasanya, hal ini akan berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu pertama selagi Anda dan si kecil terbiasa dengan menyusui.

Namun, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika bayi tidak mendapatkan cukup ASI karena kesulitan menyusu pada puting yang lecet. Salah satu tanda tidak cukupnya ASI yang diperoleh bayi yakni saat ia jarang buang air kecil atau besar, sehingga Anda tidak rutin mengganti popok bayi.

Di samping itu, segera hubungi dokter jika Anda mengalami rasa nyeri parah pada puting susu dan bisa berkembang menjadi gejala mastitis

sumber : hellosehat.com

Our Brands