Ini 4 Dampaknya Jika Si Kecil Kurang Mengonsumsi Makanan Berprotein

Ini 4 Dampaknya Jika Si Kecil Kurang Mengonsumsi Makanan Berprotein

Protein termasuk dalam makronutrien, yaitu nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Semua kalangan membutuhkan nutrisi ini, terutama anak-anak untuk mendukung tumbuh kembangnya. Jika anak kekurangan protein, tentu akan ada dampak buruk yang terjadi. Apa saja? Cari tahu jawabannya di bawah ini.

Peran protein untuk tumbuh kembang anak

Anak-anak membutuhkan protein lebih banyak dari orang dewasa. Nutrisi ini berperan sebagai zat pembangun, pemelihara, dan pengganti jaringan dalam tubuh yang rusak.

Mulai dari otot, organ, dan sistem kekebalan tubuh terdiri atas protein. Tak hanya itu, protein juga menyumbangkan energi sehingga anak tetap aktif bergerak. Protein sekaligus meningkatkan sistem imun sehingga anak tidak mudah sakit.

Dalam masa pertumbuhannya, anak-anak memerlukan sekitar 1 gram protein per 0,5 kg berat badannya.

Protein bisa didapatkan dari makanan, seperti daging ayam, susu, ikan, daging merah, kacang-kacangan, hingga sayur dan buah. Supaya tidak kekurangan protein, orangtua perlu menaruh perhatian khusus pada asupan makanan berprotein anak.

Dampak negatif akibat anak kekurangan protein

anak kekurangan dopamin

Manfaat protein pada anak sangat berlimpah. Jika ia kekurangan nutrisi yang satu ini, berbagai masalah kesehatan bisa terjadi.

Beberapa kondisi yang disebabkan akibat kurangnya protein pada anak, antara lain:

1. Marasmus

Kurangnya protein pada anak juga bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti marasmus. Anak dengan penyakit ini akan kehilangan lemak dan otot tubuhnya sehingga mereka tidak mungkin tumbuh seperti anak normal lainnya.

Pada negara berkembang, penyakit ini terjadi akibat kekurangan pangan. Sementara di negara maju, marasmus dapat terjadi akibat eating disorder alias gangguan makan, seperti anorexia nervosa.

Gejala utama dari marasmus adalah hilangnya lemak di jaringan tubuh dan wajah sehingga tulang menjadi lebih terlihat di permukaan kulit.

Kulit mereka akan terlihat mengendur dan mata menjadi cekung. Gejala marasmus akibat kekurangan protein pada anak yang mungkin terjadi, meliputi:

  • Pusing terus-menerus
  • Tubuh lemah dan lemas
  • Kulit kering dan rapuh
  • Berat badan menurun dan gampang sakit

Dalam jangka panjang, pertumbuhan anak jadi sangat lambat dan bisa mengalami komplikasi serius yang berakibat fatal. Komplikasinya antara lain bradikardia (denyut jantung sangat lambat) dan hipotensi (tekanan darah rendah).

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah kondisi parah akibat tubuh kekurangan protein atau kalori dalam tubuh. Biasanya penyakit ini menyerang negara-negara dengan persediaan makanan terbatas.

Penyakit ini terjadi akibat sel tubuh tertentu tidak mendapatkan protein. Akibatnya, fungsi normal sel mati dan tidak dapat berkembang dengan normal.

Berikut berbagai kondisi yang bisa terjadi jika anak mengalami kwashiorkor.

Stunting

Protein sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan anak. Jika anak kekurangan asupan ini, masalah pertumbuhan dapat terjadi, contohnya stunting.

Stunting adalah dampak yang paling umum terjadi pada anak yang kekurangan protein. Anak dengan kondisi ini biasanya memiliki tubuh pendek.

Ini terjadi karena kolagen (jenis protein fibrosa) yang bertugas membantu menjaga massa otot dan pertumbuhan tulang tidak cukup untuk menjalankan tugasnya.

Masalah pada kulit, kuku, dan rambut

Jenis protein seperti kolagen dan keratin adalah penyusun kulit, rambut, dan kuku. Anak yang kekurangan nutrisi ini biasanya akan mengalami perubahan pada kulit, kuku, dan rambut.

Kukunya mungkin akan cenderung lebih kering sehingga rentan mengelupas dan berubah warnanya jadi lebih terang atau lebih gelap. Kukunya juga akan menjadi sangat rapuh ketika kondisinya sudah dalam taraf parah.

Warna rambut juga biasanya dapat berubah kemerahan, oranye, atau kuning terang. Tak hanya itu, biasanya volume batang rambutnya akan jadi lebih tipis sehingga lebih mudah patah dan rontok.

Terjadi pembengkakan pada tubuh

Protein albumin ada pada cairan yang ada dalam darah atau disebut dengan plasma darah. Fungsinya, untuk mempertahankan tekanan onkotik (kemampuan untuk menarik cairan ke dalam sirkulasi darah).

Bila anak kekurangan protein, tekanan onkotik akan jadi berkurang. Akibatnya, cairan bisa menumpuk di jaringan dan menyebabkan pembengkakan (edema).

Biasanya, edema terjadi rongga perut. Inilah sebabnya anak dengan kwashiorkor memiliki perut yang buncit dengan tubuh yang sangat kurus.

3. Marasmus kwashiorkor

Ini merupakan komplikasi dan bentuk gabungan antara marasmus dengan kwashiorkor. Anak dengan kondisi ini memiliki berat badan kurang dari 60% berat badan anak normal seusianya.

Selain tubuhnya sangat kurus, anak dengan kondisi ini juga mengalami pembengkakan, tubuh lemah, masalah pada kulit, rambut, dan kuku.

4. Hipoproteinemia

Hipoproteinemia menandakan tingkat protein yang sangat rendah dalam darah. Kondisi ini bisa terjadi pada anak yang kurang mengonsumsi makanan berprotein atau memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit ginjal, penyakit hati, celiac, dan radang usus.

Gejala hipoproteinemia pada anak yang kekurangan protein dapat berat dan ringan, di antaranya:

  • Tubuh kelelahan ekstrem
  • Gampang sakit dan infeksi
  • Rambut tipis, kering, dan rontok
  • Kulit kering dan mudah mengelupas

Karena gejala masalah medis akibat kekurangan protein pada anak hampir serupa, lakukan konsultasi dokter segera untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

sumber : hellosehat.com

Post sebelumnya Post setelahnya

Our Brands