Berat Badan Kurang (Underweight) Pada Anak, Bagaimana Mengetahuinya?

Berat Badan Kurang (Underweight) Pada Anak, Bagaimana Mengetahuinya?

Berat badan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui apakah nutrisi anak sudah baik atau belum. Ketika anak memiliki berat badan yang ideal, artinya asupan gizinya dapat memenuhi semua kebutuhan hariannya. Namun tak jarang, berat badan anak bisa saja kurang dari rentang normal yang seharusnya. Kondisi ini menandakan kalau anak mengalami underweight. Simak penjelasan lebih lanjutnya seputar underweight pada anak melalui ulasan di bawah ini, yuk!

Apa itu underweight?

Berat badan kurang atau underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal. Idealnya, anak dikatakan memiliki berat badan normal ketika setara dengan teman-teman seusianya.

Sebaliknya, berat badan kurang menandakan bahwa bobot tubuh anak tidak sebanding atau lebih rendah dari kelompok usianya. Sama halnya seperti kelebihan berat badan, anak dengan berat badan kurang juga biasanya disebabkan oleh adanya masalah kesehatan.

Berat badan anak yang kurang merupakan pertanda bahwa tubuhnya tidak memperoleh cukup zat gizi untuk mendukung perkembangan tubuh. Misalnya tulang, kulit, rambut, serta berbagai bagian tubuh lainnya.

Di samping itu, memiliki riwayat atau sedang mengalami penyakit medis tertentu juga bisa melatar belakangi kondisi anak underweight. Hal tersebutlah yang kemudian menghambat atau menyulitkan penambahan berat badan normal pada anak.

anak kurus

Kapan anak dikatakan mengalami underweight?

Berdasarkan ketentuan dari WHO, ada dua indikator penilaian status gizi yang bisa digunakan untuk menilai underweight pada anak. Pertama yakni indikator berat badan berdasarkan usia (BB/U), yang lebih dikhususkan untuk anak usia 0-60 bulan. Kedua yakni indikator indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan usia (IMT/U), yang biasanya dipakai untuk anak 5-18 tahun.

Anak usia 0-60 bulan dikatakan memiliki berat badan kurang ketika pengukuran indikator BB/U berada di antara angka di bawah -2 sampai -3 standar deviasi (SD). Sedangkan anak usia 5-18 tahun, termasuk dalam kategori underweight jika indikator IMT/U berada di persentil kurang dari 5.

Namun yang perlu dipahami, indikator BB/U umumnya tidak terlalu diutamakan dalam menilai status gizi anak. Di sisi lain, indikator berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB) yang sering dipakai. Bukan tanpa alasan, karena indikator BB/TB dinilai lebih dapat menggambarkan tumbuh kembang anak secara keseluruhan.

Apa saja gejala underweight pada anak?

Gejala yang paling mudah dilihat jika berat badan anak kurang yakni tubuhnya tampak kurus. Kondisi ini terjadi akibat jumlah asupan energi yang dikonsumsinya terlalu rendah dan tak sebanding dengan energi yang dikeluarkan.

Atau dengan kata lain, asupan energi harian yang didapatkan kemungkinan tidak dapat memenuhi besarnya kebutuhan  gizi harian si anak. Selain itu, berbagai gejala berat badan kurang pada anak juga meliputi:

  • Rambut mudah rontok
  • Sistem kekebalan tubuh lemah, sehingga gampang terserang penyakit
  • Mudah lelah
  • Sulit berkonsentrasi
  • Kurang berenergi saat melakukan aktivitas
  • Tulang cenderung rapuh
  • Pertumbuhan dan perkembangan tubuh agak lambat

Gejala lain yang juga bisa dimiliki oleh anak dengan berat badan kurang yakni munculnya tulang dan pembuluh darah vena yang tampak jelas pada kulit. Sebenarnya, pembuluh darah berwarna biru keunguan yang memang biasanya muncul di kulit itu tidak menonjol dengan sendirinya.

Para ahli medis menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan kulit anak dengan berat badan kurang cenderung lebih kering dan tipis. Inilah yang semakin memperjelas penampakan aliran pembuluh darah. Namun, munculnya tulang dan pembuluh darah vena di balik kulit tidak selalu dikaitkan sebagai gejala underweight pada anak.

anak kurus

Apa penyebab underweight pada anak?

Ada berbagai hal yang menyebabkan seorang anak memiliki berat badan kurang, meliputi:

1. Riwayat keluarga

Beberapa anak cenderung memiliki berat badan kurang dipengaruhi oleh faktor karakterristik fisik keluarganya.

2. Metabolisme cepat

Kecepatan metabolisme yang dimiliki seseorang kerap dikaitkan dengan sulit atau mudahnya perubahan berat badan. Anak dengan sistem metabolisme yang cepat atau lancar, cenderung lebih sulit untuk menaikkan berat badan.

Bahkan, meskipun anak sudah makan makanan dengan kandungan energi yang tinggi.

