Ajari Anak Agar Tidak Membully dengan 5 Cara Ini

Ajari Anak Agar Tidak Membully dengan 5 Cara Ini

Berita bullying di sekolah, tentu membuat orangtua miris mendengarnya. Orangtua pasti tidak ingin buah hatinya menjadi korban ataupun pelaku dari tindakan buruk tersebut. Untuk itu, orangtua perlu mengajarkan anak agar menjauhi perilaku bullying pada teman. Namun, bagaimana cara agar anak tidak membully temannya? Baca ulasannya berikut ini.

Tips agar anak tidak membully temannya

 

Perilaku bullying terjadi saat anak mengintimidasi teman seusianya yang lebih lemah atau memiliki penampilan berbeda. Ini bisa terjadi karena anak tidak mampu belajar mengelola rasa marah, sakit hati, frustrasi, atau emosi lain yang muncul pada dirinya.

Selain itu, ada kemungkinan anak yang membully temannya dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya yang bersikap agresif.

 

Orangtua tentu ingin menjauhkan buah hatinya dari sifat membully. Mereka tidak ingin si kecil, baik secara verbal maupun fisik, menyakiti orang lain.

Sebab, jika perilaku ini tidak ditangani, anak akan menjadi sangat agresif dan mengganggu orang lain. Perilaku yang buruk ini, juga menghambat anak untuk menjalin persahabatan dengan teman seusianya.

Bila tidak ingin hal tersebut terjadi, berikut ada beberapa cara agar anak tidak membully temannya.

1. Beri tahu anak bahwa itu buruk

 

Sebagian anak melakukan tindakan bullying pada temannya karena ketidaktahuan. Peran orangtua sangatlah penting untuk memberi tahu anak bahwa tindakan ini adalah perilaku buruk yang berakibat negatif.

Selain dipandang buruk oleh sesama teman, beri tahu juga bahwa ada sanksi lain yang mungkin dia terima. Misalnya, jika bullying dilakukan di sekolah, pihak sekolah tentu tidak akan tinggal diam dengan hal ini. Anak bisa dikeluarkan dari sekolah atau hukuman lain yang tak kalah serius.

2. Ajari anak untuk menghargai perbedaan

 

Bullying kadang terjadi karena adanya perbedaan. Agar anak tidak membully temannya yang berbeda, ia harus memahami perbedaan dan belajar untuk menghargai orang lain.

Ajari si kecil bahwa mengejek seseorang, baik itu karena penampilan, kondisi fisik, atau status ekonomi, merupakan tindakan yang buruk.

Anda mungkin perlu mengajak anak mendatangi panti asuhan atau komunitas anak berkebutuhan khusus agar ia bisa berinteraksi secara langsung dengan anak-anak yang berbeda. Dengan begitu, ia bisa lebih berempati kepada mereka yang berbeda.

Jangan ragu untuk menanyakan bagaimana interaksi anak dengan temannya pada guru di sekolah. Dengan begitu, Anda bisa memantau perilaku anak ketika ia berada di luar jangkauan Anda.

anak menerima kekalahan

3. Kembangkan empati

 

Mengasah empati bisa menjadi tameng pada anak agar tidak membully temannya. Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami emosi dari perasaan orang tersebut. Jika memahaminya, tentu tentu anak tidak mau menyakiti orang lain.

Anda bisa mengembangkan empati anak dengan berbagai cara, seperti mengajarinya untuk berdonasi kepada korban bencana atau memelihara hewan peliharaan.

4. Jadilah contoh

 

Anak menjadi cermin dari orangtuanya. Maksudnya, perilaku yang dilakukan orangtua biasanya akan diikuti oleh anak-anaknya. Untuk itu, Anda perlu menjadikan diri sendiri sebagai panutan.

Misalnya, jangan menanggapi suatu masalah dengan kekerasan atau sikap agresif. Saat anak berbuat salah, pilihlah langkah untuk tidak memberikannya hukuman fisik, seperti memukul, menampar, mengurungnya dalam waktu lama. Jangan pula berteriak-teriak atau membandingkan anak dengan orang lain.

Tindakan tersebut dapat membuat anak menjadi agresif karena kesulitan mengelola emosinya.

Sebaliknya, Anda perlu menghadapi anak dengan tenang dan tahu cara tepat untuk mendisiplinkannya agar anak bisa mengelola emosi dan tidak membully temannya. Contoh, menerapkan metode time out pada anak usia prasekolah.

5. Konsultasi pada dokter atau psikolog

 

Jika Anda kesulitan untuk mengajarkan hal ini pada anak. Melakukan konsultasi dengan dokter maupun psikolog anak bisa menjadi jalan terbaik. Terutama jika anak punya perilaku menentang dan agresif.

Dokter atau psikolog akan membantu si kecil untuk mengelola amarah, perasaan sakit hati, dan emosi kuat lainnya melalui konseling.

sumber : hellosehat.com

Post sebelumnya Post setelahnya

Our Brands