Kenali Gejala Kekurangan Mineral yang Paling Sering Terjadi Pada Anak

Kenali Gejala Kekurangan Mineral yang Paling Sering Terjadi Pada Anak

Mineral adalah kelompok zat gizi mikro yang tak luput dari kebutuhan gizi harian anak. Meski jumlah asupan mineral tidak sebanyak zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein, tapi kebutuhannya tetap harus terpenuhi supaya nutrisi anak tidak terganggu. Lantas, dari beragam jenis mineral yang ada, apa saja yang paling sering kurang pada anak? Bagaimana gejala kekurangan mineral yang akan muncul pada anak?

Apa manfaat mineral untuk perkembangan anak?

.

Kebutuhan karbohidrat, lemak, dan protein memang yang terdengar paling umum disebut karena harus tercukupi dengan baik. Namun di samping itu, untuk memenuhi nutrisi anak, asupan mineral juga harus diperhatikan oleh orangtua.

Bukan tanpa alasan, mineral dibutuhkan oleh tubuh karena membawa berbagai manfaat baik. Mulai dari menjaga daya tahan alias sistem imun tubuh, melancarkan kerja beragam sel dan organ tubuh, hingga membantu fungsi otak anak.

Bahkan, beberapa jenis mineral juga berperan dalam perkembangan mental, saraf, dan kecerdasan anak. Itulah mengapa meski jumlahnya terbilang sedikit, tapi asupan mineral anak tidak boleh disepelekan atau sampai kurang.

Penting untuk memastikan makanan harian anak memenuhi semua kebutuhan zat gizi makro dan mikronya, termasuk di dalamnya mineral.

Beragam gejala kekurangan mineral pada anak

Ada berbagai jenis mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun, UNICEF menyebutkan beberapa jenis mineral yang asupannya paling sering kurang pada anak, yaitu:

1. Zat besi

Kebutuhan zat besi di setiap kelompok usia anak:

  • Usia 0-6 bulan: –
  • Usia 7-11 bulan: 7 mg
  • Usia 1-3 tahun: 8 mg
  • Usia 4-6 tahun: 9 mg
  • Usia 7-9 tahun: 10 mg
  • Usia 10-12 tahun: laki-laki 13 mg dan perempuan 20 mg
  • Usia 13-15 tahun: laki-laki 19 mg dan perempuan 26 mg
  • Usia 16-18 tahun: laki-laki 15 mg dan perempuan 26 mg

Zat besi adalah mineral penting yang bertugas sebagai komponen utama sel darah merah. Mineral ini akan berikatan dengan hemoglobin, dan terlibat dalam proses pengangkutan oksigen serta nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh. Tidak hanya satu, tapi ada dua bentuk zat besi di dalam tubuh manusia.

Pertama yakni heme iron yang hanya ada di dalam sumber makanan hewani, seperti daging merah. Sedangkan yang kedua yakni non heme iron, yang ada di dalam sumber makanan hewani maupun nabati. Ketimbang non heme iron, bentuk zat besi heme iron cenderung lebih mudah diserap oleh tubuh.

Zat besi memang bisa dengan mudah ditemukan dalam sumber makanan harian. Namun tak jarang, kekurangan mineral zat besi merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi, termasuk pada anak-anak.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi yang didapat dari makanan harian, maupun karena peningkatan kebutuhan zat besi di beberapa kelompok usia. Selama periode pertumbuhan, kebutuhan zat besi anak biasanya akan semakin meningkat.

Terlebih ketika anak sudah memasuki usia remaja, di mana kebutuhan zat besi terbilang tinggi akibat pubertas. Jika tidak mampu tercukupi dengan baik, kurangnya asupan mineral zat besi anak berisiko mengakibatkan anemia.