3. Mengalami penyakit kronis

Penyakit yang dialami dalam jangka waktu yang cukup lama, bisa memengaruhi status gizi anak. Apalagi jika penyakit yang dialami adalah penyakit infeksi.

Biasanya, penyakit infeksi sering menimbulkan gejala mual, muntah, hingga turunnya nafsu makan pada anak. Berbagai gejala seperti ini dapat membuat asupan makan anak menurun.

Penyakit kronis lain seperti kanker, diabetes, masalah tiroid, maupun gangguan pencernaan seperti penyakit Crohn dan ulserative colitis, juga bisa membuat berat badan turun drastis.

4. Memiliki penyakit kejiwaan

Adanya masalah pada kesehatan mental bisa memengaruhi selera makan anak. Baik itu depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), maupun gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia.

Apa saja dampak yang timbul dari underweight pada anak?

Selayaknya berat badan berlebih, tidak sedikit pula faktor risiko yang mengintai ketika seorang anak mengalami berat badan kurang. Memang, tidak semua anak dengan underweight akan mengalami dampak buruk dari kondisinya tersebut.

Akan tetapi, ada beberapa risiko yang kemungkinan akan muncul karena berat badan anak kurang, seperti:

  • Rentan terserang osteoporosis di kemudian hari.
  • Rambut dan kulit yang mudah bermasalah, karena kurangnya asupan nutrisi harian yang berperan untuk menjaga kesehatannya.
  • Mudah jatuh sakit, karena tidak cukupnya asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi.
  • Merasa lelah sepanjang waktu, karena kurang optimalnya asupan kalori yang seharusnya berperan sebagai sebagai sumber energi.
  • Pertumbuhan anak lambat atau terganggu.

gizi buruk

Bagaimana cara menangani underweight pada anak?

Cara utama yang biasanya dilakukan guna mengatasi berat badan kurang pada anak yakni dengan menerapkan pola makan sehat setiap harinya. Dalam hal ini, seorang ahli gizi biasanya akan memberikan rekomendasi menu harian beserta aturan makan yang tepat sesuai dengan kondisi anak.

Nah, berikut adalah kunci menerapkan pola makan sehat agar berat badan anak dengan underweight bertambah, yaitu:

1. Memperbanyak makan camilan

Bila si kecil susah makan atau nafsu makannya menurun, Anda bisa mengakalinya dengan cara memberikan camilan sehat di jeda antara jadwal makan utama. Pilih camilan sehat yang kaya akan kandungan kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Contohnya oatmeal, roti, selai kacang, kacang almond, dan lain sebagainya.

2. Makan dengan porsi sedikit tapi sering

Tak jarang, anak mengalami berat badan kurang karena tidak mampu menghabiskan makanan dalam jumlah yang terlalu banyak. Sebagai gantinya, berikan anak porsi makan yang lebih sedikit tapi dengan waktu yang lebih sering. Cara ini akan membantu anak mendapatkan kebutuhan nutrisinya.

3. Berikan makanan yang padat gizi

Supaya kondisi anak cepat pulih, Anda sebaiknya memilih makanan yang padat akan gizi. Jadi, ketika memberikan makanan dalam porsi yang sedikit pun, ia akan mendapatkan gizi yang cukup.

Hal ini bisa jadi salah satu cara untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi hariannya. Contoh makanan yang padat gizi, misalnya menambahkan kacang almond di atas serealnya.

Selain cara di atas, dokter juga mungkin meresepkan obat anti-mual maupun penambah nafsu makan untuk kasus anak underweight yang sudah parah. Itu sebabnya, dokter baru akan memberikan pilihan ini ketika perawatan rumahan dirasa tidak terlalu membuahkan hasil.

Namun di samping itu, pemberian makanan harian untuk anak underweight sebaiknya juga menerapkan beberapa hal seperti:

  • Berikan beragam variasi sayur dan buah setiap harinya.
  • Sumber karbohidrat tidak boleh terlupakan. Roti, nasi, kentang, pasta, maupun jenis umbi-umbian bisa jadi pilihan yang baik.
  • Berikan segelas susu sapi maupun alternatif pilihannya, seperti susu kedelai atau yogurt.
  • Pastikan sumber protein memenuhi kebutuhan anak, seperti dari kacang-kacangan, ikan, telur, daging, dan lainnya.
  • Asupan minyak tidak jenuh meski dalam jumlah sedikit harus tetap terpenuhi.
  • Penuhi kebutuhan cairan anak sekitar 6-8 gelas per hari.

Bagi anak yang masih berusia di bawah 5 tahun, kebutuhan lemak sangat penting guna mendukung perkembangan fungsi tubuh dan otak. Secara keseluruhan, pemberian makanan harian anak sebaiknya tidak mengandung terlalu banyak perasa dan pewarna tambahan, serta tidak diberikan pengawet.

sumber : hellosehat.com

Post sebelumnya Post setelahnya

Our Brands