Mengenal Penyebab dan Gejala Infeksi HIV yang Terjadi Pada Anak

Mengenal Penyebab dan Gejala Infeksi HIV yang Terjadi Pada Anak

Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, terdapat sekitar 3% penderita HIV yang merupakan anak berusia di bawah 14 tahun. Kurang pahamnya orangtua bahwa HIV juga bisa terjadi pada anak, membuat hanya sedikit di antara mereka yang mendapatkan perawatan

Supaya para orangtua paham tentang virus yang juga dapat menyerang anak-anak ini, simak ulasan berikut mengenai apa saja yang perlu diketahui tentang HIV pada anak. 

Penyebab infeksi virus HIV pada anak

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Virus ini akan menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya rentan terhadap berbagai infeksi. 

Umumnya, HIV menular karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti gonta-ganti pasangan seks. Namun, nyatanya anak juga bisa terserang virus ini. Penyebabnya antara lain:

1. Penularan dari ibu ke anak

tidak tahu kalau hamil

Lebih dari 90% virus HIV yang ada pada anak merupakan hasil dari penularan ibu ke anak mereka. Kondisi ini dapat terjadi ketika seorang ibu yang positif menderita HIV mengalami kehamilan

Bentuk penularan yang seperti ini akan meningkat berdasarkan tingkat keparahan infeksi HIV yang diderita sang ibu. Selain itu, ibu menyusui juga berisiko menularkan HIV pada anak mereka. 

Meski begitu, para ibu yang positif HIV dapat mengurangi potensi penularan dengan rutin memeriksakan diri dan terus melakukan pengobatan secara disiplin. 

2. Tertular dari jarum yang terkontaminasi

takut disuntik

Selain penularan dari ibu ke anak, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi virus juga jadi salah satu hal yang membuat seseorang berisiko kena HIV, termasuk pada anak. 

Hal ini biasanya lebih umum ditemukan di Eropa tengah dan timur. Tingginya penggunaan narkoba melalui suntikan oleh anak muda di jalanan membuat mereka berbagi jarum. Rata-rata usia anak tersebut adalah 10 tahun. 

Selain itu, donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat menyebabkan HIV pada anak, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya masih tinggi. 

3. Tranfusi darah

Tidak hanya penularan melalui jarum yang tidak steril, anak yang menerima donor dari orang yang positif HIV juga berisiko terinfeksi. 

Namun, Anda sebaiknya tak perlu begitu khawatir akan penyebab yang satu ini, karena sebelum donor darah umumnya tenaga medis melakukan penyaringan calon pendonor dengan ketat untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi.

Maka itu, risikonya penularan HIV pada anak akibat donor darah lebih kecil dibandingkan penularan karena jarum yang tidak steril dan penularan melalui ibu sendiri. 

4. Aktivitas seksual

pelecehan seksual

Aktivitas seksual yang bisa menyebabkan infeksi HIV pada anak salah satunya adalah terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual.

Ketika anak mengalami kekerasan seksual dari orang dewasa yang menderita HIV, anak tersebut akan lebih rentan terinfeksi. Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui selaput vagina, penis, dubur, atau organ seksual yang terinfeksi oleh HIV melalui aktivitas seksual. 

Pernikahan di bawah umur dengan orang yang berisiko memiliki HIV juga membuat anak lebih rentan terinfeksi virus HIV.

Gejala infeksi virus HIV pada anak

Seperti yang dilansir dari laman Stanford Children’s Health, gejala yang muncul pada anak saat terkena HIV akan berbeda-beda, bergantung usia.

Apalagi, tidak semua anak yang menderita HIV menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya, orangtua terkecoh dengan tanda penyakit lain yang mirip. 

Akan tetapi, ini dia beberapa gejala umum yang akan timbul ketika anak terinfeksi virus HIV berdasarkan usianya. 

1. Bayi

balita yang kekurangan gizi

Gejala HIV pada balita mungkin akan sulit dikenali, sehingga Anda dianjurkan untuk rutin memeriksakan mereka. Beberapa gejala yang akan muncul, antara lain: 

  • Tumbuh kembang anak terhambat. Misalnya, berat badan tidak kunjung naik. 
  • Perut membesar karena adanya pembengkakan pada hati dan limpa mereka. 
  • Mengalami diare dengan frekuensi yang tidak menentu. 
  • Sariawan akibat infeksi jamur pada mulut anak yang ditandai dengan bercak-bercak putih di rongga pipi dan lidah. 

Walaupun demikian, beberapa gejala di atas juga dapat menandai anak Anda menderita penyakit lain, sehingga lebih baik memastikannya ke dokter. 

2. Anak 

bipolar pada anak

Bagi anak yang berusia lebih dari dua tahun, gejala HIV mereka dapat dibagi menjadi tiga kategori, dari ringan hingga parah. 

a. Gejala ringan

  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga) membengkak. 
  • Sering mengalami infeksi sinus dan telinga. 
  • Mengalami gatal dan terdapat ruam pada kulit. 
  • Pembengkakan perut akibat membengkaknya hati dan limpa anak. 

b. Gejala sedang

  • Sariawan yang berlangsung lebih dari dua bulan. 
  • Pneumonitis, yaitu pembengkakan dan peradangan jaringan paru-paru. 
  • Diare.
  • Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu bulan. 
  • Hepatitis atau peradangan organ hati. 
  • Cacar air dengan komplikasi.
  • Gangguan atau penyakit ginjal.

c. Gejala parah

  • Menderita dua infeksi bakteri yang serius dalam dua tahun belakangan ini, seperti meningitis atau sepsis. 
  • Infeksi jamur pada saluran pencernaan dan paru-paru. 
  • Peradangan otak atau ensefalitis. 
  • Tumor atau lesi ganas. 
  • Pneumocytis jiroveci, jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada penderita HIV.

Pada beberapa anak mungkin mereka akan terkena infeksi herpes simpleks yang menyebabkan luka di mulut, alat kelamin, atau dubur mereka. Selain itu, herpes zoster juga dapat terjadi pada anak yang menderita HIV. 

Akan tetapi, perlu diingatkan kembali bahwa gejala infeksi HIV mungkin juga sama dengan penyakit atau masalah medis lainnya. Maka itu, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak agar Anda mendapatkan jawaban yang lebih pasti. 

Pengobatan HIV yang bisa dilakukan oleh anak

periksa dokter anak diagnosis

Pada dasarnya, belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan HIV, bahkan pada anak. Maka itu, diagnosis sejak dini pada bayi sangat penting karena pemberian ART (terapi antiretroviral) dapat membuat anak hidup lebih sehat dan lebih lama. 

Mereka pun harus rutin mengonsumsi obat tersebut setiap hari karena dapat mengurangi konsentrasi HIV pada darah dan meningkatkan imunitas (sel CD4). 

sumber : hellosehat.com

Post sebelumnya Post setelahnya

Our Brands