Gejala yang timbul ketika anak kurang asupan mineral zat besi:

  • Kulit terlihat pucat
  • Lemas, lesu, lelah
  • Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat
  • Nafsu makan menurun
  • Pernapasan anak cenderung cepat dan tidak normal
  • Sering terserang penyakit infeksi

Pilihan makanan sumber zat besi

Anak yang dinyatakan kurang asupan mineral zat besi, biasanya akan dianjurkan untuk memperbanyak makanan sumber zat besi. Misalnya dari sumber makanan hewani seperti daging sapi, ikan sarden, ikan tuna, ikan salmon, kerang, ayam, serta telur.

Sementara dari sumber makanan nabati, bisa diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, bayam, sawi, kangkung, dan brokoli.

Di sisi lain, Anda juga bisa memberikan sumber makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi guna mempermudah penyerapan zat besi pada anak. Baik itu jeruk, paprika, tomat, stroberi, kiwi, mangga, dan lain sebagainya.

2. Yodium

Kebutuhan yodium di setiap kelompok usia anak:

  • Usia 0-6 bulan: 90 mcg
  • Usia 7-11 bulan: 120 mcg
  • Usia 1-12 tahun: laki-laki dan perempuan 120 mcg
  • Usia 13-18 tahun: laki-laki dan perempuan 150 mcg

Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi kelenjar tiroid, sekaligus produksi hormon tiroid. Ada sekitar 15-23 miligram (mg) yodium di dalam tubuh manusia, sebanyak 75 persennya terdapat pada kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid akan menghasilkan hormon tiroid yang berguna untuk mendukung berbagai proses di dalam tubuh. Meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, menjaga kekuatan tulang, hingga mengatur laju metabolisme tubuh.

Meski fungsinya cukup penting, tapi kekurangan mineral yodium merupakan kondisi yang cukup umum terjadi, termasuk pada anak-anak. Penyakit gondok adalah akibat utama dari kekurangan yodium, yang biasanya menimbulkan pembengkakan pada leher anak.

Bahkan menurut UNICEF, perkembangan otak anak bisa terhambat ketika asupan mineral yodium kurang. Dalam kondisi yang cukup parah, kekurangan mineral yodium pada anak dapat menyebabkan efek samping serius. Misalnya perkembangan tubuh terganggu, hingga keterbelakangan mental.

Berikut berbagai gejala saat anak kurang asupan mineral yodium:

  • Pembengkakan di leher
  • Berat badan meningkat
  • Tubuh terasa lemas dan lelah
  • Rambut rontok
  • Kulit kering hingga mengelupas
  • Tubuh terasa dingin tidak seperti biasanya
  • Detak jantung meningkat
  • Kesulitan dalam belajar dan mengingat sesuatu

Pilihan makanan sumber yodium

Kekurangan mineral yodium pada anak bisa diatasi dengan memperbanyak makan makanan dengan kandungan yodium yang tinggi. Anda bisa memberikan berbagai makanan sumber yodium seperti garam, susu, daging, ikan, ayam, sayur-sayuran, buah, dan rumput laut.

3. Kalsium

Kebutuhan kalsium di setiap kelompok usia anak:

  • Usia 0-6 bulan: 200 mg
  • Usia 7-11 bulan: 250 mg
  • Usia 1-3 tahun: 650 mg
  • Usia 4-9 tahun: 1000 mg
  • Usia 10-18 tahun: laki-laki dan perempuan 1200 mg

Asupan kalsium pada anak penting untuk mendukung fungsi sel-sel tubuh, khususnya bagi perkembangan tulang dan gigi. Itu sebabnya, asupan kalsium selama masa pertumbuhan harus senantiasa tercukupi guna menunjang pertumbuhan tulang dan gigi.

Selain itu, kalsium juga bertugas untuk membantu menghantarkan sinyal dari dan ke seluruh organ tubuh. Asupan mineral kalsium yang kurang pada anak berisiko mengganggu fungsi organ jantung, otot, serta saraf. Menariknya, kadar kalsium yang ada di dalam darah telah diatur sedemikian rupa.

Jika kadar kalsium di dalam darah berlebih, tulanglah yang bertugas untuk menyimpannya. Sebaliknya, ketika tubuh kekurangan, tulang akan melepaskan simpanan kalsium guna menggantikan kadar kalsium yang menipis.

Oleh karena itu, gejala kurang mineral kalsium pada anak biasanya membuat fungsi tulang terganggu. Misalnya mengakibatkan penyakit rakitis yang membuat tulang lunak dan lemah, serta osteoporosis di kemudian hari.

Kekurangan mineral kalsium pada anak akan menimbulkan gejala berupa:

  • Masalah otot
  • Kelelahan parah
  • Kerusakan gigi
  • Kulit kering
  • Kuku mudah patah

Pilihan makanan sumber kalsium

Demi menghindari semakin buruknya kondisi kekurangan mineral kalsium pada anak, Anda bisa memberikan makanan sumber kalsium tinggi. Baik itu susu, ikan, telur, keju, yogurt, maupun sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, kangkung, brokoli, dan lainnya.

Selain itu, perbanyak juga asupan vitamin D dari makanan harian anak guna membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Misalnya dari makanan seperti ikan, jamur, susu, keju, kuning telur, atau dari paparan sinar matahari sebagai sumber vitamin D.

4. Magnesium

Kebutuhan magnesium di setiap kelompok usia anak:

  • Usia 0-6 bulan: 30 mg
  • Usia 7-11 bulan: 55 mg
  • Usia 1-3 tahun: 60 mg
  • Usia 4-6 tahun: 95 mg
  • Usia 7-9 tahun: 120 mg
  • Usia 10-12 tahun: laki-laki 150 mg dan perempuan 155 mg
  • Usia 13-15 tahun: laki-laki dan perempuan 200 mg
  • Usia 16-18 tahun: laki-laki 250 mg dan perempuan 220 mg

Magnesium adalah mineral yang penting untuk mendukung struktur tulang dan gigi anak. Lebih dari itu, magnesium juga berperan dalam proses penyerapan kalsium, metabolisme makanan, serta menghantarkan impuls saraf.

Asupan magnesium yang optimal juga bertugas untuk mendukung kerja berbagai enzim pada tubuh. Atas dasar itulah, kekurangan mineral magnesium pada anak berisiko menimbulkan beragam penyakit nantinya. Entah itu diabetes, penyakit jantung, osteoporosis, hingga sindrom metabolik.

Gejala kurangnya kadar magnesium dalam tubuh anak yakni:

  • Nafsu makan menurun
  • Mual dan muntah
  • Tubuh terasa lemas dan lelah
  • Detak jantung tidak normal
  • Kram otot
  • Mati rasa atau kesemutan di satu atau beberapa area tubuh
  • Kejang

Di samping itu, kekurangan magnesium pada anak dapat berisiko mengakibatkan gejala yang sering tidak disadari. Kondisi ini bisa menimbulkan peningkatan tekanan darah maupun resistensi insulin.

Pilihan makanan sumber magnesium

Jangan sampai kondisi anak semakin memburuk karena kurang asupan mineral magnesium. Maka itu, berikan sumber magnesium dari makanan seperti biji-bijian, kacang-kacangan, brokoli, bayam, alpukat, pisang, susu, serta beberapa jenis ikan.

5. Seng

Kebutuhan seng di setiap kelompok usia anak:

  • Usia 0-6 bulan: –
  • Usia 7-11 bulan: 3 mg
  • Usia 1-3 tahun: 4 mg
  • Usia 4-6 tahun: 5 mg
  • Usia 7-9 tahun: 11 mg
  • Usia 10-12 tahun: laki-laki 14 mg dan perempuan 13 mg
  • Usia 13-15 tahun: laki-laki 18 mg dan perempuan 16 mg
  • Usia 16-18 tahun: laki-laki 17 mg dan perempuan 14 mg

Seng di dalam tubuh manusia tersebar luas di semua sel, jaringan, organ, otot, serta tulang. Tak kalah dengan berbagai jenis mineral lainnya, seng juga merupakan mineral dengan segudang manfaat penting bagi tubuh.

Meliputi meningkatkan sistem kekebalan, membantu proses regenerasi sel, hingga mempercepat penyembuhan luka. Asupan seng yang optimal dibutuhkan oleh anak untuk mendukung proses tumbuh kembangnya. Itu sebabnya, mengutip dari UNICEF, kekurangan sel membawa berbagai dampak bagi anak.

Kurang asupan mineral seng pada anak bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkat risiko serangan penyakit infeksi. Misalnya seperti infeksi pada saluran pencernaan anak yang menyebabkan diare. Asupan mineral seng yang kurang pada anak bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Mulai dari kurang tercukupinya kebutuhan seng harian anak, kehilangan sejumlah kadar seng dari dalam tubuh, serta memiliki masalah kesehatan tertentu. Dalam kondisi tersebut, biasanya anak akan mengalami satu atu lebih gejala kurang mineral seng yang umum, seperti:

  • Nafsu makan menurun
  • Pertumbuhan anak cenderung lebih lambat dari yang seharusnya
  • Sistem kekebalan tubuh menurun

Ketika kekurangan seng berkembang semakin parah, anak bisa mengalami gejala seperti:

  • Perkembangan kematangan seksual terhambat
  • Kemampuan indera penciuman menurun
  • Diare
  • Lemas dan lesu
  • Rambut rontok
  • Penyembuhan luka butuh waktu lama
  • Penurunan berat badan drastis

Pilihan makanan sumber seng

Jika tidak ingin kondisi kekurangan mineral seng pada anak semakin memburuk, berikan sumber makanan yang dapat mencukupi kebutuhan seng harian. Berbagai jenis makanan dengan kandungan seng yang tinggi yaitu tiram, kepiting, daging sapi, susu, telur, ayam, kacang-kacangan, jamur, yogurt, bayam, dan lain sebagainya.

Perlukah memberikan suplemen mineral untuk anak?

Makanan merupakan sumber mineral terbaik untuk memenuhi kebutuhan harian sekaligus mendukung tumbuh kembang anak. Ya, jika anak dalam kondisi sehat, kebutuhan mineral harian bisa dipenuhi dengan mudah melalui pemberian aneka macam makanan.

Artinya, tidak perlu sampai memberikan suplemen mineral untuk anak. Akan tetapi, tidak demikian halnya bagi anak dengan kondisi berbeda. Melansir dari laman JAMA Pediatrics, ada beberapa kondisi yang mau tidak mau mengharuskan anak untuk minum suplemen vitamin sebagai pelengkap makanan.

Meliputi anak yang mengalami kekurangan berat badan, memiliki batasan tertentu dalam mengonsumsi makanan, maupun memiliki penyakit yang membuatnya berisiko kekurangan mineral,

Dalam hal ini, di samping memberikan variasi makanan sumber berbagai mineral, dokter dan ahli gizi biasanya juga menganjurkan untuk melengkapi asupan anak dari suplemen. Hal ini bertujuan agar asupan mineral anak tidak kurang dan dapat tercukupi dengan baik.

Dokter maupun ahli gizi umumnya akan menganjurkan jenis suplemen mineral terbaik, beserta aturan dan dosis minumnya sesuai kondisi anak. Namun yang perlu diingat, pemberian suplemen mineral untuk anak dengan kondisi tertentu bukanlah makanan pokok, melainkan hanya sebagai tambahan atau pelengkap saja.

Sebaliknya, hindari memberikan suplemen mineral pada anak yang sehat dan tidak berisiko kekurangan mineral apa pun. Pasalnya, hal tersebut justru akan membuat asupan mineralnya jauh melebihi kebutuhan yang seharusnya.

Tidak menutup kemungkinan, kondisi ini membuat anak berisiko mengalami mual, muntah, sakit perut, masalah saraf, hingga gangguan organ hati akibat kelebihan mineral.

Sumber : hellosehat.com

Post sebelumnya Post setelahnya

Our Brands